Setelah menaiki tangga dua lantai ini, akhirnya Ara sampai di depan sebuah pintu warna putih yang terbuat dari besi. Cukup lama ia memperhatikan pintu itu, memikirkan di buka apa jangan? namun untuk kembalipun akan percuma, karna Dey tadi menguncikannya dari luar. Dengan perasaan bimbang, tangannya mulai terangkat menuju kenop pintu
CKLEK
ByuurrSambutan pertama yang ia dapatkan ketika membuka pintu ini. Matanya terpejam erat bersamaan dengan genggamannya yang mengerat pada kenop pintu. Mencoba melampiaskan seluruh emosinya hingga tak lama matanya spontam terbuka ketika mendengar suara tawa dari seseorang
"Gimana sambutannya? lo suka?" tanya orang itu yang tidak lain adalah Chika sambil tersenyum remeh.
Ara menarik kasar kacamata yang bertengker di hidungnya dan tanpa sadar menatap tajam kearah Chika. Ia yang aslinya memiliki kesabaran tipis langsung berjalan menuju Chika dengan tatapan yang meruncing. Baru ingin mengucapkan sumpah serapah ia tetiba tersadar bahwa saat ini ia sedang menyamar jadi cewek culun. Dengan terpaksa ia mengurungkan niatnya lalu menunduk dengan helaan nafas kasar.
"Lo mau ngapain? nantangin gue?"
Ara hanya menundukkan kepalanya tanpa mau menjawab. Ingin rasanya ia mengatakan 'ya' namun semuanya harus ia tahan demi meyakinkan peran keculunan ini.
PLAKK
Tubuhnya sedikit terhuyung ketika mendapatkan tamparan yang mendadak itu. Ia menatap tidak percaya pada Chika yang tengah menatap angkuh dan remeh padanya. Emosi yang ia coba tahan sedari tadi kini naik kembali. 18 Tahun dia hidup ini pertama kalinya ada orang yang berani menampar pipinya, dan orang itu berstatus orang asing.
"Apa? ga terima? sini balas gue kalo berani." Ara mengepalkan tangannya dengan tatapan meruncing yang tidak berpaling dari Chika. Jika ia tidak mengingat perannya sudah ia pastikan gadis berparas bidadari ini akan habis di tangannya.
Ara reflek menunduk ketika Chika berjalan mendekatinya. Sejurus kemudian kepalanya kembali mendongak. Itu semua karna Chika yang dengan teganya menarik rambutnya sehingga membuat tatapan mereka bertemu dengan jarak sedikit ini.
"K-kaak sakit"
Chika menaikkan satu alisnya kemudian tersenyum menyeringai. Ia kuatkan cengkramannya di rambut Ara membuat benteng kesabaran yang coba ia pertahankan sedari tadi seketika runtuh namun...
"Jangan pernah lo berani natap gue dengan tatapan seperti itu culun." Bisikan penuh penekanan dari Chika tidak membuat nyali Ara menciut, Ia justru menjadi tertantang. Namun ketika sadar ia sedang menyamar sebisa mungkin ia memperlihatkan raut ketakutan seraya membangun kembali benteng kesabaran kecil miliknya. Jangan sampai penyamaran yang ia coba lakoni terbongkar secepat ini karna emosi pada Chika.
"M-mmaaf kak" ucap Ara pelan sambil berusaha menggetarkan suaranya. Ia berharap semoga Chika tidak menyadari nada kepalsuan yang sedang ia buat. Menggelikan ucap batinnya sendiri
Chika tersenyum miring ketika mendengar nada bicara Ara yang bergetar. Matanya melirik kacamata yang ada di tangan Ara, dan sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya. Ia rampas kacamata itu dan setelahnya ia buang begitu saja.
"Upss!! yahh kacamatanya jatuh"
Ara menatap sendu pada kacamatanya yang telah terjun bebas. Dalam hati mungielnya yang terluca parah, ia memberikan banyak makian terhadap kelakuan Chika yang menurutnya sangat tidak menjunjung sikap budi pekerti, leluhur, akidah akhlak serta women yang budiman.
Chika melepaskan tangannya dari rambut Ara lalu menarik kasar kerah baju Ara dan membawanya ke sofa tunggal yang ia duduki sedari tadi
BRUKK
"Bangsat!!" umpat Ara dalam hatinya. Ia mengusap lehernya yang terasa sakit karna Chika menariknya tadi seperti kambing yang mau di qurbankan. Dalam hati ia bertanya, Apakah gadis ini benar-benar gila? ia mendengus kasar dan kembali menatap tajam pada Chika meskipun detik berikutnya ia harus merubah tatapan itu dengan tatapan ketakutan. Ternyata ini jauh lebih buruk dari apa yang dia bayangkan, terpaksa bersikap lemah padahal sangat mudah baginya untuk menyerang Chika kembali.
Chika berjalan mendekati Ara lalu duduk di atas meja yang terletak di dopan sofa itu, Rok sekolahnya yang memang lumayan pendek membuat Ara dengan jelas melihat paha mulus Chika beserta celana dalamnya.
Waahh syurga syekali LeeEe
"Mulus banget" ucap Ara dalam hati.
Chika yang menyadari tatapan Ara langsung memberi tamparan keras membuat pipi putih Ara kembali terlihat merah dan kali ini mendenyut
"Jaga mata lo bangsat!!"
Ara hanya diam seraya menunduk. ia mengusap pipinya dan meringis ketika merasakan sakit yang lebih dari tamparan pertama tadi. rasanya ia sudah tidak sanggup lagi, dalam hati ia bersumpah akan membalas perlakuan Chika.
Chika berdiri dari duduknya lalu mencengkram kasar kerah baju Ara. Untuk kesekian kalinya tatapan mereka kembali beradu dalam jarak dekat. Emosi Ara yang tadi naik seketika menyurut hanya karna mata coklat indah milik Chika, kenapa ia baru sadar bahwa gadis gila ini memiliki mata yang sangat cantik?
"Setiap jam istirahat lo harus datang kesini. Jangan membantah! atau lo akan rasain penyiksaan yang lebih pedih dari ini, Faham?"
Ara tidak menjawab karna masih terpesona dengan mata coklat Chika
"HEH LO DENGER GUE NGGA?"
Ara seketika tersadar dari acara terpesonanya dari tatapan coklat indah milik Chika. Buru-buru ia mengangguk membuat Chika langsung melepas kasar cengkramannya.
"Sekarang lo boleh pergi dari sini"
Chika berjalan menjauhi Ara dan berdiri di ujung rooftop. Ia melipat kedua tangannya depan dada seraya memejamkan mata untuk merasakan hembusan angin lembut menerpa wajah cantiknya.
Ara berdiri dari sofa dan menatap intens pada tubuh Chika. Jika saja ia tidak memiliki kewarasan mungkin sekarang ia akan berlari kesana dan mendorong tubuh Chika hingga jatuh. Ya anggaplah itu balasan karna telah memperlakukannya seperti ini tapi Ara tidak akan segila itu.
Dalam pejamnya, Chika tau Ara melihat kearahnya tapi ia milih membiarkan karna ia tau bahwa gadis culun itu tidak akan berani melakukan hal yang ada di fikirannya sekarang ini. Ia membuka mata lalu membalikkan badan. Pandangan pertama yang ia lihat tadi hampir saja membuatnya tersenyum tapi sebisa mungkin ia Tahan. "Ngapain lo masih disini? minta gue kasarin lagi?"
Ucapan Chika membuat Ara jadi gelagapan. Cepat-cepat ia menunduk lalu berjalan cepat meninggalkan Chika.
Setelah kepergian Ara, Chika tidak bisa lagi menahan senyumnya. Wajah terkejut dari gadis itu tadi sangat lucu dan eummm dia menyukainya?
Chika menggeleng ketika tiba-tiba merasakan panas pada pipinya. Apa ini? apakah dia salting hanya karna wajah lucu dari gadis culun itu? Chika menggeleng cepat lalu berucap "Gue ngga akan mau ngakuin tapi.." Chika menggantung ucapannya lalu..
" Yeah, she is so cute"
TBC.
--------Maaf kalo ada typo...
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL GIRL (CHIKARA) √√
Krótkie OpowiadaniaBerawal dari bully berujung jadi suka beneran. •CHIKARA GXG•