Andrey

49 5 0
                                    

Sekumpulan anak sekolah bersepeda menuju tempat mereka diajar. SD Petrenko adalah tempat mereka dididik di Moskwa. Sesuai namanya, sekolah dasar ini dibangun oleh orang yang bernama Petrenko di tahun 1860an. Meski sudah tua, bangunan sekolah tersebut tetap berdiri kokoh walaupun terdapat beberapa kerusakan yang belum tuntas diperbaiki akibat perang dan harus segera selesai secepatnya, atau hal itu akan membahayakan guru dan peserta didik.

Kala itu sedang terjadi Perang Dunia Kedua. Banyak orang dikerahkan untuk saling berperang antara satu sama lain. Blok Poros dan Blok Sekutu pun saling berhantaman. Awal tahun 1943 ada tahun yang agak baik. Kala itu, pasukan Jerman telah berhasil diusir dari Moskwa. Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang diliburkan kembali melakukan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, ibukota tersebut terus berusaha pulih.

Salah satu dari anak-anak tersebut bernama Andrey Avdeyev. Ia terlihat mulai ceria setelah berada di bawah bayang-bayang Pertempuran Moskwa sampai 20 April 1942. Butuh waktu agak lama untuk memulihkan trauma mentalnya. Banyak rumah yang hancur dan rusak parah, termasuk rumahnya.

Andrey adalah anak laki-laki yang kreatif, namun juga ngotot. Kalau sudah berkeinginan itu, sulit untuk membujuknya untuk pindah ke konsep lain. Bocah kelahiran 16 April 1933 itu memang pemberani, mungkin juga terlalu sehingga kadang tingkahnya sering merepotkan orang lain. Andrey asyik sekali mengobrol dengan teman-temannya sampai tak terasa, mereka sudah sampai di sekolah.

Ia masuk ke kelasnya. Berantakan. Namun ia beruntung, karena kelas 4 yang ia tempati di tahun ajaran kali ini tidak mengalami kerusakan. Dibandingkan dengan ruang kelas 5 yang separuh dindingnya ambrol terkena tembakan tank. Sekolah itu sempat digunakan sebagai markas tentara Soviet di pertempuran lampau.

Andrey duduk di bangku paling depan. Teman-temannya mengajak untuk membersihkan dan merapikan kelas. Mereka saling membagi tugas. Ada yang kedapatan menyapu, membersihkan kaca jendela, mengecek berkas kelas, dan lainnya. Pagi itu, kegiatan mereka sungguh sibuk.

Teng teng teng! Lonceng sekolah berbunyi tiga kali. Menandakan bahwa semua murid dan guru berkumpul di lapangan. Semua pun berbondong-bondong pergi ke lapangan.

Ternyata, sang kepala sekolah memberi perintah untuk membersihkan sekolah bersama-sama sebelum mulai pembelajaran awal minggu ini. Setelah itu, beliau menyudahi pengumuman dan semua kembali ke kelas masing-masing, berkutat kembali dengan sapu, pel, meja dan kursi.

~

Pulang sekolah, Andrey merasa sangat capek. Ia menaiki sepeda kembali ke rumahnya. Di bangunannya masih terdapat beberapa kerusakan sehingga lubang-lubang tersebut ditutup dengan papan yang dipaku. Sampai di kamar, ia langsung menjatuhkan diri di kasur. Perlahan-lahan, matanya pun terpejam.

Sore hari, ia bangun. Ibunya menyuruh anak laki-laki semata wayangnya itu untuk membantunya mengangkati jemuran. Andrey menurut. Mereka pun segera bergerak sebelum salju turun kembali. Alhasil, semua baju sudah aman. Benar saja, tak lama kemudian, hujan salju pun turun kembali. Mereka berdua segera menyalakan perapian. Andrey sudah bekerja keras kemarin untuk membelah kayu-kayu bakar tersebut. Pekerjaan yang berat untuk bocah berumur 10 tahun, namun ia menyukainya.

"Bu. Ada surat dari ayah?" tanya Andrey kepada sang Ibu. Tangannya ia remas di dekat perapian agar hangat. Boneka keledai pemberian ayahnya ia peluk.

"Kurasa belum sayang. Ayahmu belum mengirim kabar terbaru," kata ibunya sabar. Andrey kecewa. Ia sudah sangat merindukan ayahnya. Maklum, ayah Andrey seorang prajurit Soviet yang ditugaskan di daerah barat. Beliau berjuang bersama rekan-rekannya melawan Nazi Jerman yang sangat berambisi untuk menguasai Uni Soviet. Tak jarang bila kawan-kawan ayah Andrey banyak yang gugur di medan perang. Oleh karena itu, setiap hari Andrey selalu mengkhawatirkan nasib ayahnya.

"Sudah nak, jangan khawatir. Ayahmu baik-baik saja di sana," sang Ibu menenangkan putranya yang mulai terisak. Andrey segera jatuh di pelukan hangat ibunya.

~

Malam telah tiba. Belum ada makanan untuk mengganjal perut Andrey yang sudah meminta. Ibunya sedang pergi keluar, hendak beli bahan makanan. Andrey melihat di jendela. Sepi. Ia akhirnya membaca buku sendirian.

Krieet... Oh, Ibu sudah pulang! Seru Andrey dalam hati. Ia segera menyambutnya. Dengan hati-hati, barang bawaannya ia pindahkan di dapur.

"Oh ya, Andy. Coba tebak, apa yang Ibu bawa?" tanya sang Ibu sambil tersenyum.

"Eemh, jajan?" tebak Andrey.

"Sama satu lagi?" Ibu masih tersenyum.

"Apa?" Andrey mendekati ibunya.

Ibu lalu memberikan serbet yang digulung. Andrey membukanya pelan-pelan. Sebatang cokelat dalam bungkus dan sesuatu di baliknya. Ia pun mengangkat cokelat tersebut dan wajahnya langsung cerah. Sebuah amplop dari Stalingrad. Surat dari Ayah yang telah ia tunggu! Andrey tersenyum senang. Ayahnya masih bisa berkirim kabar. Ia pun membuka amplopnya dengan hati-hati dan membaca isinya. Namun, wajahnya berubah agak masam.

"Ada apa Andy?" tanya Ibu khawatir.

Andrey memberikan surat itu ke ibunya. Beliau lalu membacanya. Sementara itu, perasaan waswas menyerang Andrey. Di surat tersebut, yang menulis bukan ayahnya, namun salah satu temannya yang memberi tahu jika ayah Andrey terluka dan harus dirawat di rumah sakit. Ibunya yang sudah selesai membaca langsung terduduk. Andrey langsung memeluk ibunya, air matanya bercucuran. Sungguh, ia sudah sangat merindukan ayahnya. Sudah hampir satu tahun ayahnya tidak pulang, kini dia luka parah. Tertembak di perut adalah masalah yang sangat serius. Ibu dan anak itu merasa sedih dan sangat khawatir.

Saat makan malam, perasaan Andrey sungguh tidak enak. Otaknya dipenuhi oleh bermacam-macam pikiran. Bagaimana kalau Ayah semakin parah lukanya? Bagaimana kalau dia meninggal? Andrey pun mencari cara agar bisa pergi ke Stalingrad untuk bertemu ayahnya. Lagi-lagi, dia hendak nekat. Dasar anak pemberani!

Hii, makasih udah mampir 😆! Menikmati cerita ini? Tambah di perpus donk 🤓📚. Vote darimu sangat diapresiasi 🤩👏👍

Perjalanan Panjang Andrey dan StalinskiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang