11. About Nero

67 17 2
                                    

Happy Reading
###

Terik matahari tak membuat pemuda itu berhenti berlari, berkali-kali dia mengusap peluh yang berjatuhan membasahi pelipisnya.

Di bawah terik matahari yang begitu menyengat dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki sebuah cafe.

"NERO!" seru seorang perempuan yang berada di balik meja kasir.

"Ya ampun lo kenapa lari-larian kaya gitu?" tanyanya menghampiri Nero.

"Gue... bentar atur nafas dulu."

Nero berjongkok didepan meja kasir, mengatur nafasnya yang naik turun. Sebelah tangannya dia gunakan untuk menyeka keringatnya.

Nero kembali berdiri saat nafasnya mulai teratur, dia menatap perempuan yang merupakan teman kerjanya.

"Angkot yang gue naikin mogok, gak ada bus, taksi ataupun ojek. Mau naik ojek online tapi hp gue lowbat. Gue takut telat makanya tadi gue lari-larian," jelas Nero.

"Aduh lo ini ya," Casella, teman kerja Nero itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan Nero.

"Lain kali gak usah buru-buru juga kali, kan jam kerja lo masih lama masuknya. Ini aja masih ada waktu 15 menit lagi, rajin amat."

"Ya gue pengen bantu-bantu yang lain dulu sebelum jam masuk gue, lagian kalo gue pulang dulu ke rumah. Yang ada malah telat banget," jelas Nero.

"Ya terserah lo aja lah, minggir! Jangan di depan kasir. Noh ada pelanggan," ucap Sella.

"Eh iya, yaudah Sel. Gue ke belakang dulu ya," pamitnya.

Nero beranjak pergi dari tempatnya, dia lantas berjalan menuju ke belakang lebih tepatnya tempat di mana berkumpul karyawan.

"Woi awal banget lo datengnya," ujar seorang cowok pada Nero, dia terlihat baru selesai mengganti bajunya dengan baju khusus pegawai di cafe itu.

"Iya, lebih baik dateng awal kan? Dari pada dateng telat," jawab Nero.

"Iya sih, yaudah sana ganti baju. Lo kayaknya kecapean, istirahat aja dulu. Masih ada waktu," ucapnya.

"Iya elah bawel amat," Nero menatapnya malas.

"Oh ya jangan lupa nanti bantu beresin dapur dulu ya, tadi berantakan banget. Gue mau setor panggilan alam dulu," ucapnya berlalu memasuki toilet, meninggalkan Nero yang hanya menatapnya malas.

Nero mengulas senyumnya, "Oke Nero hari ini lo harus lebih semangat lagi kerjanya!" serunya menyemangati diri.

Itulah Nero, selalu menyemangati diri sebelum beraktivitas. Selalu menjadi ciri khas dari seorang Nero.

Nero menyentuh kalung yang terpasang di lehernya, kalung biasa berwarna hitam dengan bandul kunci kecil berwarna emas yang disampingnya terdapat satu bandul hati yang menyatu dengan kuncinya.

Nero mendapatkannya dari ibu panti, beliau baru teringat. Kalau dulu saat ia menemukan Nero, terdapat kalung tersebut yang berada di genggaman tangan Nero.

"Semoga dengan adanya kalung ini, gue bisa ketemu sama orang tua gue. Kan siapa tahu aja orang tua gue juga punya kalung yang sama, atau saudara-saudara gue juga punya."

"Eh emangnya gue punya saudara ya?" monolognya, "Ya semoga aja punya deh."

«NERO»

Nero itu mempunyai paras yang bisa membuat seorang perempuan terpikat oleh pesonanya.

Hidung yang mancung, alis yang tebal juga rahang yang begitu tegas. Matanya terlihat agak tajam dan juga bibir merah muda yang tidak pernah terjamah oleh rokok.

NEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang