Bukan hanya beberapa hari saja mereka memiliki hubungan persaudaraan. Bahkan sudah lebih dari belasan tahun tapi hampir tidak pernah mencerminkan selayaknya kakak dan adik. Raksan juga sengaja melakukan hal seperti itu, baginya itu wajar-wajar saja. Lagian, siapa juga yang mau merasakan sakit namun memperlakukannya dengan baik.
Kepribadian keduanya benar-benar berbeda membuat orang-orang yang belum mengetahui, semuanya akan mengira jika mereka bukan siapa-siapa. Rakzhan rasanya ingin menangis setiap ia memohon agar kakaknya mau menemaninya sebentar saja, ataupun memberikan beberapa waktu dari sebagian hidupnya untuk bersama. Raksan selalu menolaknya, menyatakan sebuah kebencian yang secara terang-terangan.
Rakzhan hanya ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang kakak. Yang sentiasa akan menjaganya, menasehati jika salah dan tidak membiarkannya seorang diri menghadapi kehidupan semacam ini. Ya, walaupun hidupnya mungkin cukup baik ketimbang milik kakaknya saat ini. Tapikan, Rakzhan berkeinginan semuanya jadi lebih baik dari pada sebelumnya.
"Dari tadi belum di makan buburnya, Jan? Sampai dingin nih buburnya," ucap mama memperhatikan semangkuk bubur yang ada di atas meja nakas.
"Gak laper, Ma."
Aida menghela napasnya dengan perlahan ia pun mengelus pundak anaknya dengan amat lembut. "Rakjan baru aja di bolehin pulang ke rumah jangan ngebut mama khawatir dong, sayang," sambungnya lagi agar Rakzhan mau mengertikan betapa khawatirnya Aida sekarang.
"Kakak di mana?"
"Mama juga enggak tau, Raksan itu memang suka banget pergi tanpa izin. Makanya mama suka heran kenapa kalian berbeda sifatnya," balas Aida yang baru ini ia dengar sedikit aneh.
Tidak seperti biasanya yang akan terjadi. Mamanya pasti memaklumi apa yang sentiasa dilakukan anak sulungnya, tapi lihatlah Rakzhan sampai tidak mengerti. Namun ia diam malas untuk merespon disaat seperti ini moodnya masih cukup berantakan untuk dkatakan baik.
Bahkan sampai malam hari pun tiba anak sulung mereka yang bisa jadi bukan lagi sosok yang sentiasa dinatikaan kembali.
Dan ia memang tak kembali pulang, entah kemana keberadaannya. Rakzhan takut untuk menanyakan keberadaan sang kakak meskipun ia tahu nomor ponsel milik sosok tersebut. Mama dan papanya? Lebih baik jangan bicarakan tentang mereka berdua. Mereka tetap biasa dan beranggapan anaknya sulit untuk diberitahu.
Entah kenapa melihat respon dari kedua orangtuanya yang menyikapi keadaan jadi seperti ini. Rakzhan begitu terluka padahal bukan dia yang merasakan. Padahal tidak sepenuhnya salah Raksan, semuanya terjadi juga ada sangkut pautkan oleh keduanya.
"Ma, kakak kok belum pulang?"
"Kakakmu itu enggak usah dipikirkan pulangnya mungkin besok. Kayak gak tau gimana kelakuan kakakmu," sahut papa sebelum mama menjawab pertanyaan dari si bungsu.
Sementara itu tangannya terkepal penuh akan gemetar, ia selalu ingin mempertanyakan berbagai hal mengenai kakaknya. Dan sikap keduanya yang seringkali melukai hati kecil milik seseorang, apalagi yang tersakiti adalah anaknya sendiri. Lantas kenapa mereka tega melakukan itu padanya? Benar-benar tidak memikirkan bagaimana hancurnya Raksan karena hal seperti itu saja.
"Mama sama papa beneran enggak peduli sama kakak? Setahuku ya ma, pa orangtua itu enggak pernah sekalipun mengabaikan anaknya kesalahan apapun yang dia lakukan. Kenapa kalian cuma mentingin ego ngerasa paling benar hanya karena kalian orangtua? Aku muak sama keadaan ini. Dan aku juga penyebab kak Raksan gak mau pulang ke rumah ini," kalimat yang ia jabarkan langsung membuat orangtuanya terdiam tanpa memberikan pembelaan.
Mereka tidak tahu harus membalasnya seperti apa, dan membiarkan Rakzhan keluar dari dalam rumah, serta akan pergi ke mana sambil meraih kunci motornya di dekat meja. Tidak peduli, Rakzhan berkeinginan mencari sang kakak sekarang. Meskipun dia tidak tahu kemana perginya Raksan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetap Anak Tunggal [✓]
Fanfiction𝙏𝙖𝙝𝙖𝙥 𝙍𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞. Ternyata memang benar seorang kakak itu akan diabaikan jika dia sudah punya adik. Terkadang dia dibiarkan menjalani kehidupannya sendirian, akan dimarahi habis-habisan bila seandainya melakukan kesalahan yang membuat adikny...