6

14.2K 1.3K 121
                                    

Ara berjalan di koridor sepi sembari memegang pipinya yang terasa sakit. Jika seperti ini ia merasa jadi korban kdrt tapi karna yang melakukan ini padanya berstatus kakak kelas jadi penyebutannya bukan kdrt melainkan Keseparayo Kekerasan senior pada Ara kiyowo.

"Babik gigi gue jadi ngilu"

Ara masuk ke dalam toilet cewek dan melihat penampilan berantakannya dari pantulan cermin. Ia berdecak kesal, gadis bermata coklat tadi benar-benar merusak pagi cerahnya.

Ara menyandarkan tubuhnya ke tembok. Dengan keadaan seperti ini tidak mungkin baginya untuk kembali ke kelas, tapi jika ia tidak masuk para guru akan marah padanya lalu ia harus apa? paregoy kaya popo barbie? itu adalah ide yang sangat buruk.

Ara mengghela nafas pelan lalu tetiba menegakkan tubuh ketika mendengar pintu toilet di buka. Ara menoleh dan hanya diam melihat siapa yang masuk.

"Loh Ara? ngapain kamu disini?" tanya orang itu yang tak lain adalah Fiony. Ia meneliti penampilan Ara yang sangat berantakan tanpa bertanya lagi ia sudah menemukan jawaban kenapa Ara bisa disini.

"Kamu habis di bully? sama siapa?"

"Orang gila kak"

"Heh mulutnya, sini ikut aku"

Fiony menarik tangan Ara dan membawanya menuju uks kalo ke puskesmas rada kejauhan.

"Kamu berdiri disini dulu aku mau ambil baju ganti biar kamu ga masuk angin"

Ara hanya mengangguk dan berdiri di dekat bed. Ia sudah sedikit menggigil mungkin karna kelamaan memakai baju basah dan ini semua karna gadis bermata coklat yang ia anggap gila itu.

"Nih kamu ganti baju dulu" ucap Fiony yang baru datang sembari memberikan pakaian baru untuk Ara.

Ara menerimanya tapi tetap tidak beranjak dari tempatnya berpijak.

"Kenapa Ra? ada yang kurang?" tanya Fiony ketika melihat Ara hanya diam.

Ara mengangguk ragu, dengan bibir begetar ia bertanya "i-ini ngga ada sempak sama behanya kak?"

---
Ara melemparkan ranselnya ke atas kasur di ikuti sama tubuhnya yang langsung berbaring nyaman di atasnya. Mata Ara terpejam dan secara tiba-tiba bayangan ketika di uks tadi terlintas, dimana ia menanyakan tentang celana dalam dan wajah cengo Fiony tadi terlihat lucu. Mungkin ia rada shock mendengar penyebutannya yang memang terlalu frontal.

Ara terkekeh pelan lalu duduk dari baringannya. Fikirannya masih menerawang pada wajah cantik Fiony namun tiba-tiba ia tersentak kaget karna imaginasinya mendadak pindah haluan ke wajah cantik dari pemilik mata coklat itu.

"Merusak imaginasi indahku"

Ara bangkit dari duduknya dan melangkah menuju dapur untuk mengambil minum. Namun, belum sempat ia sampai ke dapur sebuah ketukan pintu membuat langkahnya jadi terhenti. Ara memutar badan lalu berjalan menuju pintu utama.

CKLEK

"Lama banget lo"

Ucapan pertama yang menyapa pendengaran Ara ketika ia membuka pintu, dengan malas ia berjalan masuk dan membiarkan temannya yang tak lain adalah Mira menutup pintu itu.

"Gimana hari pertama sekolah lo? gila gue fikir kita sekelas ternyata enggak. babik emang"

Mira mengikuti Ara berjalan kedapur lalu duduk kursi yang tersedia disana. Mira mengambil gelas lalu menuangkan air putih ke dalamnya setelah itu ia teguk sampai kandas.

"Hari pertama sekolah gue buruk" ucap Ara sambil menuangkan air putih ke dalam gelas lalu ia minum sedikit. Ara menarik kursi yang berhadapan dengan Mira lalu mendudukkan pantatnya disana setelah itu menatap kearah Mira yang juga tengah menatapnya. "Kenapa?" tanyanya sembari menaikkan satu alis dan ekspresi Mira langsung berubah kesal.

"Sabisanya lo nanya kenapa, ya gue nuntut cerita dari lo lah bodoh"

Ara terkekeh pelan mendengar nada sewot dari Mira. Dasar kepoan

"Hari pertama gue masuk gue udah di bully sama teman sekelas gue yang namanya Marsha. Lalu gue di bully lagi sama orang gila bermata coklat tapi gue gatau namanya siapa, dah selesai"

mulut Mira terbuka sedikit. Setelah benerapa menit cengo tawa kerasnya meledak membuat Ara jadi kesal.

"Bangsat lo Mir! bukannya simpati malah di ketawain"

Ucapan Ara mengundang tawa lebih keras lagi dari Mira. Harusnya ia simpati tapi ketika melihat wajah sinis Ara ia tidak bisa lagi menahan tawanya. Sedangkan Ara hanya bisa pasrah dengan ketidakadaan akhlak Mira. Setelah ia puas mentertawakan kesialan Ara, Mira mencoba mengatur nafas, Merasa cukup, ia tuangkan kembali air putih ke dalam gelasnya lalu ia teguk sampai habis. Setelah itu, kembali ia menatap Ara dengan kekehan kecil

"Lagian lu sok edi banget pergi ke sekolah dengan tampilan culun begitu, di bully kan jadinya"

"Btw bukan edi tapi ide. siapa tuh Edi? bapak lo?"

"Bapak gue Yasin woe bukan Edi"

"Ya siapa tau mak lo nikah lagi"

"Bangsat, mana ada begitu"

"Ya siapa tau kan iya Mir"

"Tapi masalahnya mak gue dah di kubur dari lima tahun yang lalu"

Ara mendadak terdiam, ia menatap kearah Mira lalu meminum kembali minumannya. "Gue yang dari kecil udah gak punya orang tua biasa aja tuh"

"Yah kasihan yatim piatu"

"Rada brengshek tapi tengkyu"

"Yeah sama-sama"

×××

Mobil Chevrolet milik Chika memasuki pagar menjulang tinggi dari sebuah rumah yang sepertinya lebih cocok di sebut mansion. Bangunannya yang benar-benar mewah dan megah membuat bangunan itu terlihat seperti istana yang ada di film Disney dan yang menjadi princessnya tentu saja Chika kalo mayang? nanti di mintain warisan.

Chika turun dari mobil dan semua pengawal disana langsung membungkuk ketika Chika melewati mereka. Chika hanya acuh, dan terus berjalan hingga langkah kakinya berhenti di ruang tengah dari mansion mewah ini.

Chika menguap malas saat melihat pemandangan yang sudah tidak asing lagi di matanya, pertengkaran orang tuanya yang terus-terusan terjadi membuatnya jadi kesal, ia bosan mendengar adu mulut dari kedua orang tua itu, tanpa mau ikut campur ia memilih memutar langkah. Namun, belum juga langkahnya bergerak ucapan dari papanya membuatnya jadi terpaksa untuk tetap berada disana.

"Aku bertahan disini karna Chika, jika bukan karna dia aku juga tidak sudi untuk terus menerus bersama kamu"

Chika menghela nafas malas. Entah sudah berapa kali alasan klasik itu keluar padahal ia sendiri udah pernah mengatakan jika tidak ada kehangatan lagi lebih baik pisah, tapi mereka terus beralasan bahwa mereka tidak mau ia menjadi anak brokent home dan tanpa mereka sadari ia telah menjadi bagian dari itu karna setiap hari hanya ada perdebatan tanpa kehangatan.

"Setelah ribut jangan lupa minum, biar kalian ada tenaga lagi untuk adu mulut"

Chika langsung berjalan menuju kamarnya tanpa memperdulikan panggilan dari kedua orang tuanya.

TBC
------
ini aku udh double up..
awas aja klo klian minta triple up nanti dada klian aku pukul sampe reff lagu rapsodi mau?😡 dan btw maaf yaw kalo tulisannya masih berantakan hehehe. Makasih udah mau tetap baca cerita aku, maaf kalo ada banyak typo.. see you kawan

DENIAL GIRL (CHIKARA) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang