Delapan

1.3K 167 30
                                    

Enjoy.

Matanya mengerjap, cahaya lampu nan benerang membuat ia cukup kesulitan menyesuaikan indra pengelihatan nya, ah.. pandangannya benar-benar buram, menghantarkan nyeri ke kepalanya.

Dimana dia ? Ruangan putih ? Selang infus ?! Ini rumah sakit ?? Astaga ! Apa yang terjadi padanya ?!

Tubuhnya seperti tidak dapat digerakkan, seperti, ia baru saja terbangun sejak lama tidak menggerakkan tubuhnya.
Dia tidak mengalami mati saraf kan ?

Terdiam dalam pikirannya, melamun dalam waktu yang lama, hening mencekam mendominasi suasana, ia baru menyadari terdapat suara lain di ruangan ini, di sebelahnya.

Elektrokardiograf ? Bukankah itu mesin pendeteksi impuls listrik jantung ? Yang biasa digunakan untuk pasien yang mengalami... Koma ?!

Jungoo tercekat, ia ? Koma ?? Berapa lama ? Bagaimana..bisa ?

Nafasnya sesak, mesin pernapasan yang terpasang di wajahnya nampak beruap, lakrimasi memenuhi sklera nya, terhimpit kelopak matanya yang kian menutup, 'Tuhan.. Jungoo kenapa ??'.

Setelahnya, ia kembali tidak sadarkan diri, dan tidak lama kemudian beberapa orang berpakaian terlapis jubah hijau, sarung tangan, penutup kepala dan masker masuk ke ruangan tersebut.

Ruangan yang semula hening itupun dibuat ramai oleh kesibukan mereka dalam menangani pasien yang kembali tak sadarkan diri itu.

"Astaga, saturasi oksigen nya begitu rendah ! Cepat, ganti ventilator nya !!"

"Suntikan bius dosis rendah !"

"Apakah ini perlu di lepas ?"

"Sudah tidak dibutuhkan, pasien sudah sadar, lepas saja !"

"Ambil air dan handuk, lekas mandikan dan ganti bajunya !"

"Akan dipindahkan kemana ?"

"Ruang rawat inap di gedung C, lorong II kelas VIP."

"Baik !"

Beberapa jam berlalu, hingga pasien yang sebelumnya mereka tangani itu kini telah terbaring nyaman di tempat tidur nya dalam keadaan yang bersih dan telah membaik.

Efek bius dosis rendah yang menyebabkannya tidak sadarkan diri selama 5 jam hampir hilang.

Mereka pun meninggalkan ruangan saat seseorang meminta izin masuk ke dalam ruangan tersebut.

Orang tersebut mengambil sebuah bangku yang berada tidak jauh dari ranjang rumah sakit, mendudukkan dirinya dengan kedua tangannya bertumpu pada sisi ranjang.

Salah satu tangannya meraih tangan pucat yang tertusuk jarum infus tersebut, mengusapnya perlahan, mengangkatnya kemudian mengecupi tangan yang nampak ringkih itu.

Kemudian menunduk dalam, bibirnya merapalkan kata maaf berulang kali, tetes demi tetes lakrimasi jatuh dari sudut matanya, membasahi pakaian yang ia kenakan.

"Maaf Jungoo.. maaf, maafkan aku..aku benar-benar minta maaf ! Apa kau akan memaafkan ku, Hinode-chan"



"A..aku, ti-dak..per'nah marah..pa-da-mu, Nichibotsu-kun !"

Suara serak itu mengejutkannya, membuat ia sontak mengangkat kepalanya, bertemu pandang dengan seseorang pemuda pirang nan pucat yang terbaring lemah di sana.

Ia terus berdiri dan merendahkan tubuhnya pada pemuda tersebut, mengecup singkat kening berlapis kulit putih pucat itu, air matanya kian mengucur deras.

Melihatnya, si pemuda yang terbaring itu menggerakkan tangannya, meraih pipi pemuda lainnya, mengusap bekas lakrimasi yang membasahi kedua belah pipinya.

END | DREAMER [PJG x KJG & KR] [BxB/Lookism fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang