PROLOG

465 47 6
                                    

“Dia dan segala kesederhanaannya”

Happy Reading
###

Seorang laki-laki dengan seragam putih abu-abunya tengah berlari dengan tergesa-gesa.

Sesekali dia berhenti hanya untuk mengatur nafasnya, dia menyeka keringat yang mengalir dipelipisnya.

"Semoga gerbangnya belum ditutup," gumamnya.

Dia kembali berlari meskipun nasafnya sudah tak beraturan, baju seragamnya sudah basah akan keringat yang tak berhenti mengalir karena dia terus berlari.

"PAK! BUKAIN GERBANGNYA!" teriaknya saat sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.

SMA PERMATA, sekolah elit yang berada dikawasan Jakarta Pusat. Sekolah favorit, yang banyak sekali peminatnya yang ingin bersekolah disini.

"Aduh kamu kok bisa telat sih? Gak kaya biasanya," ujar seorang satpam yang baru saja datang.

Dia dengan segera membukakan gerbangnya, membiarkan siswa tadi masuk.

"Iya pak, tadi angkot yang saya tumpangi mogok. Dari pada nunggu lama nanti saya makin telat, jadi saya lari aja."

Pak satpam mengangguk, "Sudah sana kamu langsung ke kelas saja, bel baru saja berbunyi."

"Makasih ya pak sudah membiarkan saya masuk, nanti saya beliin bapak rokok deh," ucap siswa laki-laki itu.

"Tidak usah, sudah sana kamu masuk. Uangnya kamu simpan buat jajan kamu saja," ucap pak satpam.

Laki-laki tadi menundukkan kepalanya, "Sekali lagi terima kasih pak, kalo gitu saya permisi."

Setelah mendapat balasan dari pak satpam, dia kembali berlari menuju kelasnya.

"Assalamualaikum," ucapnya saat membuka pintu kelas, sebelumnya dia sudah mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam," jawab penghuni kelas dengan serempak, hanya ada dua orang yang tak menjawab salamya. Karena mereka berdua non muslim.

"Nero, kamu kok telat nak?" tanya seorang guru perempuan yang tengah mengajar.

"Iya bu, maaf saya telat," ucapnya.

"Ya sudah kamu duduk," pinta guru tadi.

Lelaki itu mengangguk, dia berjalan kearah bangkunya. Disana terdapat teman sebangkunya yang tengah duduk santai memperhatikan guru yang tengah menjelaskan.

"Halo my best friend, kenapa telat?" tanya teman sebangkunya.

"Angkotnya mogok," jawabnya.

"Lo sih gue ajak berangkat bareng gak mau, telatkan jadinya."

Siswa laki-laki tadi langsung menatap temannya, "Jarak rumah lo ke rumah gue jauh, Reo."

Teman sebangkunya yang bernama Areo Alkana, menggelengkan kepalanya. "Ya enggak apa-apa kali, lagian lo kenapa sih setiap gue atau Marimar ajak berangkat atau pulang bareng. Lo pasti selalu nolak," ucapnya.

"Gue gak mau ngerepotin kalian berdua," ucapnya.

"Nero, Nero. Lo kaya sama siapa aja, kita berdua sahabat lo kalo lo lupa. Gak usah ngerasa lo selalu ngerepotin kita gitu," ucap Reo.

"Iya iya, udah fokus lagi."

Alnero Danendra, siswa laki-laki yang tadi telat. Dia siswa laki-laki yang terkenal dengan kepintaran yang dia punya.

Nero, nama panggilannya. Lelaki sederhana yang tak pernah mengeluh akan kesederhanaannya.

Lelaki pekerja keras, setiap pulang sekolah dia tak langsung pulang ke rumah. Melainkan akan langsung bekerja di cafe yang dekat dengan rumahnya.

Alnero atau lebih tepatnya Nero, dia tidak pernah tahu siapa kedua orangtuanya. Dia dibesarkan dipanti asuhan Bunda Kasih.

Dia memutuskan keluar dari panti asuhan saat dia baru saja memasuki kelas 10 SMA, membeli rumah kecil yang cukup sederhana dengan uang tabungannya.

Setiap hari minggu, dia tak pernah lupa untuk mengunjungi panti asuhan tempat dia besar.

Alnero Danendra, lelaki dengan segala kesederhanaan yang dia punya.

TBC:

HALO AKU KEMBALI MEMBAWA CERITA BARU NIH!

GIMANA SAMA PROLOGNYA?

PENASARAN?

AYOK SPAM NEXT!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YA!

JANGAN LUPA JUGA SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN!

BYE✨

NEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang