9. Si Pembaca Wattpad

102 14 4
                                    

Happy Reading
###

Suara lonceng berbunyi mengalihkan perhatian Nero, dia melihat ke arah pintu cafe. Di mana terdapat seorang pria paruh baya yang baru saja memasuki cafe.

Nero kembali mengalihkan perhatiannya, "Silahkan menikmati," ucapnya sopan, setelah selesai mengantarkan makanan pada pelanggan. Nero kembali memasuki dapur cafe.

"Bang Azka, ada pelanggan baru. Yang lain masih pada sibuk layanin pelanggan lain, Nero apa abang yang mau layanin pelanggan ini?" tanya Nero.

"Kamu aja, Ro. Abang kebelet nih," ucap Azka, seorang pelayan yang usianya lebih tua 2 tahun dari Nero.

"Yaudah bang, Nero ke depan lagi ya."

"Iya, Ro. Abang juga mau ke toilet ini udah gak tahan."

Nero hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat Azka berlari ke toilet dengan memegang perutnya.

Lantas Nero segera kembali ke depan, langkah kakinya berjalan menuju meja nomor 5. Meja yang di tempati pelanggan yang baru saja masuk tadi.

"Permisi, mau pesan apa?" tanya Nero, di tangannya sudah ada buku kecil untuk mencatat pesanan.

Pria paruh baya yang tadinya tengah asik dengan handphonenya langsung menatap Nero, matanya membelalak kaget saat menatap wajah pemuda di depannya yang terlihat sangat familiar.

"Permisi, tuan?" Nero melambaikan tangannya di depan pria tadi, hingga membuatnya tersentak dari lamunannya.

"Ah maaf, wajah kamu sangat familiar. Tadi saya sampai kaget," ucap pria tadi.

Nero tersenyum canggung, "Tapi saya baru pertama kali bertemu dengan Anda," ucap Nero.

"Mungkin hanya perasaan saya saja yang merasa wajah mu tak asing, lupakan saja. Ah iya saya ingin memesan jus alpukat dan juga waffle," ucapnya.

"Baik, mohon di tunggu. Kalo begitu saya permisi," ucap Nero.

"Ya silahkan."

Pria paruh baya tadi menatap punggung Nero yang perlahan menghilang di balik dinding dapur.

"Wajahnya benar-benar sangat familiar," gumamnya.

"Aku seperti pernah melihatnya," ucapnya, "Ah iya! Dia sangat mirip dengan teman lamaku, bicara tentang teman lama. Bagaimana kabar dia? Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya," gumam pria paruh baya itu.

Sedangkan Nero yang saat ini sudah berada di dalam dapur cafe hanya duduk diam sembari memikirkan ucapan pelanggan yang tadi.

"Jangan ngelamun," seorang perempuan menepuk bahu Nero.

"Eh kak Lala, enggak ngelamun kok hehe."

"Enggak ada pelanggan lagi?" tanya perempuan tadi, Lala namanya.

"Enggak ada kak, terakhir tadi udah Nero tanganin kok. Pesanannya juga baru aja di antar sama bang Jev," ucap Nero.

"Oh, yaudah gue mau ke kasir dulu ya. Udah waktunya pergantian nih," ucap Lala.

"Iya kak."

2 jam berlalu, kumandang adzan Maghrib sudah terdengar.

"Udah enggak ada pelanggan kan?" tanya Gardi yang saat ini tengah mengunjungi cafe miliknya.

"Udah enggak ada, tuh kosong semua."

Gardi mengangguk saat Jevry baru saja menjawab pertanyaannya.

"Tutup dulu," ucap Gardi.

"Biar gue aja deh yang nutup," ucap Lala.

"Sana ambil wudhu dulu, nanti kita sholat berjamaah."

Beberapa pegawai mengangguki perintah Gardi, beberapa pegawai muslim mulai pergi ke belakang cafe yang terdapat tempat untuk berwudhu.

NEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang