Suasana kelas Java sedang ramai sekarang, kebetulan gurunya sedang tidak masuk jadi mereka mendapat jam kosong. Java sendiri sedang sibuk bermain game di belakang kelas bersama Milo, Jinan, dan Andra. Mereka menggunakan waktu sebaik mungkin.
"Ck, anjir kalah!" keluh Andra kemudian memasukkan ponselnya. Dia udah gak ada niatan buat main lagi, jadi penonton ajalah. "Gue udahan deh, mau ke kantin bentar beli minum" ucap Java sambil mematikan ponselnya.
"Gak asik ah" cibir Jinan. Java menabok kepala belakang Jinan, lalu cowok itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Naro yang asik nyoret-nyoret meja. Kalau ketauan guru bisa di bantai si Naro.
"Ro, temenin gue ke kantin yuk" tanpa menunggu jawaban Naro, Java langsung saja menarik tangan cowok itu dan pergi ke kantin. Naro yang ditarik pasrah aja, ngikut. Siapa tau di traktir nanti.
Java duduk bersama Naro ditemani dengan es teh manis, mereka diem-dieman doang sampai akhirnya mendengar suara kehebohan dari arah lapangan. Awalnya Java nggak tertarik, mungkin aja itu ada kelas yang lagi olahraga, sampai tiba-tiba Naro berdiri.
"Eh, itu ada yang lagi ribut di lapangan" ucap Naro sambil menunjuk kearah lapangan. Java mendongak, "kesana yuk"
Saat Java dan Naro pergi ke lapangan, banyak orang tengah berkumpul. Padahal sekarang masih jam pelajaran, kenapa pada ke lapangan semua?
"Anjir Java! Itu Abang lo gelut!" Seru Naro sambil menepuk-nepuk pundak Java heboh. Java berusaha nyempil diantara kerumunan orang, matanya langsung membola saat melihat wajah Jarrel yang babak belur. Tengah berusaha melawan orang yang menonjoknya.
"Sialan lo!"
"Abang! Udah! Stop!!" Teriak Java sambil menarik baju belakang Jarrel, lantas memeluknya. Berusaha meredakan emosi Jarrel yang masih meledak-ledak, "Java, awas. Ini orang harus dikasih pelajaran!" Ucap Jarrel.
"Nggak! Nggak pakai kekerasan juga, bang! Liat muka lo sampai bonyok begini"
"Dia hampir ngelecehin Re! Dasar cowok gila lo!" Maki Jarrel hendak menyerang cowok itu lagi, tapi langsung ditahan oleh Hansel. "Tenang, Rel, kita bisa bales dia dengan cara yang lebih anggun. Kasian Re" tahannya.
Java langsung membawa Jarrel yang masih emosi, sedangkan Jasver terlihat sedang menenangkan Re yang menangis bersama Altha dan Hava. Re pasti masih syok banget, Java juga kaget. Dateng-dateng malah denger hal yang gak mengenakkan.
"Re... Udah, kamu aman kok sekarang. Maafin Abang ya" Jarrel menghampiri Re, berusaha tersenyum walau mukanya udah banyak biru-keunguannya.
"Abang" tangisan Re mengencang, memeluk Jarrel dengan erat. Cowok itu mengelus punggung adeknya, mencium pucuk kepala Re berkali-kali. "Maaf ya, Abang gak bisa jagain kamu. Kamu pasti syok banget, maaf ya"
Re menggeleng, masih menangis sambil memeluk Jarrel. Re mungkin terlalu syok atas kejadian yang menimpanya beberapa menit lalu.
Saat itu, Re hendak pergi ke toilet. Di tengah jalan tiba-tiba seseorang menarik tangannya ke toilet pria. Re jelas kaget, dia memberontak tapi cowok itu menahannya. Walaupun Re berteriak sekencang-kencangnya, tidak akan ada yang mendengar karena sekarang sedang jam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
L(ove) For J
Fiksi Penggemar[ON HOLD] Tentang sebuah keluarga kecil, dengan seorang ayah penyayang dan 5 malaikat kecil pengisi hari-hari. Keluarga itu tampak bahagia, diluar, Sebenarnya tidak seperti itu. Mereka kehilangan sosok ibu bertahun-tahun lalu, si anak sulung, memutu...