♫Dengan langkah gontai, Kemala memasuki tempat tinggalnya. Ketika membuka pintu Kemala di kejutkan dengan keberadaan sang ibunda di hadapannya. Menatap lekat sang ibunda, membuat Mela-ibunda Kemala menatapnya heran.
"Ada apa dengan mu Mala, kamu tidak berbuat macam-macam kan? "
"Bunda tenang saja Mala tidak berbuat apapun, bunda kan tau Mela ini anak yang baik mana mungkin Mala melakukan hal buruk". Kemala membalas senyuman yang terukir di wajah sang ibunda.
Langkah Kemala tercekat ketika melihat sang papa tengah duduk dengan damai sambil membaca berita yang ada. Andai dirinya bisa terbang, mungkin saat ini Kemala sudah bisa berbaring di atas ranjang empuknya.
"Buru-buru sekali kau Mala, sini duduk dulu papa ingin berbicara sedikit"
Sungguh, jika tidak mendengarkan perkataan orang tua adalah perilaku yang sopan mungkin Kemala sudah melakukanya dari lama. Kini ia tengah duduk tepat di samping sang papa. Suasana yang tadinya damai berubah menjadi mencengkram. Dengan hati-hati Kemala bertanya kepada sang papa.
"Ada apa pa, apakah papa memerlukan sesuatu?"
"Kau tau kan jika saya tidak senang dengan kekalahan atau pun ketidak sempurnaan? "
Kemala sangat takut sekarang, alhasil dirinya hanya bisa menganggu sebagai jawaban.
"Lalu kenapa kali ini kamu gagal Mala? "
"Jika kau tidak berubah semua barang barang itu benar-benar akan saya sita jika perlu saya akan membuangnya, hanya karena benda itu kau bisa gagal menjadi yang pertama."
"Dengar Mala kamu harus berubah, contohlah Lily dia berhasil mendapatkan juara pertama bahkan Lily juga dua juara pertama di tempat yang berbeda."
"Coba lihat lah dirimu Mala, bukannya belajar malah menulis, itu tidak akan ada gunanya. Apa iya tulisan mu itu akan membantu mu kelak? Belum tentu, tapi kalau ilmu, itu pasti akan sangat membantu mu. Jadi dengarkanlah apa yang saya pinta dan patuhi peraturan saya."
"Nanti malam akan saya panggil kan tutor dan kamu harus mengikuti perlombaan minggu depan."
"Tapi pa, Mala sudah ikut yang sekolah Mala ajukan."
"Kamu bisa mengikuti keduanya, tidak ada bantahan!"
"Pa! Apa bisa papa melihat ke arah Mala? Semuanya sudah Mala lakukan pa, meski Mala tidak mempunyai minat yang kuat Mala paksakan itu, tapi apa? Papa tetap saja tidak puas dengan hasil Mala"
"Papa hanya melihat ke arah Lily saja, pa, anak mu bukan hanya Lily, Mala ini juga anak papa," tutur Mala yang tengah berlinang air mata.
Plakkk
"KEMALA! saya tidak pernah mengajarkan mu berkata demikian! Harusnya kamu bersyukur, saya masih mau membiayai semua kebutuhan mu, lagi pula kamu ini hanya anak tiri saya Kemala," tutur sang papa. Meski nada yang beliau gunakan terkesan rendah, tapi berbeda dengan Kemala. Kata-kata tersebut sangat menyayat hatinya.
"Saya tidak mau tau, kamu harus melakukannya dan nanti malam akan saya bawakan tutor terbaik, jadi bersiap-siap lah,"
mendengar intonasi sang papa yang meninggi membuat Kemala harus menurutinya.Kemala hanya bisa pasrah seraya menundukkan kepalanya. Seolah mengerti perasaan sang putri, Mela berjalan mendekat Kemala. Diusapnya kepala sang anak, harap-harap sang anak lebih tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eu;noia
Fiksi RemajaCara seorang Revan yang menjaga Mala sedemikian rupa. Sampai ia lupa, bahwa keduanya tak akan pernah bersama. Dan itu membuat Mala buta akan segalanya, pada pasalnya masih ada seseorang yang lebih pantas dibandingkan kekasihnyaーRevan ...