Bagian16

139 16 0
                                    

Jennie menatap foto Ha Joon yang terletak di nakas sebelah tempat tidurnya. Baru saja tiga hari paska meninggalnya Ha Joon, Jennie sudah merindu. Ia tidak menyangka bahwa dia bisa kehilangan Ha Joon secepat ini. Jennie sangat sayang pada anak sulungnya itu. Jika Ha Joon sudah tidak ada, siapa lagi yang akan menghiburnya ketika lelah setelah pulang bekerja? lalu, siapa lagi yang dapat menenangkannya kala gundah melanda. Ia sangat merindukan semua tentang Ha Joon.

"Mau sampai kapan begini terus?"ujar seseorang yang baru saja masuk ke kamar. Taehyung yang sedari tadi sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam, merasa aneh kala Jennie tidak kunjung turun. ia lantas menyusul istrinya di kamar. Taehyung merasa yakin istrinya itu masih dibalut duka, setelah kehilangan anak sulung mereka. Maka, sudah menjadi tugasnya untuk menghibur Jennie.

Dugaan Taehyung emang benar, istrinya itu sedang meratapi foto anaknya. lantas, Taehyung segera menghampiri Jennie dan mengusap surai hitam kecoklatan istrinya seraya berujar, "Sayang, ayo makan! aku hari ini mencoba membuat makanan kesukaan mu." Taehyung tidak tahu lagi dengan apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikkan keluarganay seperti sedia kala. Ia merasa putus asa. Ia bingung, bagaimana membuat istrinya yang ceria kembali.

"Tae, kamu makan saja aku tidak selera. Suruh Lisa memberi makan Haewon, ya?"

Taehyung menggeleng, "tidak! Jennie, kamu harus ingat! Kamu masih punya anak yakni Haewon. Jangan sampai kamu menjadi pilih kasih, Sayangku. Aku mohon, tolong relakan kepergian Ha Joon. Hidup terus berjalan, Jen. Aku yakin, Ha Joon di atas sana tidak senang dengan prilakumu yang seperti ini. Jadi, sekarang aku minta sama kamu untuk turun, ya?" Sepertinya kata-kata yang taehyung lontarkan sangat ajaib, sehingga mampu menghipnotis istrinya. Lihat saja, Jennie menganggukan kepalanya perlahan, seraya turun dari ranjangnya untuk turun ke meja makan.

Taehyung membantu istrinya untuk turun dengan menggendong tubuhnya. Sedangkan Jennie menyandarkan kepalanya di dada bidang Taehyung. Dada suaminya tersebut selalu menjadi tempat ternyaman bagi Jennie. Bersama Taehyung ia sejenak melupakan masalahnya.

Di ruang makan terlihat jelas Lisa yang sedang menggendong Hae won.

"Unnie, kemarilah aku dan Oppa  sudah menyiapkan makan malam spesial untukmu." Jennie tersenyum mendengar ajakan Lisa. Ia mengisyaratkan kepada Taehyung untuk mendudukkan dirinya. Taehyung tersenyum setelahnya.

"Lisa, berikan Hae Won padaku," ujar Jennie dengan suara lirihnya. Dengan senang hati, Lisa memberikan Hae Won kepada Jennie.

"Sayang, ini eomma, Nak. Eomma kangen banget dengan Hae Won. Maafin eomma , yang mengabaikan Hae Won. Hae Won kangen ya, minum asi Eomma. Mulai sekarang Eomma janji tidak akan mengabaikan Hae Won lagi, hikss ." Jennie mengakhiri diskusinya dengan bayi perempuan yang bahkan tidak paham apa yang ia katakan dengan tangisan. Ia tidak dapat membendung airmatanya. Kejadian aneh yang menimpannya, sepertinya menjauhkan dengan anak-anaknya.

Taehyung dan Lisa kontan tersenyum. Sudah lama sekali, suasana hangat seperti ini menyelimuti keluarganya. Ia kilas balik dengan rentetan kejadian aneh yang menimpa keluarganya. Mulai dari perubahan sikap Jennie, bahkan hingga terenggutnya nyawa sulung anaknya. Membuat seakan Taehyung berharap ini hanya mimpi. Dan ia harap ada seseorang yang dapat menolongnya.

"Hae Won sepertinya lapar. Dia begitu lahap." Taehyung terkekeh melihat Hae Won yang semangat memakan bubur bayi yang disuapkan Jennie.

"Iya, Oppa. Sepertinya Hae Won sangat merindukan segalanya tentang Unnie, termasuk suapan Unnie, " ujar Lisa menimpali.

Jennie tersenyum sembari terus menyuapi Hae Won. Jennie bersyukur pada malam itu, tidak ada kejadian buruk lagi. Syukurlah! Meskipun Jennie tidak tahu apakah ini akhir ataukah hanya permulaan.



Taehyung berencana untuk mengunjungi tempat yang akan dijadikan cabang restoran yang ia pegang. Adapun kunjungannya kesana adalah untuk melakukan Survey maupun mengidentifikasi lebih lanjut progress maupun perkembangan pembangunan restoran cabangnya. Hal ini membuatnya mau tidak mau berpisah dengan istrinya, karena lokasi yang dikunjungi Taehyug memakan waktu 4 jam dari seoul. 

"Jimin, bagaimana dengan pembangunannya?" Tanya Taehyung sembari mengeluarkan sepuntung rokok lalu menghisabnya.

"Hampir 80%, Tae. Hal ini berkat konsultan konstruksi bangunan yang handal yang kita miliki," ujar Jimin sembari tersenyum bangga.

"Memangnya siapa?"

"Jackson, Namanya."

Lantas, mata Taehyung  terbuka sepenuhnya. Kini dia bahkan tidak perduli rokoknya masih tersisa, sudah ia jatuhkan ke tanah.

"J-jackson?"

Nama itu mengingatkannya pada masa lalu. Taehyung menyesali kenapa dia dipertemukan dengan pria itu, pria yang sempat mengisi hati istrinya. Juga pria yang Taehyung yakin menjadi penyebab kekacauan di keluarganya.

"Dimana pria itu, Jim!" Taehyung tersulut api emosi. Lantas, ia bergerak gusar sembari memaksa Jimin mengatakan keberadaan pria yang selama ini ia cari-cari.

"Tae, hei, ada apa? Tenang dulu. Kita bisa bicarakan baik-baik. Sebenarnya ada apa? Lalu, apa yang membuatmu sekesal inj saat mendengar namanya." Jimin berusaha menenangkan Taehyung. Ia takut Taehyung lepas kendali dan memicu perkelahian. Sungguh, itu tidak akan bagus untuk reputasinya. Kemudian, itu juga berdampak buruk bagi perkembangan pembangunan restoran baru itu.

"Jim, asal kau tau-" Taehyung terdiam sejenak sembari mengeluarkan foto Ha Joon, "Aku yakin sekali, dia yang menyebabkan teror untuk keluargaku. DIA YANG MEMBUAT ANAKKU MEREGANG NYAWA!" Taehyung mengakhiri perkaraannya dengana nada tnggi.

"Tae, tenang! Jackson sedang tidak ada di  sini. Dia sedang pergi untuk makan siang.  Kau tunggulah, beberapa saat lagi dia sampai.



"Jack! Apakah makanannya sangat enak?"

"Sangat kau harus cobain, Seulgi. Aku yakin kau akan tagihan."

Wanita yang bernama Seulgi kian tertawa mendengar saran dari Jackson, sahabat lamanya.

"WANG JACKSON. Namamu sangat bagus. Tapi aku sangat menyayangkan sifatmu." Baik Seulgi maupun Jackson mengarahkam pandangannya kepada sesorang yang baru masuk.

"Kim Taehyung" lirih Jackson. Entah apa lagi yqng terjadi setelah ini. Ia pun mendadak pasrah

"Berani sekali kau mempermainkan  keluargaku !"

Bugh

Taehyung melayangkan bogeman mentah pada wajah Jackson, seperti sedang menahan sesuatu yang agak kuat di dalam dirinya.

"APA-APAAN INI?"

Jackson maju selangkah guna menghampiri Taehyung, " Tae apa maksudmu memukulku? Apa aku menyakiti Jennie? Kenapa kau melakukan ini, Bajingan!"

"Aku mohon berhenti menteror keluarga kami. Kami hanya ingin hidup damai  Jangan kau hancurkan! Apakah kau sudah puas melihat kondisi istriku. D-dan juva mendiang anakku." Taehyung menangis deras saat itu juga.

"Apa maksudmu Taehyung? Teror apa? Walaupun aku kecewa dengan pernikahan kalian, tali tidak pernah terlintas sedikitpun untuk mencelakakan apalagi meneror keluargamu. Aku sudah melupakan, Jennie. Aku akan mencoba bahagia, jika Jennie merasa kau bahagianya. Tapi, demi tuhan aku tidak pernah meneror Jennie!" Taehyung terduduk lemas di lantai. Ia tidak ingin percaya sebenarnya, tapi melihat sorot mata Jackson, hatinya berkata buka  pria itu pelakunya.

Lantas, siapa lagi orang yang berabi menteror keluarganya.

Siapa yang bisa nebak pelakunya?

Btw maaf jika ada typo

Mau lanjut??

Tolong di vomen, karena tinggal 4 chapter lagi kita akan selesai dengan cerita ini

PERVASIVE || TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang