Raka memasuki mobilnya yang terparkir di basement sebuah mal sambil membawa satu set pakaian ganti untuk Liora. "Semoga baju itu cocok buat kamu. Aku nggak tahu kamu biasa pakai baju merek apa," ujarnya.
Liora menerima bungkusan plastik yang diserahkan Raka. Terdapat satu buah midi dress berwarna navi yang senada dengan kemeja Raka, serta satu set dalaman. "H&M oke, kok. Aku biasa beli baju di sini juga. Lain kali kamu paksa aku lagi buat ikut kamu. Lumayan, kan, bisa dapat baju baru," kelakar Liora.
Mendengar itu Raka hanya tertawa. Ekspresi Liora yang terlihat antusias seakan mendapatkan mainan baru, mengingatkan dirinya dengan Liora enam tahun lalu ketika gadis itu masih berusia tujuh belas tahun. Siapa kira, gadis remaja itu kini telah tumbuh menjadi wanita seutuhnya yang membuat Raka semakin tergila-gila.
Raka meraih tangan Liora dan mengaitkan jemari mereka. "Thank you for being here. Makasih juga karena kamu akhirnya bersedia ketemu dengan keluargaku."
"Memangnya kamu bisa menerima penolakan?"
Ketika Raka menggelengkan kepala sambil menyeringai, Liora hanya bisa mendengus. "Dasar pemaksa," gerutunya. "Ayo kita jalan sekarang."
"Kamu ganti baju di belakang aja. Kaca filmnya gelap, nggak akan kelihatan dari luar."
Gadis itu menurut. Dia merangkak ke kursi belakang dan mulai mengganti pakaiannya di sana. Untung saja Raka sempat mengambilkan tasnya yang tersimpan di kamar, sehingga Liora bisa merias sedikit wajahnya dan menyisir rambutnya agar terlihat lebih rapi. Tidak mungkin dia berhadapan dengan keluarga Raka dalam keadaan berantakan.
"Udah ada kabar lagi gimana keadaan papanya Mas Raka sekarang?" tanya Liora setelah selesai berganti pakaian dan kembali duduk di bangku penumpang depan.
Raka mengangguk sambil membawa mobilnya keluar dari basement. "Raya bilang keadaan Bapak udah mulai stabil. Sekarang masih ditangani dokter."
"Kak Raya itu kakak kamu nomor berapa?"
"Nomor tiga."
"Dia tinggal sama Ibu dan Bapak?"
"Enggak. Raya dan suaminya tinggal di sebelah rumah orang tuaku."
"Yang lainnya tinggal di mana?"
"Kakak pertama aku namanya Raina, ikut suaminya tinggal di Surabaya. Yang kedua Raisha, nikah sama bule Australia dan sekarang tinggal di Sidney."
"Berarti semuanya udah nikah?"
Raka mengangguk.
"Tinggal kamu yang belum nikah?"
Kali ini Raka mengangkat bahu tak acuh.
"Memangnya orang tua Mas Raka nggak pernah bawel karena kamu belum nikah sampai sekarang?"
"Bapak sih santai aja. Toh, aku cowok ini, nggak masalah nikah umur berapa pun. Kalau Ibu suka angot-angotan, soalnya Ibu paling gampang dikomporin setiap kali ada keluarga aku yang mulai ngomongin masalah pernikahan."
"Namanya juga orang tua. Mereka pasti ingin yang terbaik untuk anaknya."
Raka langsung menimpali. "Sama seperti Papa kamu."
"Kok jadi nyambung ke aku?" sahut Liora.
"Kenapa Papa kamu nggak pernah cerita kalau dia udah tahu tentang kita, karena Papa kamu nggak mau kamu kepikiran dan akhirnya malah mengganggu kuliah kamu. Seperti yang kamu bilang tadi, semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya."
"Iya, aku tahu. Tadi aku cuma emosi aja. Aku kaget karena sebelumnya Papa nggak pernah membahas apa pun tentang kamu. Aku pikir Papa memang nggak tahu apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Angan Senja
RomansaLiora Daniela, tidak menduga kisah cinta pertamanya akan berjalan rumit. Pasalnya, gadis berusia tujuh belas tahun itu menyukai salah satu pegawai ayahnya yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Dan yang membuat kisahnya semakin rumit lagi, ka...