LIMA

647 74 0
                                    

"Terkadang, kita merindukan yang tidak seharusnya dirindukan. Dan melupakan yang harus diingat."

-Rescha Ael Giandra

Suara derap langkah kaki yang menyusuri koridor terasa begitu menggema meskipun ditengah kerusuhan yang tercipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara derap langkah kaki yang menyusuri koridor terasa begitu menggema meskipun ditengah kerusuhan yang tercipta. Dari kelas 12 IPS 1, jelas suara itu terdengar begitu nyaring dan terasa kian mendekat. Seluruh atensi dalam ruangan pun menilik dengan penuh rasa penasaran.

"Bu Mala datang," bisik salah satu di antara mereka yang duduk di dekat pintu. Walaupun berbisik, suaranya jelas terdengar seantero kelas ini.

Jika IPS dicap sebagai kelas yang damai dan tentram, SMA Delvaroz sebaliknya. Lebih tepatnya, hanya kelas 12 IPS 1 yang tidak mengenal tentram dan rajanya kerusuhan, terkecuali beberapa murid mereka yang menduduki kursi belakang. Dari tampangnya sudah terlihat jika mereka memiliki jiwa pendiam, cuek, dan introvert yang pekat.

"Menurut lo, tugas konyol apalagi yang bakal dikasih sama Bu Mala?" tanya Genta kepada Valen yang tengah duduk dikursi belakangnya. Yang ditanya hanya menggeleng dengan pelan. Tidak heran lagi bagi Genta jika menghadapi manusia ini. Genta tau jika Valen itu tipe pendiam, acuh tak acuh dan hanya bicara jika ada hal penting yang ingin dikatakan. Prinsip laki-laki itu adalah sedikit bicara tetapi banyak bertindak.

"Diem mulu lo, kayak patung pancoran"

Tanpa ada sedikit perasaan sakit hati, Valen hanya diam membisu. Cowok bertubuh gempal yang handal dalam berkelahi itu jika ditanya berapa kali ia berinteraksi dengan sahabatnya, jawabannya tidak banyak, bahkan jarang sekali. Kata yang sering keluar dari mulut Valen saja hanyalah kata, 'Terserah'

Kali ini kelas benar-benar menjadi hening tanpa suara teriakan-teriakan seperti tadi. Walaupun Mala bukanlah guru killer yang menjadi momok mengerikan bagi siswa-siswinya, tetap saja aura wibawanya sangat terasa. Dengan senyum manis yang selalu diartikan 'menyeramkan' oleh para siswa 12 IPS 1, ia membuka kelas dengan sapaan hangatnya.

"Good morning everyone! Setelah tugas pertemuan lalu yang menjadi sebuah pembukaan pada semester kedua, kali ini ibu akan memberikan sesuatu yang berbeda kepada kalian semua!" atensi Mala mulai menyapu seluruh ruangan. "Ibu memberikan kebebasan untuk kalian membuat kelompok belajar pada mata pelajaran ekonomi."

"Satu kelompok terdiri dari berapa orang Bu?" tanya salah satu murid yang menduduki kursi paling depan.

"Satu kelompok terdiri dari enam orang. Untuk penentuannya, ibu serahkan kepada kalian."

"Baik, Bu." ucap siswa-siswi serentak.

Semua murid mulai gaduh dikelas dan saling bertanya satu sama lain untuk mencari teman kelompok. Berbeda dengan anggota inti Gatravic, yang hanya duduk santai dimejanya masing-masing. Mereka tak perlu susah payah untuk mencari teman sekelompoknya, lagi pula mereka sudah cukup untuk membentuk sebuah kelompok.

"Buset, pala gue ampe puyeng liat mereka mondar-mandir nggak jelas kayak gini," ucap Genta menghela napas kasar seraya menyandarkan bahunya dikursi. Lain halnya dengan Aksara yang asyik menggoda Yuri yang duduk dibangku sebrang.

"Neng Yuri, Abang Aksa mau pantun nih." panggil Aksara dengan suara dibuat-buat, suara itu terdengar sangat menggelikan di telinga orang yang ia panggil.

Yuri yang tengah membicarakan tentang tokoh Fiksi favoritenya menoleh sesaat kearah Aksa yang langsung melambaikan tangannya, Yuri bergidik ngeri melihat itu dan segera membuang muka ke sembarang arah.   

Aksa memasang wajah memelas saat melihat Yuri malah tidak melihatnya, namun setelah mendapatkan dukungan dari teman-temannya ia langsung melanjutkan kembali aksinya. "Malam hari makan camilan..."

"Cakep!"

"Makan camilan sambil bersosial media,"

"Cakep!"

Aksa mengepal tangannya sambil menatap langit-langit kelas dengan penuh penjiwaan, "Dari pada hanya menjadi teman, lebih baik kita pacaran saja."

Sorakkan keras terdengar nyaring dari perkumpulan mereka. "Aku menyebutnya tampan dan berani" gelak tawa dari Galaksi seraya menoyor kepala Aksa yang masih berharap Yuri mau menatapnya, namun akhirnya Aksa berhasil, Yuri beranjak dari kursinya dan menghampiri mereka.  

Yuri tak mau basa-basi, ia sontak menyentil dahi Aksa dengan kekuatan penuh, "Sa, gue bilangin sama lo,"   

Aksa menaruh tangannya disebelah telinga kirinya, bersikap seperti ingin mendengarkan sesuatu yang sangat penting. "Apa sayang?"   

"Ini masih siang, gak usah mimpi yang ketinggian, gue masih waras untuk suka sama lo!" peringatan yang meluncur dari mulut Yuri ini terdengar seperti hantaman beribu pisau di telinga Aksa, Yuri segera berlalu ke tempatnya, membiarkan Aksa yang masih mematung di tempat.   

"Anjay sadis, sakitnya gimana mas?" celetuk Genta sambil memukul bahu Aksa dengan tidak ber-perasaan, membuat pemiliknya mengaduh kesakitan.  

"Sakitnya tuh disini," lebay Aksa memasang wajah memelas seraya memegang dadanya seperti terasa sakit hati.

Berbeda dengan Ael yang sedari tadi hanya diam tak memperhatikan, sejak tadi arah pandangannya hanya satu, seorang gadis yang sedang sibuk dengan ponselnya—Bianca Clarissa. Dulu mereka adalah sepasang kekasih terpopuler seantero sekolah ini. Namun kisahnya kandas ditengah jalan. Tanpa sadar Ael beranjak dari duduknya dan menghampiri Bianca.

"Lah mau kemana, bro?" tanya Galaksi, saat melihat Ael beranjak dari tempatnya.

Ael tidak menjawab dan langsung menghampiri gadis yang berada tak jauh dari tempat duduknya, rasa gugup memang ada, tapi sebisa mungkin ia harus melawan ego nya itu. Bianca mengernyitkan dahinya saat Ael sudah berada di sampingnya.

"Ngapain?" tanya Bianca.

Ael menatap wajah Bianca yang sedang menatapnya dengan heran, "Nca, pulang bareng yuk?" ajak Ael penuh harapan. Nca, nama itu adalah panggilan kesayangannya untuk Bianca.

Bianca terkejut bukan main, cowok dengan notabene 'mantannya' itu mengajaknya untuk pulang bareng? Sangat tidak disangka. Ael sendiri masih diam dan menunggu jawaban dari Bianca.

"Sorry gak bisa, gue udah ada janji pulang bareng sama Zeva."

Ael menghela nafas kecewa, "Besok gimana?"

"Gak bisa juga"

"Yaudah gapapa, next time aja" dengan raut wajah lesu Ael segera berlalu pergi ke tempat duduknya.

"Adeek, cinta tak selamanya indah dek." celetuk Genta dibarengi gelak tawa dari yang lain. Namun, tidak untuk Ael dan Aksa yang menatap mereka dengan tatapan tajam. Sial sekali mereka hari ini. Sudah ditolak, ditambah lagi mendapatkan ledekan habis-habisan oleh temannya.

Selamat menunaikan ibadah puasa untuk yang menjalankan❤Semangatt puasanya^^Jangan lupa follow, vote, dan comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat menunaikan ibadah puasa untuk yang menjalankan❤
Semangatt puasanya^^
Jangan lupa follow, vote, dan comment.
See u on the next chapter!

Bogor, 20 April 2022

GALAKSI GERHANA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang