Keping Dua Puluh

6.2K 676 31
                                    

Keping dua puluh versi lengkapnya sudah tersedia di KaryaKarsa, ya.

Sengaja update jam segini di KaryaKarsa karena ada warning-nya xD

~~~~

Pagi itu Liora terbangun dengan kepala berdenyut nyeri serta rasa mual yang hebat. Butuh waktu beberapa detik untuk membuat sistem otaknya berfungsi dengan maksimal. Dia seperti mengalami disorientasi pikiran dan sama sekali tidak tahu di mana dirinya berada. Kamar yang ia tempati saat ini tampak asing. Liora menduga, mungkin saja ini kamar tamu rumah Brie karena yang Liora ingat, orang yang terakhir bersamanya adalah Brie.

Saat Liora berusaha menegakkan tubuhnya, dia menyadari dirinya tidak berpakaian. Seketika sebuah kesadaran menghantamnya. Kepingan-kepingan momen tadi malam bermunculan dalam sekelebat bayangan di dalam pikirannya.

Mengingat hal itu, membuat rasa mual yang tidak bisa ditahan seketika menyerang. Gadis itu tegopoh-gopoh menuruni tempat tidur dan berlarian memasuki kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya. Liora tidak bisa mengendalikan rasa mual itu yang masih belum hilang walaupun tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan.

Entah berapa lama ini akan berlangsung. Bahkan ketika perutnya sudah kosong dan tidak ada yang keluar, muntahan kering yang mengerikan melanda tubuh Liora.

Dalam kondisi itu Liora bersumpah dalam hati bahwa dia tidak akan pernah minum lagi. Ini terlalu mengerikan untuk dikatakan.

Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, Liora menekan tombol flush, mencuci muka dan kumur-kumur, lalu kembali ke tempat tidur. Dia bahkan tidak memedulikan tubuhnya yang masih telanjang. Sebelum berbaring, kedua mata Liora menangkap satu bercak darah yang terlihat kontras di lapisan sprei berwarna putih.

Astaga! Liora meremas rambutnya sendiri. Jadi bayangan itu bukan mimpi. Jadi benar dia melakukan hal itu dengan Raka semalam?

Perempuan itu menghela napas panjang, kembali memejamkan mata sebagai upaya untuk menenangkan diri. Tidak ada satu pun pemikiran rasional yang menghampirinya saat itu. Liora baru merasakan rasanya mabuk karena minuman keras hingga membuatnya hilang keperawanan. Apalagi alasan yang membuatnya mabuk hanya karena seorang laki-laki.

Di tengah usahanya untuk menenangkan diri, pintu kamar terbuka, dan laki-laki yang menjadi penyebab kekacauan itu muncul di ambang pintu.

Liora sampai beberapa kali mengerjapkan mata karena takut penglihatannya salah. Dan ketika
Raka berjalan memasuki kamar sambil membawa segelas air putih dan sebutir obat di tangannya, Liora baru yakin bahwa laki-laki itu nyata, bukan khayalannya semata.

Raka menyimpan gelas minuman dan obat di nakas, lalu merangkak naik ke atas ranjang dan menyusup masuk ke dalam selimut yang dipakai Liora. "Masih sakit, Sayang?" tanyanya sambil mengecup bahu Liora yang telanjang.

Sebelum Liora sempat berpikir, rasa mual kembali menyerangnya. Dengan cepat gadis itu melepaskan diri dari kungkungan tubuh Raka dan berlarian ke kamar mandi untuk kembali memuntahkan isi perutnya.

Tangannya bertumpu di dinding kamar mandi karena hampir tidak kuat menyangga tubuhnya yang lemas. Ternyata muntah dengan deras itu melelahkan. Liora mencengkeram perutnya dengan keras karena rasa sakit akibat tekanan yang ia rasakan.

Ketika Liora sudah benar-benar menyerah dan tidak sanggup menghadapi kondisi itu, sebuah telapak tangan yang besar dan dingin memijat tengkuknya hingga membuat keadaannya lebih baik dan rasa mual itu berangsur-angsur menghilang.

Sebatas Angan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang