Duduk termenung di depan laptop yang telah menyala sejak sang fajar enggan menampakan wujud nya. Membolak-balik keras yang telah di cetak lalu membuangnya.Merasa kurang puas dengan hasilnya Kemala melanjutkan kegiatan yang menyita banyak waktu nya di pagi ini. Jika bukan karena hobi Kemala tidak mungkin menghabiskan waktunya di depan laptop sepagi ini.
Sudah tidak terhitung lagi, berapa kali Kemala meremas kertas-keras itu dengan frustasi. Kini tubuh nya sudah lelah, ingin rasanya menutup kedua matanya dengan rapat namun sebuah ketukan pintu mengacaukan rencananya.
Dengan segera Kemala membuka pintu dan melihat sosok wanita tua yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.
"Wah bibi, tumben banget makannya dibawa ke kamar biasa mala yang ke bawah."
Kemala merasa heran sendiri walau perlakuan itu terlihat sangat lah wajar, dirinya juga tidak mengelak jika perlakuan sang bibi membuatnya terharu. Ketika bi Lastri ingin membuka suara, Kemala sudah lebih dulu mengutarakan isi hati dan kepalanya.
"Oh Mala tau, ini pasti dari kakak kan, sudah lah bi tidak perlu berbohong lagi aku tau kok, kakak dari dulu sudah sering kan menyuruh bibi untuk melakukan ini. Oiya bi, Mala mau minta tolong sampaikan makasih Mala ke kakak ya bi."
Bibi Lastri hanya menganggukkan kepala dan tersenyum, setelah nya beliau langsung meninggalkan kamar Kemala. Perasaan yang tadinya buruk, saat ini telah jauh lebih baik. Hati Kemala di buat berbunga oleh sang kakak. Berjingkrak-jingkrak di atas ubin kamar nya, sehingga membuat Kemala menginjak kaki nya sendiri.
Tersenyum manis, seakan tidak mempunyai beban yang ia pikul di pundaknya. Membawa nampan berisikan makanan untuk ia letakkan di meja dekat sofa yang tidak jauh dengan balkon kamarnya.
Memakannya dengan hati senang, membuat Kemala lupa akan janji nya dengan seseorang. Berjalan kesana-kemari saat benda pipih itu hilang entah kemana. Dengan susah payah akhirnya Kemala menemukan ponsel nya, ia lupa jika menaruh benda itu di tumpukan kertas-kertas cetaknya.
Dengan terburu-buru, Kemala menuju kamar mandi dan segera bersiap. Tepat pukul sembilan pagi Kemala sudah siap dengan flashdisk yang dibawanya. Menuruni anak tangga lalu berlari menuju garasi. Membuka pintu mobil dan segera menancapkan gas menuju tempat tujuan.
Cuaca hari ini sangat panas membuat Kemala harus menghidupkan pendingin mobil lebih dingin. Tepat ketika lampu itu berwarna merah, Kemala mendapatkan panggilan dari orang yang telah menunggu nya.
"Yak! Lo lama banget, gak tau apa sekarang lagi panas. Jangan lupa bawa kertas cetaknya, gue mau lo bawa dua-duanya, kertas cetak dengan flashdisk."
Jika bukan karena terpaksa ia tidak akan pernah mau mendengar kan perintah perempuan sinting itu. Terpaksa Kemala harus memutar arah untuk mengambil kertas cetak yang di perintahkan.
"Baiklah mari hadapi ini, tidak apa-apa Mala tidak akan terjadi apapun mungkin hanya makian dan sumpah serapah yang keluar dari mulut itu cewek," monolog Kemala ketika sampai di tempat tujuannya.
Cafe ini terlihat sangat penuh, Kemala sedikit kesusahan dibuat nya tapi untung nya orang yang menantinya melambaikan tangan. Kemala bergegas menghampiri mereka. Iya mereka, Keila dan kak Langit?
Menatap dua insan di depannya membuat alis Kemala menyatu. Keila yang tidak suka jika milik-Nya di tatap lekat oleh orang lain, langsung angkat bicara.
"Tolong penglihatannya di jaga, yang anda lihat saat ini adalah milik saya dan hanya saya" Kemala bergidik ngeri saat kedua kata itu ditekannya.
"Tenang saja kak aku tidak akan merebut milik mu itu, dan iniー"
"Semua sudah sesuai dengan permintaanmu, sekarang mana hak ku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Eu;noia
Novela JuvenilCara seorang Revan yang menjaga Mala sedemikian rupa. Sampai ia lupa, bahwa keduanya tak akan pernah bersama. Dan itu membuat Mala buta akan segalanya, pada pasalnya masih ada seseorang yang lebih pantas dibandingkan kekasihnyaーRevan ...