Rencana

21 4 0
                                    

Mimpi tadi malam... Telah membuat Andrey benar-benar akan pergi ke Stalingrad. Tadi saat di rumah, Ibu menanyakan, mengapa dirinya terlihat pucat. Bahkan sarapan juga tersisa. Kini dia sedang berada di sekolah. Di luar, salju turun tak terlalu deras. Untung dirinya masih memiliki baju hangatnya.

Di sekolah, gerakan Andrey terkesan leda-lede, karena merasa sangat khawatir. Teman-temannya saling bertanya apakah dia baik-baik saja. Salah satu teman yang tahu memberitahu jika ayah teman mereka itu terluka saat bertugas. Teman-teman lalu menenangkan Andrey yang sedang bersedih hati. Biasanya mereka lihat Andrey yang aktif dan menyenangkan meski kadang memaksa.

~

Sepulang sekolah, Andrey lagi-lagi menyusup ke dalam bandara. Ia mengintip aktivitas di dalamnya. Sedang ada upacara. Wah, personelnya banyak sekali... Batinnya. Berarti saat di Stalingrad, teman-teman Ayah banyak sekali, kembali ia berpikir. Saat bendera merah dengan lambang palu dan arit dengan bintang di atasnya yang berwarna kuning dikerek, ia ikut menghormat, tetapi masih tetap bersembunyi. Menurutnya, saat terjadi upacara militer sungguh menarik.

Tibalah saatnya ketika seorang perwira tinggi naik ke atas podium dan berpidato. "Salam sejahtera, semuanya. Sudah setengah tahun, Jerman Nazi berada di Stalingrad. Mereka berusaha merebut kota penting milik kita. Mereka juga telah membunuh dan menyiksa kita, rakyat Soviet!" Pidatonya yang berapi-api disambut oleh sorakan para tentara. Perwira itu kembali berpidato,"Kita, sebagai salah satu bagian dari Soviet, sudah sepantasnya jika diserang balas menyerang! Namun, serangan kita di Stalingrad sudah hampir mencapai titik maksimal. Tapi, perlu diingat oleh seluruh personel. Jika kita lengah, bisa-bisa Jerman Nazi menjadi kuat dan merebut Stalingrad, kembali merasuk ke tubuh kita, Soviet! Oleh karena itu, kita akan menyerang mereka sampai titik darah penghabisan dengan usaha yang maksimal! Pada serangan lusa yang akan kita lakukan, kita akan menggunakan strategi PPP, 'Pesawat Pindah Profesi'. Penjelasan akan diberikan nanti tentang serangan tersebut. Dimohon para pilot nanti agar berkumpul di hangar pesawat nomor 5". Pidato pun berakhir. Seluruh personel militer langsung bersorak-sorai. Upacara pun berakhir.

Andrey kagum dengan pidato si perwira tadi. Kini ia akan mencari tahu apa yang akan dia lakukan nanti untuk pergi ke Stalingrad bersama para tentara. Ia pun mencari Linski.

Oh, dia sedang berada di hangar pesawat nomor 5 ya... Ya sudah, nanti aku temui setelah selesai, pikir Andrey. Ia menunggu sekitar setengah jam. Ia pun melihat Linski sudah berada di luar.

Dia sedang berkumpul bersama teman-temannya sambil minum vodka untuk menghangatkan diri. Andrey menggenggam segumpal salju dan melemparkannya ke punggung pilot muda tersebut. Di lemparan pertama, Linski memang menegok ke asalnya, tapi tidak menanggapi. Andrey melempar gumpalan kedua. Masih tidak direspon. Gumpalan ketiga, dia berkata pada teman-temannya jika dia hendak pergi sebentar. Siapa sih yang usil seperti itu? Di musim dingin yang mematikan lagi... Akan kubalas-, Linski tercekat setelah melihat siapa pelakunya.

"Linski, kapan kamu terbang ke Stalingrad?" Andrey langsung bertanya.

"Yah, kalau itu... Sebenarnya hanya ditugaskan untuk mengantar persediaan untuk tentara. Kau tahu, di sana mereka kehabisan makanan dan amunisi," jelas Linski.

"Kukira kau akan menyerang mereka seperti saat di Belarus..." balas Andrey.

"Yah, kalau pesawat penyerang mau bagaimana, sekarang musim dingin. Bahan bakar juga banyak yang beku," Linski menambah keterangannya.

Andrey pun mangut-mangut. Ia bertanya lagi,"Tapi habis dari sana, pesawat balik ke sini lagi?".

"Tidak. Pesawatnya akan berhenti di sana. Kalau untuk bolak-balik mungkin tidak cukup bahan bakarnya, karena dingin-dingin seperti ini butuh panas ekstra. Pesawatnya akan 'diistirahatkan' sampai ada bahan bakar baru untuk kembali ke Moskwa," jawab Linski. Andrey tersenyum. Ia sudah menemukan transportasinya.

Andrey meminta informasi lagi kepada Linski, jenis pesawat apa yang digunakan untuk mengantar barang. "Ah, kalau itu digunakan untuk mengecoh musuh. Pesawat pengebom jenis 13.666-GOSHEP jadi pengantar barang. Tapi memang di dalam sudah ada baba boy yang siap dijatuhkan memang. Pertama, pesawat-pesawat pengebom itu menjatuhkan barang-barang tentara saja. Otomatis musuh jadi lengah. Setelah dikoordinasikan, bom dijatuhkan. Fiuuuuuut, dhuarrr," ucap Linski menirukan suara bom dijatuhkan.

"Oh ya, Linski," Andrey hendak bertanya lagi. Linski tetikik geli. Ia pun bertanya, mengapa Andrey lebih suka memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Andrey menjawab, biar unik.

"Ya, tadi apa?" lanjut Linski. Andrey bertanya, kapan pesawat berangkat. Dan pria dengan umur yang terpaut 15 tahun dari bocah itu bilang bahwa pesawat akan berangkat 3 hari lagi.

"Oh ya, Linski. Emang strategi PPP itu idenya siapa sih?" tanya Andrey.

"Ah, itu... Idenya Kapten Petrova," jelas Linski sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sering menganggap kapten itu cerewet, bawel, dan ribut. Ternyata ia sepintar itu. Dia mempelajari kelemahan musuh, yaitu mudah terkecoh, serta membuat skenario yang sangat bagus saat menyerang musuh... Meski, dandanannya memang menor sekali.

"Oke, makasih penjelasannya," ujar bocah itu, lalu pergi dari bandara. Ia langsung pulang ke rumahnya.

Sampai di rumah, bocah itu langsung menyiapkan sebuah jaket tebal, topi ushanka miliknya, boneka keledai kesayangan, sarung tangan, syal, kacamata, serta boot bulu dari jaman kelas 1 SD ternyata masih muat di kaki. Sebuah ransel kecil yang berisi surat-surat ia kosongkan dan disimpan di laci. Ia akan membawa ransel kosong. Siapa tahu berguna...

Ibu yang melihat tingkah anaknya heran. "Mau ada kemping kah?" tanya beliau. Andrey menggeleng. Ia sibuk lagi di dalam kamar. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Selalu saja ada ulah anaknya. Baju di dalam lemari yang liputannya sudah rapi berantakan lagi. "Andreeey, nanti baju-baju ini kamu rapikan lagi ya!" perintah ibunya.

"Yaa," Andrey menjawab dari dalam kamar.

~

Saat makan malam, Andrey senyum-senyum terus. Aku akan datang ayah! Tekadnya. Selesai makan, hampir saja ia tidur tanpa sikat gigi kalau saja ibunya tidak menegurnya. Andrey hanya cengengesan lalu pergi ke kamar mandi. Ketika balik ke kamar, giginya sudah siap dibawa tidur. Dalam tidurnya, ia tersenyum. Ia bermimpi kembali menikmati momen bersama Ayah seperti sebelum perang terjadi.

Ketika pagi ia bangun, saking cerianya sampai melompat dari atas kasur. Kakinya tersandung bantal dan selimut. Akibatnya, badannya membentur lantai. Sakit, tetapi bocah itu hanya cengengesan. Ibu yang mendengar suara gaduh dari kamar anaknya segera menghampiri dan mengecek keadaan.

"Ada apa, Andy?" tanya Ibu khawatir.

Andrey tertawa sendiri. Ia lalu menjelaskan mengapa ia jatuh dari tempat tidur ke lantai. Ibu hanya bisa menggelengkan kepala. Ada-ada saja ulah anaknya ini...

"Ya sudah, sana cuci muka dan sikat gigi. Jangan mandi dulu, masih terlalu dingin. Nanti kena hipotermia," perintah Ibu. Andrey mengangguk.

Bocah itu mengambil air hangat yang sudah direbus ibunya, lalu digunakan untuk cuci muka. Setelah itu, giginya yang terasa bau ia sikat sampai bersih. Kumur pun harus pakai air hangat. Begitu perintah Ibu.

Andrey menghabiskan sarapannya dengan cepat. Semangkuk sereal dengan susu. Selesai, ia langsung menyambar tas sekolahnya, pamit, lalu menaiki sepeda sampai sana.

Andrey menikmati waktu sekolahnya. Rasanya tidak sabar ingin segera pergi ke Stalingrad. Ayah, sabar ya! Dua hari lagi, Andy akan ke sana, batinnya.

Aku senang kamu senang kita semua senang 😄✨~ Ketuk bintang untuk vote 🤓, aku amat senang. Bantu support cerita ya 💪😆

Perjalanan Panjang Andrey dan StalinskiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang