"Lakukan apa pun yang kamu inginkan mulai sekarang."
Haechan yang tengah membersihkan meja kecil di ruang tamu lantas menoleh kala mendengar ucapan dingin dari sosok Mark Jung. Awalnya terkejut dengan kehadiran pria tampan itu, tapi kini Haechan berpura-pura tidak mendengar. Bila Haechan menyahut pun tak ada manfaatnya sama sekali. Sahutannya akan diabaikan begitu saja.
Langkah seorang Mark Jung terdengar arogan dan mulai mendekati di mana Haechan berada. Pria dominan itu menunjuk tepat di wajah Haechan, kali ini amarahnya kembali memuncak.
Sejak kejadian satu minggu yang lalu―saat Haechan mulai bekerja di cafe milik Minhyuk―amarah Mark tak kunjung berhenti dan terkadang ia tak pulang ke rumah. Melihat wajah Haechan membuatnya muak seolah-olah ingin muntah tepat di wajah itu.
"Bekerja di sana itu berarti kamu bebas dari pernikahan konyol ini. Kamu bisa melakukan sesuatu apa pun yang kamu inginkan tanpa izin dari saya. Mulai sekarang, pernikahan ini sudah berakhir dengan sia-sia."
Amarah pria dominan itu semakin memuncak kala Haechan tak meresponnya. Pemuda manis itu meninggalkan Mark dan lanjut membersihkan apa pun yang terlihat kotor di sekitar dapur―juga bertujuan untuk menghindar dari pembicaraan yang tak ingin Haechan dengarkan.
"Dengar apa yang saya katakan, Seo Haechan? Kamu bebas―"
Drrtt... Drrtt...
Mark menghela napas berat sebelum menerima panggilan telepon dari sang ibu. "Iya, Bu? Ada apa?"
"Mark, kamu masih menyayangi Bubu, 'kan?"
Mengernyit kala mendapatkan pertanyaan aneh seperti itu. Mark tak pernah marah dan merasa buruk telah dilahirkan ibunya di dunia ini. Jung Taeyong―adalah seorang manusia berhati malaikat yang pernah Mark lihat. Tentu Mark benar-benar menyayangi sosok lemah lembut tersebut.
"Mark sangat menyayangi Bubu―"
"Lantas kenapa kamu nggak mengunjungi Bubu? Nggak pernah nanya kabar Bubu, apa pekerjaan kamu di sana udah menjadi penghambat kamu menemui Bubu?"
"Bukan begitu," jawab Mark cepat. "Maaf kalau selama beberapa hari ini Mark nggak pernah mengunjungi Bubu. Bukannya Mark mementingkan pekerjaan daripada keluarga, tapi sungguh, pekerjaan di kantor amat banyak dan nggak ada kata 'henti'. Tapi sekarang, Mark akan mengunjungi Bubu dan berbicara banyak tentang keseharian Mark."
"Bawa Haechan juga, Mark."
"Dia sibuk, Bu. Jadi Mark nggak bisa bawa dia ikut ke rumah Bubu. Mark akan pergi sendiri."
"Haechan nggak sibuk, Mark. Tadi Bubu udah nelpon Haechan. Awas aja kamu nggak bawa Haechan ke rumah, Bubu bakalan bakar kantor kamu secepatnya!"
Mark langsung merinding tatkala sang ibu mengatakan hal seperti itu. Sebaiknya Mark mengiyakan saja daripada merelakan perusahaannya yang tidak bersalah akan dibakar.
"Mark akan membawanya. Bubu nggak perlu khawatir lagi."
***
Mark dan Haechan sudah sampai di rumah pasangan Jaehyun-Taeyong. Dalam perjalanan ke rumah orang tuanya, Mark hanya diam dan membisu. Sama sekali tak ada percakapan di antara mereka berdua. Musik penenang pun sama sekali tak terdengar. Benar-benar membisu tanpa mengeluarkan sepatah kata sekalipun.
"Haechan-ah!"
Tubuh si manis Haechan cukup terhuyung ke belakang kala ibu mertuanya memeluknya dengan begitu erat. Haechan membalas pelukan itu―benar-benar hangat dan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mark [MarkHyuck]
FanfictionA MarkHyuck Fanfiction ❝Tsundere-tsundere gitu, Mas Mark perhatian banget. Memang awalnya ngeselin banget, tapi lama-kelamaan jadi bulol juga.❞ ON GOING | BOYS LOVE | SHORT STORY | HURT Kisah tentang Mark dan Haechan yang dijodohin oleh orang tua me...