Bab 30

10.4K 692 18
                                    

Lio menatap tak berminat ke arah jendela, baru beberapa jam berlalu ia sudah merasa kehilangan sosok daddy nya.

Suara gagang pintu membuat Lio menoleh, ia mengernyit bingung saat tak ada wujud yang memasuki kamarnya.

Tak lama ia melihat boneka di sela pintu terbuka.

"Don't be down, little bunny!" Suara khas robot terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Don't be down, little bunny!" Suara khas robot terdengar.

"You don't suit that sad face of yours! Let's smile and keep it that way."

Lio tanpa sadar tersenyum, ia beranjak mendekat ke arah pintu karena merasa penasaran siapa yang memegang boneka itu.

"Eh?" Lio terdiam menatap sepasang mata yang menatapnya penuh kelembutan.

Keenan tersenyum, ia melangkah mendekat dan berjongkok menyesuaikan tinggi Lio.

"Still feeling down, huh?"

"You're not allowed to be sad, my little bunny."

Lio meremang mendengar suara yang terkesan rendah. Walau sering mendengar perintah halus seperti itu tak membuatnya terbiasa.

Semakin bertambahnya waktu, ia tentu merasa sadar bahwa dia begitu didominasi oleh keluarganya.

Jika diperingkat kan, daddy Felix menempati urutan pertama lalu disusul opa Adelard.

Keenan berdiri dan mengangkat tubuh mungil Lio, ia mengarahkan boneka itu di depan dada Lio agar dipeluk.

Memastikan adiknya merasa nyaman, ia lalu berjalan keluar menuju ruang keluarga. Sampai di sana, semua anggota Alexander kecuali Felix menatap ke arah mereka.

Tatapan Lio beralih ke sosok Vano yang ada di ujung sofa. Ia tersenyum melihat keberadaan kakaknya satu itu.

"Kak Vano!" Lio menoleh ke arah Keenan dan mengirim kode mata yang menggemaskan untuk menurunkan dirinya.

Keenan memajukan wajahnya untuk mencium ujung mata Lio sebelum menurunkannya.

Tanpa ba-bi-bu, Lio berlari menerjang Vano dengan pelukan yang erat. Ia melepas pelukannya, dan mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Mau duduk di sini..." Lio menatap sebentar ke paha Vano.

Vano tak memberi respon untuk beberapa detik dan hanya diam menatapnya.

Sesaat sebelum ia menurunkan tangannya, Vano secara tiba-tiba mengangkat Lio untuk didudukkan di pangkuannya.

Lio yang sempat memasang wajah sedih  dengan cepat tersenyum. Ia memeluk leher Vano dan menyandarkan kepalanya di bahu Vano.

Semua yang mengamati tingkah laku Lio tak bisa menahan senyumnya. Melihat Lio yang tersenyum dan tidak lagi dengan pandangan kosongnya membuat mereka lega.

Adelard menatap cucu bungsunya yang asik menutup matanya di pundak Vano, ia teringat putranya Felix dan menghela napas.

"Anak bodoh itu." Gumamnya kesal.

Lihat saja, jika anak itu datang kemari dengan membawa wanita itu ia pastikan nama Felix akan ia hapus dari kartu keluarga Alexander.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang