prolog

109 31 108
                                    

.
.
.
.

Prangg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Prangg

Pecahan gelas menyebar ke seluruh ruangan. Bukan hanya gelas yang pecah, tapi beberapa benda lainnya juga ikut ia lempar. Mela yang tidak bisa mengontrol amarahnya, memutuskan untuk duduk sejenak. Mengatur napasnya yang kian menggebu.

"Kamu kenapa si mas? Kamu kan tau aku sama dia itu kerja hanya sebatas klien, lagian gak biasanya kamu kayak gini."

"Saya tidak melarang kamu untuk hal itu, tapi ingat, saya hanya mengijinkan kamu bukan membiasakan kamu berdekatan dengannya."

"Apakah anda berkata seperti itu karena istri dari kline saya itu teman anda pak Zayyan?"

"Jaga ucapan mu dek, jika bukan karenanya mas tidak akan tau dimana kamu menyembunyikan ANAK SULUNG KU MELA."

Zayyan sudah tidak tahan lagi, ia meluapkan semua yang ada di pikirannya. Ia melupakan jika sang anak dapat mendengar semuanya.

"A-ayah"

"Tidak apa sayang, ayuk kita kembali ke kamar mu, ayah akan menemanimu."
Selepas kepergian sang suami, Mela yang sedari tadi menunduk hanya bisa pasrah. Menangis sejadi-jadinya, tidak peduli dengan anaknya yang enggan kembali ke alam tidur nya.

"Kembali lah ke kamar, saya akan segera menyusul. Dan jangan keluarkan suara tangis anda, itu akan menggangu tidur anak saya, " ucap Zayyan dari depan kamar sang putri.

"Ingin menjelaskan sesuatu Mela?" tanya Zayyan menatap lekat kedua mata sang istri. Yang ditatap hanya diam saja, tidak ada pergerakan sedikit pun.

Zayyan mulai geram, di angkatnya dagu sang istri, di tatap sedemikian rupa. Wajah Mela kini basah akan pelu nya, Zayyan yang melihat itu mengusap keringatnya menggunakan lengan kemeja kerjanya. Tak ayal jika ia sangat mencintai sang istri, mau seburuk apapun perilakunya Zayyan akan tetap mencintai nya setulus hati.

"Tidak baik jika seorang istri hanya diam saja ketika sang suami bertanya kepadanya. Jangankan suami istri, orang yang tidak memiliki ikatan sekali pun, tidak baik jika mengabaikan pertanyaan orang lain"

"Apakah kamu mengerti sayang?"

Mela merasa gugup sekarang, bukan karena kalimat 'sayang' yang Zayyan ucapkan, melainkan perilaku pria di depannya ini.

"Ck, tidak perlu mengingatkan ku seperti itu. Apa yang kau inginkan? oh, penjelasan tentang anak sulung mu, carilah dia sendiri, aku sudah tidak membutuhkan dirinya"

"MELA ARIZATY"

"Ada apa mas, apa anda keberatan? Huh jika kau ingin tau, aku telah lama menginginkan bercerai dengan mu, tapi apakah kamu akan menyetujui hal itu? Aku pikir itu tidak, tapiー"

Ia berhenti sejenak guna mendekatkan diri kepada sang suami. "Haha, kamu tidak dapat berdusta terlalu lama suamiku. Apa kamu pikir aku tidak pernah melihat mu BERCUMBU DENGAN WANITA SIALAN ITU?!"

"Wanita mana yang kau maksud Mela?"

"Apa sekarang kamu berlagak bodoh? Baru saja kemarin kamu berjumpa dengan-Nya, sepertinya kita lebih baik untuk sendiri-sendiri saja mas, tenang aku akan membawa anak ku bersama ku, agar kamu bisa puas berduaan dengan jalang mu"


Rembulan bersinar dengan indahnya, bintang-bintang terbentang luas di angkasa sana. Menelusuri keindahan sang Pencipta. Bersenandung ria, tidur terlentang di atas tumpukan rumput. Melantunkan beberapa kalimat penenang, seraya mengelus tangan sang kekasih.

"Ingatlah! aku akan selalu ada untukmu, hiraukan mereka, kamu hanya untuk ku dan selamanya akan seperti itu. "

Menggenggam tangan mungil, lalu dikecupnya. Sang pemilik hanya diam tak berkutik.

Malam ini sungguh indah, akan kah selamanya seperti ini? Aku sungguh tidak tau, yang aku tau tidak akan ada masalah yang terlalu berat jika di selesaikan bersama.

"Kamu, suatu ketika terasa sangat dekat hingga sepertinya bisa ku raih. Namun, saat itu pula kamu terasa jauh, sejauh garis senja di samudera yang tak berujung"

"Aku sangat mencintai nya, semoga semesta mengetahui nya"

Eu;noiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang