[A Story]

34 1 0
                                    

Sebelumnya, Jev tidak pernah membayangkan bahwa kehidupan pernikahannya akan berakhir seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya, Jev tidak pernah membayangkan bahwa kehidupan pernikahannya akan berakhir seperti ini. Awalnya semua baik-baik saja, apalagi sejak mengetahui bahwa sang istri mengandung si kembar. Jarrel dan Jasver. Kebahagiaan Jev berkali-kali lipat sejak itu, mencurah limpahkan kasih sayangnya untuk istri dan putra-putranya.

Selang setahun, Re datang. Itu membuat istri Jev bahagia, dia mendapatkan anak perempuan yang akan menemaninya nanti. Mereka tumbuh dengan kasih sayang yang berlimpah, dan Java juga hadir ditengah mereka. Saat itu mereka masih kecil-kecil, menggemaskan.

Dan dimana hari itu tiba, hari penuh penyesalan. Kala itu istri Jev tengah mengandung Anya, kisaran 8 bulan, sebentar lagi melahirkan. Dan Jev akhir-akhir ini sering pulang larut, tak hanya sang istri yang mencemaskannya, tapi juga anak-anak.

"Mam, Papa kemana sih? Kok belum pulang-pulang?" keluh Re kecil sambil mengayunkan kakinya, dia bosan dan ingin bertemu Papanya. Mama tersenyum, sebelah tangannya mengelus rambut pendek Re, "sabar ya.. Papa lagi sibuk sekarang, mending sekarang Re tidur bareng abang. Nanti pas Re bangun, Papa udah pulang" ucap Mama.

Re mengangguk dengan berat hati, lekas menuju ke kamar Jarrel dan Jasver. Gadis kecil itu langsung merebahkan diri disebelah Jasver, Jarrel entah pergi kemana. Wanita cantik itu masih setia menunggu suaminya pulang.

Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka. Jev datang dengan keadaan yang berantakan, membuat sang istri buru-buru menghampiri suaminya setelah menaruh Java di atas sofa. "Jev, kamu dari mana aja? Kenapa kayak gini?" tanya sang istri khawatir. Jev tidak menjawab, menepis kasar tangan istrinya yang menyentuh wajahnya.

Wanita itu terkejut, tapi coba memahami. Mungkin Jev lelah karena bekerja seharian.

"Tunggu sebentar, ya, aku taruh Java dulu di kamar" ucap wanita itu, kemudian bergegas menaruh anaknya di dalam kamar. Jev mendudukkan dirinya diatas sofa, mengacak-acak rambutnya. Ini adalah hari ter-sial untuknya, hari yang benar-benar Jev benci.

"Jev, kamu kenapa? Coba sini cerita sama aku" sang istri datang, duduk disebelah suaminya. Menatap Jev dengan pandangan teduh, Jev menunduk, tidak bisa menatap istrinya. Jev ingin sekali memeluk istrinya sekarang juga, cuma tidak bisa. Dia sudah terlalu kotor.

"Sayang, kamu kenapa? Ada masalah di kantor?" sang istri masih senantiasa menunggu suaminya untuk bercerita, menggengam erat tangan Jev. Berusaha memberinya kekuatan. Ternyata, di balik dapur ada Jarrel yang tengah memperhatikan kedua orangtuanya. Tadi dia haus, dan memutuskan untuk ke dapur sebelum tidur. Kemudian, melihat Papanya datang dengan penampilan acak-acakan membuat Jarrel urung kembali ke kamar.

"A-aku..." suara Jev tercekat, "maaf.." Jev tidak bisa melanjutkan kata-katanya, ini terlalu menyakitkan untuknya. Dan perasaan bersalah dan menyesal menghantuinya, hingga sekarang. Sang istri masih setia menunggu Jev berbicara.

"A-aku mabuk saat acara kantor, dan... a-aku melakukannya, maafkan aku.." Jev menutupi wajahnya, menangis. Wanita itu membeku di tempatnya, tanpa sadar air mata sudah berurai deras membasahi pipinya.

L(ove) For JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang