6.

40 29 150
                                    


Angin malam menerpa wajah cantik Kemala, kini dirinya berada di taman halaman rumah. Sepertinya bulan masih enggan untuk pergi, terbukti saat Kemala mendongakkan kepala, ia masih bisa melihat bulan itu dengan jelas.

"Seorang anak gadis tidak baik berada di luar rumah saat jam segini, " tutur seseorang yang berada tidak jauh dari Kemala.

Melihat senyuman sang kakak membuat hati Kemala tersentuh. Selain senyuman sang ibunda, senyuman sang kakak tidak jauh mempesona.

"Mala hanya mencari suasana baru untuk menulis, kalau di kamar Mala sudah bosen, "

Mendengar tutur kata sang adik membuat Langit- kakak Kemala mengerutkan keningnya. Kemala melupakan suatu hal dari sang kakak, Langit adalah orang ter-peka diantara keluarga nya.

"Sudah kakak bilang berapa kali Mala, jangan menghirup tembakau itu lagi kenapa kamu masih ngeyel?! "

Kemala tak kuasa melihat Langit dalam sikap yang seperti itu. Membentak dan menatap tajam kearahnya. Jika boleh memilih, ia lebih
baik di bentak sang papa dari pada Langit.

"Mala, kamu masih punya kakak disini jangan anggap jika kamu sedang sendiri, kakak pasti akan selalu mendukung mu, jika itu baik untuk dirimu."

"Maaf kak."

"Sudah lah pergi masuk kamar mu, jangan pergi ke mana-mana selama seminggu ini. Anggap saja kamu sedang kakak hukum, mengerti?"

Masalah satu belum selesai, sudah datang masalah baru lagi. Sebenarnya Kemala tidak sebodoh itu tapi dia memang se ceroboh itu. Sepertinya sekarang bodoh dan ceroboh beda tipis ya.

Kini ia hanya bisa meratapi nasibnya, tidak di ijinkan untuk pergi keluar. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli tentang ancaman itu. Yang ia takutkan, sang kakak tidak akan mau memaafkan nya. Memang betul jika dirinya yang salah. Apa boleh buat? Sang kakak sudah mengetahui nya.

Kemala sedari tadi hanya menunduk, mengabaikan sang bunda yang telah lama duduk bersama nya. Di usap nya kepala sang anak, membuat Kemala baru menyadari kedatangan sang bunda.

"Loh, bunda kapan dateng nya? Perasaan tadi Mala sendiri deh."

"Baru saja, Mala kenapa, lagi ada masalah? Mau cerita sama bunda?"

Penuturan sang bunda membuat Kemala terhipnotis. Ia bukan lah orang yang sering bercerita tentang kehidupan nya, terkecuali sang bunda dan kakaknya.

Meski begitu, dirinya masih tetap merasa malu jika harus menceritakan tentang kehidupan nya. Dengan dirinya menulis, itu sedikit menghilangkan rasa kesepiannya.

Sang bunda jarang berada di rumah. Ia akan pulang sekitar tiga hari sekali, mungkin saat ini toko butik nya tidak memiliki hambatan. Dan itu membuat sang bunda bisa pulang lebih awal, dan lebih sering menghabiskan waktu luangnya di rumah.

Tidak jarang juga Kemala sendirian di rumah. Bukan hanya bundanya yang jarang pulang tapi papanya juga seperti itu. Bahkan ketika mereka berdua tidak berada di rumah, ntah mengapa sang kakak jadi ikut-ikutan pergi meninggalkan nya. Jangan lupakan jika sang kakak juga memiliki kekasih, Kemala.

"Kakak tiba-tiba marah padaku bun, aku takut kakak tidak mau memaafkan ku."

"Memang apa yang telah kamu perbuat? Sampai ia tidak mau memaafkan mu?"

Habis sudah dirinya sekarang. Kemala gelagapan sendiri menjawab nya. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, bisa-bisa bukan hanya sang kakak yang akan marah padanya tetapi sang bunda akan ikut memarahinya.

"Emm i-ituu, gak tidur, haha iya iya, kakak marah karena Mala masih di luar dan bilang gak mau tidur sampai pagi," ucap Kemala dengan gelagapan.

"Astaga cuman karena itu? Ya sudah mending sekarang, kamu pergi ke kamar mu lalu tidur, jangan sampai kakak mu melihat kamu tidak tidur Kemala"

Eu;noiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang