DELAPAN

577 54 22
                                    

𝐇𝐢! 𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐜𝐚𝐥𝐥 𝐦𝐞 𝐏𝐢𝐤𝐚𝐚

𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 ⭐ 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐲𝐚! 𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐲𝐨𝐮❤

𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐈𝐍𝐆!

"Lepp-passin g-guee!" ujar Elara terbata-bata dengan tangan yang terus berusaha untuk melepaskan jari jemari Azora dari lehernya.   

"Kasihan. Tadi berani nantangin gue, sekarang lawan dong!" tantang Azora nampak sadis. Elara terus memberontak agar Azora melepaskannya.   

"Lain kali gak usah sok jagoan. Crazy bitch!" Bentak Azora sembari berhenti mencekik dan beralih mencengkram pipi Elara. Elara membelalakan matanya saat mendengar dua kata terakhir dari kalimat yang Azora lontarkan tadi.

"C-cewek sialan!" umpat Elara membuang muka kesembarang arah agar wajahnya terlepas dari cengkraman Azora. Dia mengepalkan tangannya kuat, menatap Azora dengan tatapan tajam. Tangannya sedikit terangkat untuk memberi Azora bogeman mentah. Tapi nihil, dengan cepat Azora mencengkram pergelangan tangan Elara lalu memelintirnya hingga terpilin melawan arah.

"Arghhh..." erang Elara.

"Gak usah macem-macem, atau gue patahin tangan lo sekarang juga." desisnya disebelah telinga Elara. Namun, hanya ada suara ringisan pelan dari gadis itu. Azora mendorong Elara hingga tersungkur ke tanah.

Kini badan Azora sedikit membungkuk. Mensejajarkannya wajahnya dengan wajah Elara. "Jangan pernah ngeremehin hal sekecil apapun. Rumput yang lo injak, nyatanya dia lebih kuat dari pada pohon beringin yang roboh dan hanyut terbawa banjir. It's so much deeper than that. Setiap orang punya kekuatan untuk mengejutkan siapa pun dan kapan saja."

***

BUGH!

Satu tendangan Gerhana berikan kepada dua lawannya sekaligus hingga terdorong mundur beberapa langkah. Ringisan dari keduanya membuat semangat Gerhana semakin membara. Lawannya kembali maju bersamaan, tetapi dengan cepat Gerhana menangkis serangan-serangan lawannya dengan mudah.

"Sama sekali bukan tandingan gue."  senyum smirk seulas terukir dibibir Gerhana tanpa menghentikan pukulan demi pukulan yang ia layangkan.

Detik kemudian Gerhana mulai menghentikan aksinya dengan nafas yang tersengal, mengibaskan rambutnya yang sudah dibasahi oleh peluh keringat yang mulai bercucuran dari pangkal dahi hingga ujung dagunya. Ia berusaha mensejajarkan matanya dengan mata Zale, salah satu lawannya. Gerak tubuhnya perlahan, dingin. Tangan kanan Gerhana erat mencengkram leher Zale. Kini wajah mereka berhadapan. Membuat nyali Zale semakin tipis.

"Bersyukur lo, keparat. Kalau enggak, kepala lo udah pecah!" bisik Gerhana dingin.

***

Galaksi kembali memukul Revan dititik ini, menggerakan tangan kanannya untuk mengangkat kerah baju yang dipakai Revan, hingga tubuh cowok itu tampak tercondong ke atas dengan lemah.  

"Pengecut!" lirih Revan kembali berucap itu dengan senyum sinisnya.  

Galaksi menghembuskan nafasnya kasar. Revan benar-benar sudah berhasil membuat darah amarahnya keluar dengan cepat sekarang, seolah cowok itu memang sengaja mengumumkan genderang perang padanya.  

"LO-" Galaksi seakan terpancing untuk lagi-lagi memukul cowok yang kini tengah berada dalam cengkramannya itu. Tidak, bukan hanya pukulan saja yang ingin ia tunjukan sekarang, tapi juga niatan untuk menghabisi Revan. 

GALAKSI GERHANA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang