08. Maldives

3.2K 244 17
                                    

          "Welcome to Maldives Mr & Mrs. Anslee," Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 16 jam menggunakan sebuah private jet, akhirnya mereka tiba di Maldives–tempat yang sudah dipilih oleh Anslee untuk menghabiskan bulan madu mereka.

Maldives dan private jet...

Huh, semua masih terasa seperti mimpi bagi Kavi.

Ia bahkan tidak berani memimpikan semua itu tetapi nyatanya Kavi sekarang tengah berada di Maldives bersama suaminya yang sangat kaya raya.

Suami...

Kata itu masih sangat asing untuknya, atasannya yang baru ia kenal selama dua bulan lamanya itu sekarang sudah menjadi suaminya.

Sedangkan kekasih yang sudah ia kenal bertahun-tahun lamanya sekarang hanya menjadi sebuah kenangan. Hidup memang tak bisa ditebak.

"Jika kau tidak suka di sini maka kita bisa pindah ke tempat lain," ujar Anslee menyadari ekspresi Kavi yang terlihat sedikit murung dengan gurat halus menghiasi dahi perempuan itu.

"Aku suka di sini."

"Wajahmu menunjukan sebaliknya."

"Aku senang hanya saja aku sedang menghitung berapa biaya perjalanan kita tadi menggunakan private jet, untuk menyewa satu jam saja dikenakan biaya 3.000 dolar maka jika 16 jam–"

"9.000 dolar per jam," ralat Anslee, "Untuk menyewa private jet seperti tadi kau harus membayar 9.000 dolar per jamnya."

"9.000 dolar?!" Kavi menganga tak percaya, "Aku harap aku salah dengar."

"Itu private jet terbaik dengan jam terbang yang lama, private jet lain mungkin tidak memiliki kapasitas untuk terbang lebih dari sepuluh jam."

"Kau baru saja membuang 144.000 dolar hanya untuk pergi ke sini?" tanya Kavi lagi memastikan jika pria itu benar-benar membuang uangnya seperti membuang kotoran.

"Kavi, 144.000 dolar bukan uang yang besar untukku, ada ribuan dolar yang masuk ke dalam rekeningku setiap menitnya, kau tak perlu takut aku jatuh miskin."

Tidak bisa.

Kavi bahkan tidak pernah melihat atau menyentuh uang sebanyak itu.

"Sebaiknya kita naik pesawat biasa saat pulang."

"Private jet tadi milikku jadi aku tak membayar apa pun, jika kau lupa, suamimu ini memiliki sebuah maskapai penerbangan, aku bisa menggunakan semua pesawatku dengan gratis."

"Sir," panggil Kavi menatap pria itu dengan tatapan khawatir, "Wajahmu pucat, kau sakit?" Ia baru menyadari wajah Anslee yang terlihat pucat.

"Hanya jetlag."

"Benarkah?"

Tepat saat itu ponsel Anslee berdering. Pria itu menatap layar ponselnya cukup lama seakan enggan mengangkatnya.

"Masuklah lebih dulu, ada panggilan masuk, aku akan segera menyusul," suruh Anslee melepas rangkulannya pada pinggang Kavi.

Melihat bagaimana Anslee yang pergi begitu saja membuat Kavi sedikit heran karena beberapa hari ini pria itu terus menempel kepadanya seperti lem dan tak pernah melepaskannya.

Selama Kavi bekerja, Anslee juga selalu mengangkat telepon di depannya bahkan jika itu panggilan masuk dari Bailey sekalipun.

Bailey...

Untuk beberapa saat setelah ia menikah, Kavi melupakan kehadiran perempuan itu.

Apakah sampai sekarang Anslee masih berhubungan dengan Bailey atau tidak? Karena Kavi tak pernah lagi melihat perempuan itu.

Pleasing Mr. AnsleeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang