Mata Taehyung perlahan terbuka. Dilihatnya, langit-langit kamar rumah sakit, yang samar-samar terlihat. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Disana ada Namjoon yang setia menemaninya.
Namjoon menghampiri Taehyung, yang masih setengah sadar, "Taehyung kau bisa mendengarku? Syukurlah kau sudah bangun. Kami takut terjadi sesuatu padamu." Sedangkan yang ditanya hanya menatap sendu lawan bicara. Air mata kembali menggenang.
"Hyung, Hikss. Ha Joon, Hyung. Kenapa semua ini terjadi kepada kami? Jennie terbaring di rumah sakit dan Ha Joon--" Taehyung tak dapat meneruskan kalimatnya, tangisnya semakin mendesaknya hingga kini ia tersedu-sedu di pelukan Namjoon.
"Sabar, Tae. Kau tidak boleh putus asa, semua sudah takdir. Yang terpemting sekarang, kau harus bangkit untuk Jennie dan juga untuk Hae Won, ya?" Taehyung mengangguk. Namjoon menghapus airmata Taehyung yang terus membasahi pipinya.
"Hyung apa aku boleh melihat Ha Joon untuk yang terakhir kalinya?" Namjoon menangguk, "Kalau begitu, aku akan meminta suster untuk membantumu bangun, kita akan menemui Ha Joon di kamar Jenazah. Di sana juga sudah ada yang lainnya." Taehyung tersenyum sedikit.
Ya!
Dia harus kuat, demi keluarganya. Dia juga harus kuat di depan Ha Joon. Dia berjanji, untuk menjaga keluarganya, sehingga kejadian yang menimpa anak sulungnya tidak terjadi pada Hae Won maupun Jennie bahkan teman-temannya. Ia juga harus bisa mengikhlaskan kepergian Ha Joon.
***
Taehyung menggenggam tangan mungil yang sudah dingin milik Ha Joon, sementara tangan kanannya mengusap rambut anak itu. Airmata tak berhenti-hentinya keluar dari matanya, melihat Jenazah Ha Joon.
Baru kemarin rasanya, ia menggendong tubuh Ha Joon ketika pertama kali ia terlahir ke dunia. Baru kemarin ia mengajarinya berjalan, makan, dan buang air kecil. Baru kemarin rasanya, ia mengantar anak itu sekolah, membantunya mengerjakan tugas, dan membacakan dongeng sebelum tidur. Tetapi kini, anak itu begitu cepat dipanggil Yang Kuasa.
"Ha Joon, sayang. Maafin Appa, ya. Appa gagal menjaga kamu. Maafin Appa, ya, sayang. Ha Joon tenang ya disana. Tunggu Appa, ya sayang. Appa berjanji, Appa gak akan biarin kejadian yang menimpa kamu, juga menimpa adikmu. Karena Appa tau sayang, kamu sangat menyayangi Hae Won, hikks A-ppa--" lagi-lagu Taehyung tak bisa melanjutkan kalimatnya. Jimin menghampiri Taehyung dan memegang bahu Taehyung untuk menguatkan. "Kamu hadiah terindah, Appa. Kamu berharga buat kami. Appa sayang sama kamu" Taehyung memajukan bibirmya untuk mengecup kening Ha Joon untuk yang terakhir kàli.
Taehyung kembali menuju ruang dimana Jennie dirawat. Entah apa yang harus Taehyung katakana kepada Jennie ketika ia bangun nanti. Taehyung merasa semua ini hanya mimpi. Ia masih merasa Ha joon masih disini bersama dengannya dan Jennie masih seperti sedia kala. Jennie yang sama, yang selalu tersenyum sembari menunjukkan Gummy Smile-nya yang memabukkan. Jennie yang sama, yang selalu tertawa renyah dan selalu mengomelinya ketika ia melalaikan sesuatu. Taehyung masih berharap ini semua mimpinya, dan ia ingin sekaliterbangun dari mimpi tersebut.
"Jennie, sayang. M-maafkan ak-aku, hiksss. Aku tidak bisa menjagamu, menjaga anak kita. Mafkan aku. Aku tahu, jika kamu bangun, kamu akan sangat membenciku. Silahkan benci aku, jennie dan pukul aku jika perlu. Tapi, aku mohon lekas pulih, bintangku. Demi Haewon, dia masih membutuhkanmu. Aku mohon bangun, Sayang." Taehyung menggenggam tangan pucat nan dingin itu dengan erat, seakan takut untuk ditinggalkan. Ia menciumi seluruh permukaan punggung tangan istrinya diiringi airmata yang terus jatuh dari matanya.
Setelah itu, Taehyung keluar dari kamar istrinya. Ia takjub sejenak melihat pemandangan yang ada di depannya kini. Disana, Taehyung melihat teman-temanya tertidur dengan sanggahan bahu masing-masing. Taehyung terharu melihat bahwa teman-temannya sangat peduli pada keluarganya, mereka rela menginap untuk membantunya. Kemudian, matanya teralihkan pada Lisa yang sibuk menenangkan Haewon yang sedari tadi menangis. Taehyung merasa bahwa Haewon dapat merasakan kesedihan yang tengah dirasakan Taehyung karena kehilangan Ha Joon.
Taehyung bergerak menghampiri Lisa dan beralih menggendong Haewon, "Kamu istirahat saja, Lisa. biar Oppa yang akan menjaga Haewon.' Lantas dengan sigap Taehyung mengambil tubuh Hae Won yang kini agak berat. Selagi menimang Haewon, Taehyung mengalihkan pandangannya pada Lisa. Ia melihat ada jejak airmata disana.
"Kamu kenapa?" tanya Taehyung, karena sedari tadi Lisa hanya terdiam sambil merenung.
Sedangkan Lisa yang ditanya menjawab, "Aku sedih dan bingung. Sebenarnya, apa yang terjadi pada keluarga kita, Oppa?" ia menjeda omongannya, ketika airmata yang tadinya sudah ia bendung, kini kembali keluar, "Aku tidak tahu, kenapa ini bisa terjadi dengan Unnie. D-ddan juga pada keponakanku, Oppa. Kenapa Ha Joon meninggalkan kita secepat inii, hikss, hikss."
Taehyung sebenarnya mengiyakan ucapan Lisa. Ia pun turut merasakan apa yang dirasakan. Otak Taehyung masih dipenuhi berbagai pertanyaan. Sebenarnya apa yang terjadi padanya. Tak ingin keluarganya memikirkan perihal ini berkelanjutan, Taehyung memaksakan senyum, dan mulai menenangkan Lisa.
"Sudah, lebih baik kamu tidur. Besok pagi kita akan bersiap untuk memakamkan anakku."
☆☆☆
Persiapan pemakaman Ha Joon sebentar lagi telah selesai. Tak terasa anak yang selalu ceria, kini akan dikembalikkan ke Tuhan. Memang benar, umur tidak ada yang mengetahui. Namun, kematian Ha Joon menyisakkan beberapa pertanyaan. Siapa yang membunuh anak itu. Lalu, apa motivasinya membunuh Ha Joon.
Oh, ya jika kalian bertanya apakah Jennie mengetahui kematian Ha Joon? Jawabannya, ya. Ia mengetahuinya. Tepat setelah Taehyung kembali dan mengambil Haewon, Jennie mulai siuman. Ketika Jennie bertanya apa yang terjadi, Taehyung pun menjelaskan semuanya. Hingga, kabar mengenai meninggalnya Ha Joon sontak membuat Jennie menjadi hancur. Jennie menjadi histeris, sehingga dokter kembali menyuntiknya dengan obat bius.
Hingga pada hari ini, ia ikut untuk mengantar sang anak ke peristirahatan terakhirnya. Sedari tadi Jennie hanya diam sembari melihat proses dimana anaknya di masukkan ke dalam kuburan.
"Jennie, kamu harus sabar, yah. Ha Joon sudah tenang di alam sana," ucap ibu mertuanya yang mencoba menguatkan. Jennie hanya menangguk, namun airmatanya selalu turun. Jennie tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan kini dia hanya duduk di kursi roda, karena dokter mengdiagnosis sementara ia mengalami kelumpuhan. Walaupun memang, sampai saat ini tidak tahu apa penyebabnya.
Kemudian ibu mertuanya menghampiri Taehyung, anaknya.
"Kamu juga yang sabar dan tabah. Kamu harus kuat, demi Jennie, demi Hae Won. Jangan pernah meninggalkan Jennie sendiri. Berjanji pada ibu! Kembalikan Jennie seperti dulu. Kembalikan kelaurga kalian seperti dulu. Jadilah lelaki yang bertanggung jawab, anakku," ujar ibu Taehyung sembari memeluk anaknya.
Taehyung tersenyum menguatkan, "Iya, Ibu. Aku berjanji untuk membuat Jennie kembali seperti semula. Aku akan mencari tahu siapa yang berbuat ini kepada istri dan anakku. Dan aku berjanji, tidak akan melepaskan orang itu dengan mudah. Dia harus merasakan apa yang istriku rasakan. Jika memang benar ini ulah, arwah mina. Aku akan mencari tahu mengenai kematian wanita dan mengapa Jennie yang mendapat teror. Karena aku yakin Jennie tidak pernah menyakiti hati orang lain, apalagi membunuh." Taehyung mengatakan itu dengan sirat kemarahan yang terlihat jelas dari matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERVASIVE || TAENNIE
FanfictionCerita ini murni berdasarkan ide author sendiri Kehidupan model cantik, Jennie seketika berubah setelah ia melakukan sebuah kesalahan. seseorang dari masa lalunya datang dan ingin menuntut balas. Jennie dikelilingi orang-orang yang sayang pada...