03. Perjuangan

2.6K 324 31
                                    

Pagi ini Haechan lebih dulu bangun. Ia melirik ke arah samping, lantas tersenyum miris karena Mark tidak mau tidur bersama dengannya. Haechan teringat, sebelum tidur mereka bercekcok dulu tentang permasalahan tidur bersama hampir satu jam penuh. Tentu saja yang menang adalah pria itu, Mark Jung.

Haechan kalah telak, tak mampu lagi membantah argumen si cuek Mark.

"Chan, lain kali lo harus mampu menaklukan hati Mas Mark. Jangan pernah ada kata menyerah untuk semua ini, intinya lo harus semangat. Perjuangan ini lebih besar dari yang lo pikirkan."

Setelah menyemangati dirinya sendiri, Haechan beranjak untuk membasuh wajahnya sejenak sebelum dirinya pergi untuk melihat ke kamar samping―tepatnya kamar Mark. Ia membuka pelan pintu kamar itu dan melihat sosok cuek Mark masih terlelap dengan nyaman.

Dengan langkahnya yang pelan, Haechan berhasil mendekati ranjang Mark—di mana pria itu tengah berbaring pulas di tepi ranjang. Wajah tampannya yang kelewat damai, namun tercetak jelas raut datar yang sama persis ketika sedang menatapnya. Pria satu ini kelewat datar seperti tembok rumah mereka.

Haechan berlutut di samping, tangan mungilnya mengusap pelan pipi tirus sang suami. "Lelap banget tidurmu, Mas," katanya.

Tak hanya pipi sang suami saja, Haechan benar-benar mengamati indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini. Wajah tampan, hidung mancung, bibir tipis, sepasang netra tajam yang bulat, dan bonus kedua alis yang mirip seperti burung camar. Bukan menghina, justru Haechan semakin kagum dengan salah satu ciptaan Tuhan yang nyaris mengenai kata 'sempurna'.

Menarik cepat tangannya kala Mark melenguh dan bergerak. Haechan seketika kalang kabut, habislah riwayatku sekarang! Mas Mark akan memarahiku habis-habisan setelah ini! Batinnya menjerit seperti itu.

"Kumohon jangan bangun, Mas... Kumohon pejamkan mata itu lagi. Tuhan, bantulah salah satu umat-Mu ini. Aku mohon biarkan suamiku terus tertidur hingga dua puluh menit ke depan." Haechan merapalkan doa, semoga Tuhan mendengarkan doa-nya kali ini.

"Hei! Kenapa kamu ada di sini?!"

Huh, pasrah.

Haechan menggeleng keras. "B-bukan begitu! Jangan salah paham dulu! A-aku tadi mau membangunkan Mas aja, aku nggak mau Mas terlambat ke kantor."

"Keluar dari kamar saya! Sekarang!"

"Setelah itu Mas harus ke bawah dan sarapan, ya? Aku akan membuatkan sarapan dan bekal makan siang untuk Mas."

"Nggak perlu. Cepat keluar dari kamar saya, Seo Haechan!"

Haechan buru-buru melangkah keluar dari kamar Mark. Ia merinding begitu mengingat betapa menyeramkan wajah tampan khas orang bangun tidur itu ketika membentaknya tadi.

Menyeramkan sekali pria cuek itu tadi.

Tak mau menghabiskan waktu dengan memikirkan wajah menyeramkan sang suami, Haechan lantas melangkah cepat ke dapur lalu memasak sarapan untuknya dan Mark.

Kali ini Haechan akan memasak. Lagi-lagi masakan kali ini benar-benar spesial untuk Mark, meskipun ia tahu bahwa Mark tidak akan pernah mau memakan atau sekedar mencicipi.

Haechan tersenyum bangga karena masakan spesial itu sudah siap untuk dihidangkan. Bertepatan dengan menata meja itu agar lebih rapi, Mark menuruni anak tangga dengan santai. Penampilan Mark pagi ini membuat Haechan terpukau juga terpesona.

Penampilan memang terlihat mempesona, namun sekali lagi wajah itu terlihat menyeramkan; begitu datar tak bersahabat. Haechan menjadi bingung, apakah dirinya memang benar-benar terpesona atau sebenarnya takut?

 Haechan menjadi bingung, apakah dirinya memang benar-benar terpesona atau sebenarnya takut?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mas Mark [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang