Love is not about calling, texting, or kissing. But love is all about thinking someone everytime.
~~oOo~~
Agni mengentakkan kaki kuat-kuat. Kekesalannya masih memuncak. Bagaimana tidak jika niatnya ikut Kompetisi Wirausaha Muda alias KWM harus terganjal obsesi Hujan pada mantan kekasihnya."Sinting emang itu orang." Agni mengeluh keras. "Gimana dia bisa ajukan proposal tunggal dan catut nama aku buat anggota tim doang? Aku cuma penggugur syarat panitia gitu?"
Perempuan itu mengatur napas. Dia hampir bertabrakan dengan dua pengunjung yang hendak memasuki kafe. Buru-buru Agni menepi agar tak memblokir jalan masuk.
Saat itulah dia sadar kalau Hujan tak mengikutinya. Kekesalan Agni makin memuncak hingga ubun-ubun. Dia bergegas kembali ke dalam dan langsung terpaku di tempat.
Mata Agni terbelalak. Kakinya seolah menancap di lantai kafe. Badan perempuan itu tak sadar gemetaran.
"Pantas aja kamu ngotot dengan proposal angkringanmu. Ternyata ini alasanmu, Hujan?"
Agni mengembuskan napas keras. Dia balik badan segera, berusaha cuek dengan adegan romantis antara Hujan dan Selvi.
"Pantesan aja mbulet kalau jawab. Ternyata kamu masih CLBK sama mantanmu. Ya, udahlah. Kerja sendiri, Agni. Jangan bergantung terus sama Hujan."
Agni mengirim pesan instan ke nomor ponsel Hujan. Lalu perempuan itu naik angkot pulang ke kontrakannya. Sampai di rumah pun tidak ada balasan dari Hujan, hingga Agni menyerah menunggu jawaban lelaki itu.
Sesorean sampai malam menjelang Agni menyibukkan diri dengan tugas kuliah. Dia baru mulai memproses ide bisnisnya sendiri saat terdengar suara ketukan di pintu.
"Hai, aku ganggu kamu?"
Agni melirik belakangnya. Buku-buku bertebaran di mana-mana. Kertas-kertas coretan juga berserakan. Kamarnya sudah serupa kapal pecah.
"Lumayan," jawab Agni.
"Udah makan?"
Alis perempuan itu terangkat tinggi. Dia bingung bagaimana harus menjawab. Sungguh aneh saat Agni langsung bisa mengetahui Hujan pasti tengah membawakannya makanan.
"Belum." Akhirnya perempuan itu memilih jujur.
"Mau nasi Padang?" Hujan mengangkat bungkusan kresek bening berisi dua buntalan nasi.
Agni mengangguk. Dia sudah lelah menahan gengsi. Tak ada gunanya menolak tawaran Hujan. Toh, sering makan gratis juga berimbas sangat baik untuk kesehatan dompetnya.
"Yang tadi siang, maafin ya. Aku ketemu sama Selvi," ucap Hujan lirih.
Agni tercekat. Suwiran rendang yang dikunyahnya tiba-tiba terasa alot. Dia meraih botol air mineral dan menenggak isinya sampai habis.
"Nggak apa-apalah. Namanya juga ketemu pacar." Agni memamerkan senyum palsu yang jelas-jelas tidak dia mengerti.
Hujan bukan apa-apanya. Lelaki itu hanya penolong yang datang saat situasi ekonomi Agni sedang genting. Namun, mendengar Hujan menyebut nama Selvi ada sengatan nyeri tajam di hati Agni.
Dan Agni harap-harap cemas menunggu jawaban Hujan. Dia tahu, pasangan itu sudah putus hubungan. Namun, adegan romantis di kafe siang tadi sangat kontradiktif dengan pengakuan Hujan pada dirinya.
"Kami udah putus," kilah Hujan.
Agni menahan diri untuk tidak mengembuskan napas lega. "Lah, tadi siang aku lihat kalian mesra-mesraan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramellicious (TAMAT)
Romance• Terbit setiap hari Senin • Sama-sama menginginkan sebuah ruko di kawasan prestisius Malang, Agni dan Hujan yang merupakan mahasiswi di universitas ternama akhirnya bergabung dalam satu tim program wirausaha kampus. Sayang niat mereka yang berbeda...