Lio yang berada di lantai 2 menatap ke arah bawah, ia mengerutkan matanya tak suka saat melihat Vano tengah memangku anak perempuan. Di sana juga ada beberapa laki-laki yang ia duga sahabat dari kakaknya itu.
Ia kembali ke kamarnya dan mengambil pistol air miliknya. Lio mendekat ke pembatas pagar lantai 2 dan mengarahkan pistolnya ke anak perempuan itu.
Melihat baju berwarna cerah anak itu ternodai membuatnya tersenyum puas. Ia dengan cepat berlari menjauh saat Vano mengarahkan tatapannya ke atas.
"Hump! Suruh siapa centil banget sama Vano!" Lio menggerutu kesal, ia tak peduli memanggil Vano tanpa embel-embel kakak.
Lio duduk di atas kasur menghadap pintu, ia menanti kehadiran Vano. Lihat saja, jika Vano memarahinya ia akan menyuruh Opa untuk memindahkan sekolah Vano!
30 menit Vano tak kunjung masuk ke dalam kamar. Mata bulat itu sudah berkaca-kaca siap untuk menangis.
Lio turun dari kasur dan mendekat ke arah pintu, ia akan menemui Daddy Felix.
Bruk!
Tubuh mungil itu terduduk di lantai dengan tatapan bingung. Ia mengangkat kepalanya, sudut bibirnya menurun ke bawah.
"Hiks..."
"JAHAT! VANO JAHAT!!"
Vano diam menatap kaki pendek itu yang menendang-nendang udara. Ia mendekat dan mengangkat tubuh ringan Lio.
"Kelinci kecil nakal." Vano menatap ke arah kasur, ia melihat sebuah pistol air.
"BERISIK VANO! DIEMM!"
Vano memiringkan kepalanya, ia menyeringai dan menepuk bokong Lio.
"Kakak."
"Gak denger! Vano, Vano, V-A-N-O!"
Dengan gemas Vano mencium bibir adiknya, ia tersenyum melihat tatapan tak percaya sekaligus marah di depannya.
"What's wrong hum? My bunny."
"I'm Okay! Turunin Lio, adik perempuan kakak pasti nyariin."
"Heh–Jealous bunny, right?"
"Bu–"
"My little brother just u bunny."
Gerakan berontak Lio terhenti, napasnya tak beraturan karena kesal. Ia menatap Vano dengan matanya yang basah.
"Lio gak suka! Lio gak mau berbagi, kakak cuma boleh pangku Lio! Bukan yang lain~" Lirih Lio di akhir kalimat.
Berjalan mendekat ke arah kasur, Vano mendudukkan Lio di kasur. Ia berlutut di depan Lio dan tersenyum tipis.
"Sorry bunny, kakak tidak menduga itu akan menyakitimu."
"My bunny forgive me, hm?"
Lio mencebikkan bibirnya kesal, "iya! Awas aja kalau Lio lihat kakak pangku orang selain Lio!"
"Kalau sampe—Lio aduin ke Opa biar kakak pindah sekolah! Kalau perlu kayak Lio aja, homeschooling."
"Yes, Your Highness."
Catat, tahta tertinggi dimenangkan oleh Lio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
FantasyBerawal dari membaca Novel berjudul 'Lio' yang membuatnya kesal. Dan bertransmigrasi ke karakter yang sangat tidak ia bayangkan. Ia harus memulai ulang hidupnya. Menyiapkan mental yang kuat untuk suatu hal yang mungkin akan terjadi.