Berhari-Hari Kemudian

12 2 0
                                    

Subuh-subuh, terdengar suara glodekan. Andrey bangun. "Hitler to?" gumamnya. Ia masih mengantuk sehingga matanya menutup lagi. Hitler sudah bangun. Dia membuat adonan roti untuk makan nanti.

Adonannya baunya wangi sekali. Andrey menyusup kembali ke dalam pelukan Linski yang masih terlelap. Pilot itu bergerak sedikit. Dia merangkul anak itu. Hitler hanya senyum-senyum saja melihat mereka. "Seperti keluarga dekat saja," gumamnya. "Aah, ternyata punya keluarga itu mengasyikkan," kata Hitler pelan. Dia pun kembali sibuk mengolah adonan tadi.

~

Andrey masih terlelap di samping Linski. Pilot tersebut bangun. Ia mencari-cari jam, namun sayang benda itu tidak ada di sini. "Pukul berapa ini?" tanyanya kepada Hitler.

"Kurasa pukul tujuh".

"Mana jamnya?".

"Aku menggunakan jam matahari," jelas Hitler. Dia menghidangkan roti yang masih hangat dan wangi. Roti tersebut baru saja dikeluarkan dari panggangan. "Lekaslah mandi dan sarapan," ujarnya. Linski pun masuk ke dalam kamar mandi.

Andrey mendengar suara gemericik air. Dia bangun juga. Hitler tersenyum menatapnya. "Selamat pagi nak," sapanya.

"Heuh, pagi," jawab Andrey. Masih malas untuk bangun rasanya. Namun ia segera beranjak dan duduk di samping Hitler. Sesekali matanya merem melek karena masih mengantuk.

Begitu Linski selesai mandi, Andrey langsung masuk ke dalam. Dia menutup pintunya. Tak lama kemudian, juga terdengar gemericik air.

"Kita punya roti dan selai blackberry," sambut Hitler. "Oh ya, ada juga telur dan daging".

"Terimakasih. Aku akan coba selainnya. Mungkin Andrey mau dengan telur atau daging," balas Linski. Mulutnya wangi sirih. Dia memotong roti besar yang masih hangat dan mengoleskan selai di atasnya, lalu melahapnya.

Andrey keluar dari kamar mandi. Dia langsung duduk di meja makan. Tentu saja ia sudah menyikat gigi, kalau tidak nanti baunya seperti (eeq 🤢).

"Kau mau telur atau daging?" tawar Hitler.

"Hmm, telur juga boleh. Aku mau," jawab Andrey. Dia melihat Linski sedang memakan rotinya. "Itu selai apa?". Tangannya memegang botol kaca berisi selai berwarna ungu kehitaman. Baunya harum dan manis.

"Nyam... Selai blackberry," jawab Linski.

"Coba ah," kata Andrey sambil meraih sendok kecil. Dia mencicipi selai yang manisnya masih alami tersebut. "Mmm, enak," pujinya.

Hitler tersenyum mendengar selai buatannya dipuji. "Makasih, aku buat ini tadi pagi," jawabnya.

"Wah, berarti kamu sibuk juga ya?" kata Andrey.

"Ya. Aku membuat roti, mencari beri dan jamur, membuat selai," jelas Hitler. "Kadang aku juga bosan jamur," ujarnya sambil menggoreng telur. Dia punya menaruhnya di atas roti Andrey. "Hmm, makasih," sambut Andrey. Bocah itu pun melahap sarapannya.

Selesai sarapan, Andrey mengemasi barangnya lagi. Dia memberi Hitler dua butir apel emas. "Ahh, terimakasih sekali! Astaga, apel-apel ini akan sangat berguna buatku! Terima kasih!" serunya. Hitler pun meletakkan apel-apel tersebut di atas meja.

"Kami pamit dulu ya Hitler," kata Andrey. Sebetulnya, nyaman tinggal bersama orang itu. Namun, mereka harus kembali ke gua. Mengecek senjata yang diletakkan di gua.

"Eh, apa sebaiknya kalian aku antar ke dekat padang rumput yang kau ceritakan kemarin?" sergah Hitler. Dia takut kalau mereka tersesat di dalam Hutan Jamur. Linski dan Andrey langsung menerima tawaran Hitler. Maka, pria jamur itu memimpin jalan. Mereka tiba di dekat padang rumput itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjalanan Panjang Andrey dan StalinskiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang