Pagi ini, hari Senin. Hari yang super-duper sibuk buat semuanya. Dan, hari yang paling tidak ditunggu-tunggu oleh (hampir) seluruh murid. Suara bising kendaraan bermotor juga sudah terdengar sejak pagi tadi, padahal matahari belum sepenuhnya muncul ke permukaan.
Begitu pula dengan keluarga Razaska ini, pagi-pagi sekali, sang Papa sudah berkutat di dapur. Beruntung anak gadisnya bangun lebih awal dan lekas membantu Papanya menyiapkan sarapan.
"Re, abang-abangmu udah bangun belum?" Tanya Papa- Jev, yang sibuk memotong sayuran.
Re mengangkat bahu, "gatau Pa. Bentar deh, Re bangunin Bang Jarrel dulu" setelah itu, sang putri ketiga kelas menuju keatas untuk membangunkan abang kembarnya.
Pertama, kamarnya Jarrel. Abang tertuanya, sebenernya gak susah sih buat bangunin Jarrel. Ketuk pintu beberapa kali, dan biasanya bakal langsung dibukain dengan wajah bantalnya Jarrel.
"Bang! Bangunn!" Re, yang bernama lengkap Reginae Arisha Razaska menggedor pintu kamar abangnya itu. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Jarrel yang sudah rapih.
"Loh, tumben udah rapih. Biasanya pas buka pintu mukanya masih beler" tanya Re bingung. Jarrel mendengus, menyentil kening adiknya, "gue mau bantu Papa. Sana lo bangunin yang lain aja, biar gue yang turun"
Re mengangguk, kemudian berjalan menuju ke kamar selanjutnya. Kamar Jasver, kembarannya Jarrel. Kalau yang ini agak susah, harus digedor berkali-kali baru mau dibukain. Itu juga baru bangun.
"Bang Jasverrr!! Ayo banguunnn!! Sekolahh!" Teriak Re sambil menggedor-gedor pintu kamar abangnya, gak ada sahutan. Re kembali menggedor, gak ada sahutan lagi. Sampai yang ketiga kalinya, baru sang pemilik kamar membuka pintunya dengan raut wajah kesal.
"Berisik!"
"Bodo amat!" Dengus Re, "lo lama sih buka pintunya. Buruan mandi, terus sarapan. Awas lo kalau sampai telat, ditinggalin nanti" Re menatap tajam Jasver sambil menunjuknya, kemudian berlalu pergi.
Jasver mencibir Re, kalau didepan orangnya langsung yang ada Jasver kena tendangan mautnya Re. Jadi mending cari aman aja.
Oke, ini yang paling malesin. Re tiba di depan kamar adik pertamanya, Java. Java susah banget dibangunin, dan itu bikin Re naik darah pagi-pagi. Kadang, Papa Jev yang suka turun tangan buat bangunin Java. Soalnya yang lain udah pada capek buat ngebangunin Java.
"Ekhm... JAVA AYO BANGUUNNN!!" teriakan Re menggelengar, Papa Jev yang lagi minum di dapur sampai keselek denger suara teriakan anak gadisnya. Kenceng banget.
"Berisik kak! Nih, gue udah bangun!" Java langsung membuka pintu kamarnya dengan wajah bersungut-sungut. Re speachless, sejak kapan Java bangun pagi dan gampang dibangunin?
Tangan Re bergerak menyentuh kening Java, "gila, sakit lo? Kok tumben bangun pagi? Wah, ini hari spesial ya?" Tanya Re.
Java mendelik, "nggak elah! Bersyukur lo kak, gue bangun pagi. Jadi lo gak perlu ribet-ribet gedor-gedor pintu kamar gue lagi" Re mengangguk, bener juga. Seneng deh dia, paginya adem, gak bikin naik darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
L(ove) For J
Fanfiction[ON HOLD] Tentang sebuah keluarga kecil, dengan seorang ayah penyayang dan 5 malaikat kecil pengisi hari-hari. Keluarga itu tampak bahagia, diluar, Sebenarnya tidak seperti itu. Mereka kehilangan sosok ibu bertahun-tahun lalu, si anak sulung, memutu...