Sambil dengerin lagu ini, ya ....
Sometimes we lose people because we over love them.
~~oOo~~
Hujan duduk di atas jok motor. Demi menghindari macet, lelaki itu sengaja naik kendaraan roda dua alih-alih mobil. Dan kini, sosok ganteng Hujan malah menarik perhatian para lawan jenisnya yang tengah melintas.
"Lama amat si Agni," keluh Hujan. "Tahu gini aku bawa mobil tadi."
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Yang dibicarakan Hujan akhirnya muncul. Wajah memerah Agni terlihat semringah. Langkahnya setengah berlari menghampiri Hujan. Senyum yang terkembang di wajah polos itu tiba-tiba meningkatkan debar jantung Hujan beberapa puluh bpm (beats per minute).
"Hujaaan, makasih. Dagangan aku habis." Agni melambaikan satu kotak plastik besar di antara setumpuk tinggi kotak.
"Aku bawa hoki, ya?" Hujan balas tersenyum tak kalah lebar.
"Dih, pede banget." Meski berkata seperti itu, Agni tak urung mengangguk semangat. "Kamu juga pinter jadi babu pula. Makasih ya, bantuannya pagi tadi."
Hujan menyeringai. Ejekan Agni tak sampai ke hatinya. Namun, ucapan tulus terima kasih perempuan itu menghangatkan hati Hujan.
"Pulang, yok?"
"Eh, aku naik angkot aja." Agni menggeleng. "Ribet bawa kotak banyak gini kalau naik motor."
Hujan mengernyit. Dia tak suka penolakan Agni. Pagi tadi dia membiarkan perempuan itu pergi seorang diri ke Pasar Minggu membawa dagangan. Namun, saat berniat mengambil hasil jualan di siang hari, Hujan langsung menawarkan diri mengantar.
Mata Hujan mengamati motor yang dinaikinya. Motor sport yang jelas susah buat bawa kotak-kotak plastik gede milik Agni. Akan tetapi, lelaki itu juga tak mau membiarkan Agni naik angkot sendirian.
"Tunggu bentar." Hujan mengotak-atik ponsel pintarnya.
Selang lima menit kemudian, satu ojek daring datang. Agni terbengong-bengong kala Hujan memberikan kotak plastik kepada abang ojek.
"Antar sesuai alamat, ya?"
Agni terbelalak. "Eh, Hujan. Nggak bisa gitu. Masak aku–"
"Habis ini kamu ikut aku. Ada yang perlu kita omongin soal kompetisi wirausaha muda kemarin."
Mendengar kata kompetisi, Agni langsung menelan protes. Dia tak keberatan jalan bareng Hujan. Namun, Agni tak mengantisipasi kekesalan Hujan yang harus menunggu lama di parkiran dan kepanasan disengat matahari Malang jam dua siang.
"Pegangan," perintah Hujan saat Agni naik ke belakang.
"Udah pegangan ini." Agni tak bohong. Tangannya mencengkeram pinggiran dudukan belakang.
"Jatuh kamu nanti kalau nggak meluk aku."
Agni terbelalak. Posisinya serba salah. Dia mencegah dirinya berdekatan dengan Hujan. Namun, motor sport lelaki itu membuat Agni juga terpaksa menungging jika Hujan ngebut.
"Jangan kenceng-kenceng aja bawanya," ujar Agni kagok.
"Lah, ngapain pake motor sport kalau nggak dipake ngebut?" Hujan mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramellicious (TAMAT)
Romance• Terbit setiap hari Senin • Sama-sama menginginkan sebuah ruko di kawasan prestisius Malang, Agni dan Hujan yang merupakan mahasiswi di universitas ternama akhirnya bergabung dalam satu tim program wirausaha kampus. Sayang niat mereka yang berbeda...