Pagi tiba. Matahari telah merayap sampai sinarnya menerangi alam. Burung-burung berkicau dengan merdunya. Andrey bangun terlebih dahulu. Ia jalan keluar gua. "Waah, indah sekali!" decaknya kagum. Padang rumput yang hijau terhampar di depan mata. Lebih jauh di depannya, mengalirlah sungai. Sepertinya terusan dari air terjun di bukit kiri.
Andrey berlari masuk ke bagasi pesawat. "Hey, Linski! Bangun! Bangun," ucapnya ceria sambil mengguncang badan pria yang sedang tidur.
"Hmuh, apa?" bisik Linski pelan. Dia membuka kelopak matanya perlahan.
"Selamat pagi pilot!" seru Andrey sambil menghormat.
"Pagi," balas Linski. Matanya hampir terpejam lagi.
"Pueh, mulutnya bau," keluh bocah itu sambil menutup hidung.
Andrey punya ide. Ia pergi keluar lagi. Ia mencari apa yang ia butuhkan. Barangnya biasa ditemukan di daun-daun. Biasanya, daun-daun tersebut jadi korban karena ia makan.
Andrey mengambil benda itu dengan ranting. Ia masuk lagi ke dalam gua. Ia menaruh benda tersebut di bahu Linski.
"Hei, putri tidur. Bangun. Aku ada hadiah untukmu," goda Andrey.
Pilot tersebut membuka matanya. "Hadiah apa?" tanyanya.
"Ada di bahumu. Jangan kaget ya," balas Andrey licik.
"HAH, ULAT BULU!!!" seru Linski kaget. Ia buru-buru menepisnya dengan tangan. "Ya ampun, bikin kaget!" gerutunya.
"Huahahahahahahahahahahaha!!!" Andrey tertawa terpingkal-pingkal sampai sakit perut. Ia tidak sadar jika ulat tersebut sudah ditaruh Linski di kepalanya. Ia pun kaget ketika tahu ada yang bergerak di kepalanya. Segera, bocah itu menjerit.
"Siapa dulu yang usil, hahahahahahahahahahahahahahahaha!" giliran Linski yang tertawa.
"Iih, sebel!" sungut Andrey.
"Makanya gak usah usil, hekhek," suara Linski sampai sedikit serak.
"Bau mulut," kata Andrey sambil menjauh.
Linski malu. Ia cekikikan. Dia keluar, melihat pemandangan di luar gua. Tak sekalipun terasa hawa musim dingin. Yang ada hanya kesejukan pagi. Seperti di daerah pegunungan tropis.
"Huuaaah, segar," Linski meregangkan badan.
"Aku mau ke air terjun," sambut Andrey. Ia membawa baju lainnya, handuk, sabun, odol dan sikat gigi.
"Eh, tunggu. Sayangnya, aku tidak bawa kaus ganti..." keluh Linski.
Dua laki-laki, satu dewasa satu bocah, jalan. Andrey nyeker, kakinya menyentuh tanah. Rasanya sejuk sekali. Belum pernah ia melakukannya, karena di Rusia suhunya sangat dingin.
Cip cip ciap, kekekekek, fiuiuiut... Aneka ragam burung berkicau dengan merdu. Telinga mereka langsung terasa rileks. Debur air terjun telah terdengar. Suaranya menyejukkan pikiran.
Andrey menaruh peralatan mandinya di batu cadas yang letaknya tak begitu jauh dari sungai. Ia takut kalau alat-alat itu hanyut terseret air. Ia menggantung baju dan handuknya di dahan pohon yang merendah.
Linski sudah turun ke sungai terlebih dahulu. Semua bajunya sudah ia tanggalkan dan ditaruh di atas batu cadas lain.
"Iiiih, Linski telanjang!" seru Andrey dari tepi sungai. Andrey segera melepas bajunya sampai telanjang bulat. Ia tertawa-tawa. Andrey pun ikut turun ke sana
"Hei, ayo ke air terjun," ajak si pilot.
Mereka menikmati pagi itu dengan mandi di sungai. Andrey merasa sangat senang. Linski mencipratkan air ke bocah itu. Mereka bermain-main di bawah guyuran air terjun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Panjang Andrey dan Stalinski
FantasíaAndrey Avdeyev adalah seorang bocah Rusia berusia 10 tahun. Pada suatu malam, ia dan ibunya dikabari jika ayahnya yang sedang bertugas di Stalingrad terluka parah. Andrey lalu mencari cara agar bisa bertemu dengan ayahnya. Ia kemudian bertemu dengan...