Bab 9

28.1K 2.3K 103
                                    

Pintu kamar Lio terbuka dan menampilkan seorang wanita yang tidak lain adalah Senna. Senna mengernyit saat tidak melihat Lio, ia menarik selimut sampai terjatuh dan tetap tidak dapat menemukan Lio.

Senna yang panik pun berteriak pada intercom yang terhubung di ruang keluarga dan ruang makan.

"MAS! LIO NGGAK ADA!"

Beralih ke ruang makan, semua orang yang memang sudah berada di sana dengan jelas mendengar teriakan Senna karena keadaan yang sunyi.

Tentu semua orang kalang kabut naik ke kamar Lio menggunakan lift, dan sebagaian yang tak terbagi ruang pun menggunakan lift satunya.

Vano yang masih berada di meja makan pun menatap lift dengan pandangan tidak suka.

"Dia cuma orang asing, kenapa mereka begitu menyayanginya?" Ucap Vano. Ia benci di situasi ini, ia tidak suka kasih sayang keluarganya lebih besar ke Lio dari pada dirinya.

"Mommy, Vano mau mommy bujuk daddy supaya dia pergi dari sini." Vano menoleh ke samping dan tidak dapat melihat siapapun. Hanya ia sendiri di meja makan.

"Mommy juga?" Lirih Vano.

"Semua karena dia! Andai dia tidak datang ke mansion ini." Kadua tangan Vano mengepal erat. Tak berselang lama senyum pun terbit di bibirnya. Entah apa yang ia pikirkan, hanya Vano yang tahu.

Lain halnya di kamar Lio, semua orang tengah mencarinya hingga sudut kamar pun tidak menemukan Lio.

Ada satu ruangan yang belum mereka periksa, Theo yang peka pun menoleh pada pintu kamar mandi yang tertutup sempurna. Ia masuk ke kamar mandi dan tidak menemukan Lio juga. Disaat akan keluar, ia dapat melihat pintu walk in closet yang sedikit terbuka.

"Kaki?" Gumam Theo.

Theo berjalan mendekati lemari, ia menghela napas saat melihat Lio yang tertidur dengan nyamannya disaat mereka khawatir.

Dengan pelan Theo menggendong Lio dan keluar dari sana.

"Astaga Lio!" Sang Oma mendekat ke arah Theo. Ia meneliti seluruh badan Lio memastikan apakah ada yang terluka sedikitpun.

Tatapan Theo tak sengaja terjatuh pada sang Opa yang seakan berbicara 'dimana?'

"closet." Jawab Theo.

Para perempuan mengernyit bingung mendengar ucapan Theo. Lain halnya dengan laki laki disana yang mengerti. 

Felix berjalan mendekati Theo dan mengambil alih Lio ke gendongannya mengabaikan tatapan tajam Theo untuknya.

Ia membawa Lio untuk ke ruang makan karena ini waktunya makan pagi. Dan dengan terpaksa Lio harus ia bangunkan.

"Baby? Wake up." Felix mengusap pipi berisi Lio dengan lembut.

Lio perlahan membuka matanya. Ia menatap  daddy Felix yang juga menatapnya dengan lembut, dan ia suka tatapan itu.

Felix mengusap lembut kedua mata Lio lalu mengecupnya.

"Makan dulu ya? Nanti tidurnya dilanjut lagi." Bisik daddy Felix.

Lio mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di pundak daddy Felix.

"Lio mau makan apa? Biar Mami ambilin." Ucap mami Alora.

Lio mendengar itu pun mengangkat wajahnya lalu menatap pada meja makan yang tersedia banyak makanan.

"Umm...Lio mau ayam aja." Ucap Lio menatap mami Alora dengan senyum manisnya.

Mami Alora mengangguk lalu mengambilkan ayam di piring Lio.

"Makasih mami..." Gumam Lio dengan malu. Ia masih belum terbiasa dengan panggilan itu.

Lio bingung harus makan dengan bagaimana, karena ia berada di pangkuan yang menghadap daddy Felix.

Felix yang paham akan kebingungan Lio pun merubah posisi Lio menjadi menghadap meja. Ia menyuapi Lio lalu dirinya sendiri yang tentu diterima dengan baik oleh Lio yang sedang malas bergerak.

TBC!

Jangan lupa vote dan komentar positifnya!

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang