01 Kesayangan

1.8K 192 41
                                    

Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu. Iris kecokelatan itu menatap datar layar ponsel, berharap segera ada balasan dari pesan yang dia kirimkan lima puluh enam menit yang lalu. Waktu terus bergulir, jam digital di layar ponsel Kanaya Faranisa mulai menunjukkan pukul sepuluh lewat empat puluh lima malam. Ponsel gadis itu sudah beralih ke mode tidur sejak lima belas menit lalu, tapi tidak dengan pemiliknya yang masih memandangi layar ponsel yang dipaksanya bangun. Menampilkan ruang percakapan antara dirinya dan sang kekasih melalui social messenger WhatsApp.

Rasa kantuk mulai membuat matanya semakin berat untuk terjaga, sesekali terpejam sebelum dipaksa untuk terbuka. Dengan mata sedikit melotot, masih memandangi ruang obrolannya dengan kekasih yang diberikannya nama kontak Kesayangan. Pesan terakhir yang Kanaya kirimkan adalah: 'Kamu di mana? Udah pulang?', namun belum juga mendapat balasan.

Satu jam lewat dua puluh menit berlalu sejak pesan itu terkirim, rasanya baru saja Kanaya menyerah dan membiarkan rasa kantuk mendominasi, ponselnya bergetar. Seperti sebuah sulap, rasa kantuknya menghilang begitu melihat pemberitahuan adanya pesan dari seseorang yang sangat dia tunggu kabarnya tersebut.

Dengan penuh semangat, Kanaya membuka kembali ruang percakapannya dengan Kesayangannya itu, namun semangatnya pudar begitu membaca balasan yang dia dapat dari menahan kantuk menunggu balasan selama lebih dari satu jam.

'Baru sampai rumah, Ya. Ngantuk banget, aku tidur duluan ya. Kamu jangan begadang.'

Kanaya memejamkan mata sekilas, menghela napas panjang sebelum mengirimkan pesan balasan dari kontak Kesayangannya tersebut.

'Iya, Sayang. Have a nice dream ya.'

Lagi, seperti orang bodoh Kanaya masih meratapi ruang percakapan itu selama nyaris sepuluh menit tanpa balasan sama sekali, hingga akhirnya gadis itu memilih untuk meletakkan ponsel di atas nakas, dekat lampu tidur berbentuk eternal rose yang merupakan hadiah dari sang Kesayangan saat Kanaya berulang tahun ke dua puluh empat, dua tahun lalu.

Kanaya membaringkan tubuh, menatap langit-langit dengan mata yang tak lagi dihantui rasa kantuk. Pikiran gadis itu melayang, entah ke mana hingga akhirnya terpejam dengan setetes air mata yang keluar dari pelupuk mata indahnya.

He said he was going to call her tonight, but he didn't...and she kept on waiting for his call.

***

'Selamat pagi, Sayang'

Seperti pagi-pagi biasa, pagi Kanaya disambut oleh pesan singkat yang selalu menjadi pesan pembuka harinya, dari sang Kesayangan. Senyuman tipis muncul di bibir pucat gadis itu dan seakan melupakan fakta bahwa pemuda yang pagi ini mengirim pesan kepadanya adalah pemuda yang membuatnya menunggu lama, lalu tidak menepati janji untuk meneleponnya. Kanaya membalas pesan dari Kesayangannya tersebut.

'Selamat pagi juga, Sayang. Have a nice day, ya.'

Mengulangi kebodohannya entah untuk keberapa kali, Kanaya menunggu nyaris satu jam balasan akan pesannya yang tak juga datang sebelum memutuskan untuk mengabaikannya dan bersiap memulai aktivitas rutinnya paska bangun tidur.

Kanaya menghabiskan waktu empat puluh lima menit untuk mandi, berpakaian, sarapan dan bersiap berangkat ke kantor. Sebagai informasi Kesayangan Kanaya itu bekerja di satu gedung yang sama dengan gedung kantor Kanaya bekerja sehingga tak sulit bertemu dengan Kesayangannya, motivasinya untuk berangkat bekerja. Walau belakangan mereka sangat jarang bertemu.

Gadis itu berada di busway dalam perjalanan menuju ke kantornya yang berada di pusat Jakarta ketika balasan dari kontak Kesayangan muncul di pemberitahuan ponselnya. Senyumannya merekah membaca pesan tersebut.

Should I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang