Jangan melihat matanya, mereka mungkin akan mencuri jiwamu. Jangan melihat senyumnya, lengkungan itu mungkin akan membuat jantungmu berdetak tak karuan. Jangan melihat surai indahnya, itu mungkin akan membuatmu jatuh cinta kepadanya.
Jangan. Seharusnya Anslee tidak melihatnya tetapi ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari perempuan yang sedang berjalan ke arahnya dengan senyum termanis.
Hanya dengan kesederhanaan, Anslee seakan terhipnotis tak mampu mengalihkan pandangannya. Bagai sebuah magnet yang menariknya, perempuan itu menjadi seluruh pusat perhatiannya–semuanya terlihat gelap dan hanya dia yang bercahaya.
Seharusnya tidak seperti ini.
"Anslee?" panggil Kavi yang kini berada tepat di depannya, rasanya ia ingin mendekap perempuan itu dan membawanya kembali ke dalam kamar.
"Could you repeat that again?"
"Kau tidak mendengarkanku? Kenapa kau melamun, apa yang sedang kau lihat?"
"An angel flew down to me," jawab Anslee tanpa mengalihkan pandangannya dari perempuan itu.
Dengan polosnya Kavi melihat ke arah sekitar untuk mencari keberadaan malaikat yang Anslee maksud. "Di mana?" tanyanya dengan dahi berkerut heran.
Senyum kecil menghiasi wajah Anslee, ia menggenggam tangan Kavi dengan erat kemudian menariknya lembut, "Kapalnya sudah datang."
Anslee membawa Kavi naik ke sebuah yacht mewah berwarna putih susu, dan ia yakin 100 persen jika yacht ini milik Anslee setelah melihat ukiran huruf 'A' yang sangat besar pada bagiaj tubuh yacht tersebut.
"Kita akan ke mana?" Kavi tampak memperhatikan kemewahan yacht yang tak pernah ia naiki tersebut.
"Tempat yang akan kita kunjungi lebih indah jika dilihat pada sore atau malam hari."
"Tapi ini masih sangat pagi, kalau begitu kita memiliki banyak waktu di resort untuk makan."
"Ada koki khusus di dalam yacht ini, dia akan memasak makanan terbaik untuk cacing rakus di dalam perutmu."
"Apa yang akan kita lakukan di yacht ini sampai sore?"
"Bercumbu dan having sex?"
Dengan cepat Kavi berbalik seakan ingin mengambil langkah turun dari yacht, "Sebaiknya aku turun saja."
"Aku hanya bercanda, kemari," tawa Anslee pecah menahan tangan perempuan itu. Membawanya ke bagian belakang yacht–tempat di mana sebuah meja makan telah tertata dengan sempurna.
Wajah Kavi yang semula masam perlahan berseri, matanya begitu berbinar ketika melihat banyaknya makanan yang sudah memenuhi meja makan tersebut.
Melepas tangan Anslee, perempuan itu segera duduk melupakan segala kekesalannya.
"Wajahmu selalu berbinar seperti itu ketika melihat makanan, apa kau setan kelaparan?" tunjuk Anslee pada wajah Kavi sebelum menyusul duduk di hadapan perempuan itu.
Anslee menahan tangan Kavi yang akan mengambil makanan. "Jangan makan terlalu banyak, ini masih pagi, perutmu akan sakit," peringatnya sebelum mempersilahkannya untuk menyantap beberapa makanan pembuka.
Seperti anjing kecil, Kavi hanya mengangguk patuh karena ia sudah sangat lapar mengingat kemarin malam ia tidak menyantap apa pun karena sudah terlalu lelah.
"Sebenarnya aku tidak bercanda, kau bisa mempertimbangkan tawaranku tadi," celutuk Anslee menarik perhatian Kavi.
Matanya memicing tajam ke arah pria itu. "Kemarin malam dan tadi pagi, kau sudah mendapatkannya, Anslee."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleasing Mr. Anslee
Romance[COMPLETED] Louiveson Anslee mendapat predikat sebagai miliarder muda dengan kehidupannya yang sempurna. Tidak ada perempuan yang luput dari genggaman Anslee. Tidak satu pun hingga ia bertemu dengan Kavina Ashlyn; perempuan dengan segudang kekuranga...