Lima

2.1K 240 12
                                    

Enjoy.

Di dalam ruangan yang terlihat sangat berantakan itu, seorang pemuda dengan surai pirang nya masih memejamkan mata, mengabaikan matahari yang sudah berada di ujung kepala.

Hingga seorang lainnya memasuki ruangan tersebut, mendekati pemuda yang masih terbaring di atas ranjang, seperti tidak akan bangun lagi di kemudian hari.

Seseorang itu menarik kuat surai pirang nan lembut hingga si empunya dengan terpaksa harus membuka matanya yang baru ia tutup selama beberapa jam.

Mata dengan sklera yang merah dan bekas-bekas tangisan di kedua sudutnya itu menatap dengan pandangan sayu yang letih dan sakit.

Mulutnya terbuka, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak terdengar sedikitpun suara yang keluar dari sana, bibir bawah itu bergetar mengikuti tulang rahang yang juga terasa menggigil.

Tetesan air mata yang berasal dari proses lakrimasi itu membasahi pipinya, mengalir menuju titik terendah, dan terjatuh dengan sendirinya.

Sebuah tangan besar menangkup pipinya, ibu jari itu bergerak menghapus bekas air mata yang terasa basah di sana, mengusap-usap nya lembut.

"Sshhh... Jangan menangis"

Desisan dan kata-kata penenang itu sama sekali tidak bekerja untuk menghentikan tangisnya yang semakin menjadi, justru membuatnya semakin takut dan was-was, menerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Usapan lembut pada pipinya itu kini menjadi penekanan, mencengkram bagian tubuhnya yang berisi itu, tangan milik seseorang tersebut dengan sengaja membanting tubuhnya hingga kembali tergeletak di atas ranjang dengan kondisi yang tak sedap dipandang.

"Aku tidak segan membunuhmu, jika kau tidak menuruti ku" bisikan mengerikan itu terdengar di telinga kanan nya.

Seseorang itu kemudian pergi meninggalkan pemuda dengan banyak bekas luka pada tubuhnya yang terbaring lemah di ranjang besar miliknya tersebut.

Begitu pintu tertutup, mineral yang mengandung garam dan vitamin akibat proses lakrimasi pada kelenjar air matanya itu kembali bercucuran, berlomba-lomba menuruni pelipisnya hingga mengalir sampai ke alas tempat ia terbaring.

Bukan hanya raga nya, batin dan pikirannya pun terasa begitu sakit untuk saat ini.

Merasa begitu kotor, karena tidak dapat melakukan perlawanan saat pria biadab yang tidak dikenali nya tiba-tiba menerjang tubuhnya, menyetubuhinya sejak dini hari hingga petang menjelang.

Ia yang tidak memiliki kemampuan bela diri apapun, terlihat sangat tidak berdaya saat kejantanan orang tersebut memompa anal nya dengan gerakan cepat dan kasar.

Ia semakin menangis, mengingat betapa menjijikkan nya dirinya ketika melenguh dan mendesah kan nama seseorang itu dengan begitu kencang, seolah meraung nikmat saat ia disetubuhi secara paksa, tanpa persetujuannya.

Sprei dengan warna nude itu basah, bukan hanya karena tangisannya, tapi juga noda sperma yang begitu kontras dengan warna kain yang membalut permukaan ranjang tersebut.

Aroma ruangan yang begitu khas membuat si pemilik surai pirang itu merasa pusing dan mual.

Pun mengingat saat-saat dimana perutnya serasa di aduk saat tembakan orgasme itu terus-menerus menerjang anal nya, sensasi menggelikan yang membenam dalam memorinya itu dapat ia yakini akan sangat sulit untuk dilupakan.

Ia bahkan sempat tidak sadarkan diri selama beberapa saat, membuat ia dapat memimpikan hal yang menyenangkan walau hanya sebentar, namun dengan kejamnya, seseorang itu terus menyetubuhinya tanpa henti.

Melakukan pelepasan di dalam analnya beberapa kali, seharusnya itu tidak terjadi, orang tersebut sudah mengenakan alat penetrasi pada kejantanannya, tapi berakhir robek di saat-saat terakhir sebelum pelepasan.

Ia teringat pada mimpinya, jika saja hal itu adalah kenyataan, mungkin ia tidak akan merasakan perasaan yang sebenci dan sejijik ini pada dirinya sendiri.

Diperlakukan dan dilayani seperti seorang tuan putri kecil yang begitu manja, bukankah sangat menyenangkan ? Itu yang ia pikirkan, berbanding terbalik dengan apa yang ia dapatkan.

Siksaan dan perlakuan seperti kepada seorang budak ia lewati selama lebih dari 17 jam kebelakang.

Pukulan, tamparan, cambukan dan yang paling buruk adalah pemerkosaan.

Ia ingin berteriak dengan begitu keras saat ini, namun suaranya sudah ia habiskan untuk meraung-raung selama ia disiksa tadi, tenggorokannya bahkan terasa perih dan serak, membutuhkan air untuk membasahinya.

Dalam renungan nya ia terlelap, benar-benar membutuhkan istirahat, karena ia tahu, setelah pria kejam itu kembali dari kesibukannya, ia akan kembali 'dipakai' untuk menuntaskan nafsu pribadi miliknya.

Jungoo yang malang, ia harus bertemu dengan si kejam Jonggun.








To be continued.

Hiatus dulu, ya. Karena chapter depan bermuatan dewasa, jadi akan di publish setelah Mei/Juni mendatang.

END | DREAMER [PJG x KJG & KR] [BxB/Lookism fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang