Keping Sepuluh

4.6K 632 70
                                    

Raka mengembuskan napas lega karena berhasil menemukan Liora setelah menjalani dua minggu yang paling menyebalkan dalam hidupnya. Dia memperhatikan penampilan Liora yang terlihat manis dan innocent menggunakan seragam sekolah, sangat berbeda dengan penampilan yang biasa Raka lihat saat gadis itu masih magang di kantor.

Keduanya tercenung sesaat, memandangi satu sama lain dengan cara berbeda. Yang satu menatap lawannya dengan penuh kerinduan, dan satunya lagi menatap dengan penuh keterkejutan. Masih belum percaya dengan apa yang ia lihat.

Seolah belum cukup mengguncang Liora dengan kehadirannya yang tiba-tiba, Raka menoleh pada Brie dan menyapa dengan santai, "Hi, Brie. It was nice to see you again," ujarnya, seolah-olah mereka memang kawan lama yang baru bertemu kembali.

Brie tersenyum kikuk. "Hey juga, Om. Eh, Mas."

Raka terkekeh. "Aku antar kalian pulang, ya?" tawar Raka.

"Lio aja, Mas. Aku udah dijemput." Kemudian Brie mengalihkan perhatian pada Liora. "Kalau gitu aku pulang duluan ya, Li? Supirku udah jemput."

Liora hanya mengangguk. Setelah kepergian Brie, dia kembali memusatkan perhatiannya pada Raka. "Mas Raka ngapain di sini?"

"Kamu keberatan aku di sini?"

Liora mengangguk. Namun, ia buru-buru menggelengkan kepala, tapi, kemudian mengangguk lagi.

Melihat kebingungan Liora, Raka tersenyum dengan ekspresi sayang. Dia maju selangkah dan berdiri di hadapan Liora yang masih terlihat bingung.

"Tolong, kasih waktu aku sebentar aja buat bicara. Aku udah nunggu momen ini sampai dua minggu."

"Kenapa Mas Raka bisa tahu aku sekolah di sini?"

"Memangnya kamu nggak sadar kamu pernah mention nama sekolah ini waktu kita lagi ngobrol di kosan aku?"

Terlalu banyak pertanyaan yang berseliweran dalam kepala Liora. Namun, semuanya menguap begitu saja setelah Liora menatap wajah Raka. Tidak bisa ia pungkiri jika dirinya sangat merindukan om-om itu.

"Aku antar kamu pulang, ya?" ajak Raka.

"Tapi aku udah dijemput."

Raka terdiam. "Sama siapa?"

"Sama supirnya Mama."

Seketika Raka mendesah lega. Dia sudah khawatir Liora dijemput cowok lain.

"Kamu minta supir kamu pulang aja. Nanti kamu pulang sama aku. Aku janji ini nggak akan lama. Aku cuma butuh waktu sebentar buat ngomong sama kamu."

Jika diibaratkan pertandingan tinju, tanpa Liora sempat mengambil kudakuda, dengan sigap dan lihai Raka sudah memasukkan serangan berkali-kali. Lagi-lagi Liora kalah telak. Dia bahkan tidak sempat bersiap dan tidak sanggup melawan. Perlahan, kepalanya mengangguk. Menerima ajakan Raka

~~~~

Mereka berkendara dalam diam. Tidak ada satu pun yang memulai obrolan. Situasi yang mereka hadapi saat itu berubah 180 derajat dari terakhir kali mereka bertemu. Kecanggungan terlalu mendominasi, membuat Liora merasa tidak nyaman.

Raka menghentikan mobilnya di depan sebuah taman yang tidak terlalu ramai. Dia memasukan persneling ke dalam mode netral, menarik tuas rem tangan, dan membiarkan mesin mobil tetap menyala agar Liora tidak kepanasan.

Setelah membuka seatbelt, Raka memutar posisinya hingga menatap Liora. Dia memperhatikan gadis itu yang sejak tadi sengaja membuang muka darinya.

Sebatas Angan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang