Kamu tahu kenapa aku nggak suka kalo kamu mulai bilang lu-gue? Karena itu ngejauhin kamu dari aku. Ada jarak yang nggak bisa aku seberangi dan aku nggak suka itu.
(Hujan saat ngomelin Agni)
~~oOo~~
"Sampai mati pun juga gue nggak bakal mau minta bantuan dia."
Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Agni. Langkahnya cepat meninggalkan Hujan. Namun, lagi-lagi Agni kalah jarak sebab panjang kaki mereka berdua memang tak sama.
Dengan cepat Agni terkejar oleh Hujan. Lelaki itu menahan kepergian Agni.
"Cemburu, ya?" todong Hujan tiba-tiba.
Agni melotot galak. Hujan tertawa kecil. Mereka berjalan bersama tanpa mempedulikan tatapan orang-orang.
"Dih, gitu aja ngambek." Hujan gemas ingin menjawil puncak hidung Agni. Namun, dia berusaha keras menahan diri.
"Ya, elo kebangetan. Udah tahu itu pacar elo adalah musuh besar gue. Lah, enak banget nyodorin ide mau pinjem duit ke dia."
"Sudah jadi mantan." Hujan mengoreksi perkataan Agni.
"Iya. Mantan yang bentar lagi bakal balik jadi pacar," sindir perempuan itu ketus.
Hujan menghela napas berat. Biasanya dia tidak punya kesabaran ekstra menghadapi perempuan perajuk. Namun, melihat Agni yang sedang ngambek seperti sekarang justru Hujan jadi bersemangat menggoda.
"Kenapa jadi elo-gue lagi?" Hujan menatap perempuan di sampingnya lekat-lekat.
"Apaan, sih?" Agni mendengus.
"Ayolah. Aku-kamu gitu, loh."
"Ribet banget sama panggilan sih, Jan? Nggak penting itu! Yang penting sekarang adalah cari duit buat modal."
Hujan menggeleng-geleng. Dia menarik Agni menepi ke sebatang pohon besar. Panas terik sedikit berkurang berkat rindangnya pohon yang memberi keteduhan.
"Buat aku itu juga penting. Elo dan gue bikin kita berjarak. Aku nggak bisa seberangi jarak itu, Agni."
Perempuan itu tertegun.
"Mikirin apaan? Mukanya sampe bengong gitu." Hujan menjawil ujung hidung Agni.
Perempuan itu menepis tangan Hujan. Wajahnya memerah. Cepat-cepat Agni memutar otak mencari jawaban yang tidak menunjukkan kebaperannya. Gengsilah dia kalau sampai ketahuan memikirkan perkataan Hujan yang tembus ke hati.
"Mikirin duit," elak Agni cepat.
Hujan menahan tawa geli. "Jadi, gimana hasil pemikiranmu?"
"Minjem duit Tante aja kalau gitu."
Hujan menatap jahil ke arah Agni. Mukanya menahan ledakan tawa. Ternyata sangat mudah memprovokasi perempuan keras kepala itu. Tinggal sodorkan nama Selvi … voila, Agni pasti langsung mengambil tindakan agresif.
"Kamu nggak apa-apa aku minjem duit Ibuk?" Hujan menegaskan.
Agni menganggukkan kepala. "Mending pinjem sama Tante-lah, ketimbang …." Perempuan itu tak melanjutkan perkataan.
"Ketimbang aku balikan sama Selvi?" Hujan berbaik hati meneruskan perkataan rekannya.
"Urusan elo-lah, mau balikan lagi apa nggak," dengkus Agni kasar.
Hujan menghela napas panjang. "Kok, balik elo-gue lagi, sih? Mbok konsisten aku-kamu gitu, loh."
Agni memutar bola mata. Dia bergegas melangkah pergi menjauhi lokasi. Pasalnya mereka sudah jadi tontonan banyak orang. Rasa malu Agni meningkat drastis menyadari situasi di sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramellicious (TAMAT)
Romansa• Terbit setiap hari Senin • Sama-sama menginginkan sebuah ruko di kawasan prestisius Malang, Agni dan Hujan yang merupakan mahasiswi di universitas ternama akhirnya bergabung dalam satu tim program wirausaha kampus. Sayang niat mereka yang berbeda...