4. Impian Nero

140 26 3
                                    

“Aku ingin bertemu dengan kedua orang tua ku, apa bisa?”

Happy Reading
###

Gelak tawa terdengar di salah satu warung yang terletak di depan sebuah kompleks perumahan.

Sepiring gorengan tersaji diatas meja yang di tempati oleh tiga orang remaja laki-laki, serta es teh manis yang menemani obrolan mereka.

"Gilak ngakak banget sih gue kalo inget muka Pak Gogo pas kemarin," lontar Marcel diiringi kekehan.

Mereka, Nero, Reo dan Marcel tengah berkumpul di warung depan kompleks perumahan Nero, warung yang biasanya Nero menitipkan dagangannya. Hari ini hari Sabtu jadi sekolah libur, Nero akan bekerja di cafe saat sore hari.

"Kocak abis! Lagian lo ada-ada aja, gue kira pas ulangan lisan kemarin dia bener-bener jawab soalnya. Eh enggak tahunya malah jawabannya melenceng!" itu Reo yang berujar.

"Padahal menurut gue itu soalnya udah yang paling mudah," ucap Nero.

"Mudah buat lo, susah buat kita!" kata Reo kesal.

Nero menatap Marcel yang tengah menghisap rokoknya, dia menggelengkan kepalanya melihat kedua temannya masih belum lepas dari yang namanya merokok.

Disaat kedua temannya merokok, Nero justru tidak. Pernah saat itu dia di ajak oleh Marcel untuk merokok tapi dia dengan tegas menolaknya.

Kala itu, Reo bertanya padanya kenapa dia tidak mau merokok.

Jawaban Nero saat itu membuat keduanya bungkam, saat itu dengan lantang Nero menjawab.

"Gue masih sayang sama tubuh gue, masa depan gue masih panjang. Gue enggak mau ngerusak tubuh gue dengan cara merokok, apa untungnya ngerokok? Yang ada rugi, rokok enggak bisa bikin tubuh kita sehat. Malah sebaliknya, rokok ngerusak tubuh kita."

Jawabnya kala itu, hingga sampai saat ini pun Nero tetap menjawab hal yang sama setiap kali dia di ajak merokok ataupun minum alkohol oleh teman-temannya dan teman sekelasnya.

Nero meletakkan dua permen kiss di hadapan kedua temannya, cowok dengan kaos hitam polos serta kemeja biru kotak-kotak dan celana jeans hitam yang membalut tubuhnya. Rambut hitamnya terlihat berantakan namun tidak membuatnya kehilangan ketampanannya. Nero menatap kedua temannya. Dia berkata, "Ganti rokok kalian berdua sama permen."

Marcel dan Reo menatap Nero dengan alis yang saling bertautan, "Maksudnya?" tanya Marcel menatap Nero bingung.

"Gue bukannya mau ngelarang kalian, cuma mau ngingetin aja. Rokok enggak bisa membuat tubuh kalian berdua sehat. Jadi lebih baik kalian ganti rokok sama permen, lebih baik konsumsi permen sebagai gantinya," ujar Nero, "Ya walaupun gue tahu permen juga bisa ngebuat kita sakit gigi, setidaknya itu lebih baik. Kalian bisa makan permennya kalo kalian pengen ngerokok," lanjutnya.

Reo dan Marcel terdiam mendengarnya, keduanya saling pandang lalu menatap Nero kembali.

"Masa depan kalian masih panjang, masih ada cita-cita yang harus kalian kejar. Jadi mulai sekarang, coba sayangi diri kalian sendiri. Jaga tubuh kalian," sambung Nero.

"Makasih Ro, lo selalu ingetin kita berdua tentang ini. Nanti kita coba deh buat kurang-kurangin ngerokoknya," ucap Marcel yang disetujui oleh Reo.

Nero mengangguk, "Bagus deh kalo gitu, sesama teman udah seharusnya saling ngingetin."

"Oh iya, gue mau nanya. Impian kalian apa sih? Impian yang belum terwujud," tanya Reo.

"Punya pacar," jawab Marcel santai.

Plak

"Woy lah sakit njir main geplak-geplak aja lo, anak setan!" Marcel mengusap kepalanya yang baru saja terkena geplakan dari Reo.

"Lagian impian lo konyol banget, punya pacar termasuk impian? Yang bener dikit kek, mau punya pacar atau enggak itu udah ada yang ngatur."

"Gue bercanda elah, jangan serius-serius amat."

Reo memutar bola matanya malas, "Jawab yang bener!" ucapnya.

"Iya elah! Impian gue, gue mau punya perusahaan yang gue bangun sendiri," ucap Marcel.

Nero dan Reo mengangguk, "Impian lo oke juga," ucap Reo.

"Lo sendiri?" tanya Marcel.

"Gue?" Reo menunjuk dirinya sendiri, "Impian gue simpel, gue mau punya panti asuhan yang gue bangun dengan jerih payah gue sendiri. Tanpa campur tangan orang tua gue," ucap Reo, "Hampir sama kaya lo sih, mau punya sesuatu yang di bangun dari usaha sendiri," lanjutnya.

"Hm iya sih hampir sama cuma beda aja yang mau di bangunnya. Intinya gue doain deh impian kita semua akan terwujud," ujar Marcel.

"Aamiin," Nero dan Reo menjawabnya secara bersamaan.

"Eh iya hampir lupa, impian lo apa. Ro?" tanya Reo pada Nero.

Nero terdiam sejenak, dia mendongak menatap langit yang nampak cerah hari ini.

"Impian gue simpel tapi kayanya susah buat terwujud," ucapnya.

"Kenapa? Emang impian lo apa?" tanya Marcel.

"Impian gue, gue mau ketemu sama orang tua kandung gue."

TBC:

IMPIAN NERO SIMPEL BANGET YA

KALO KALIAN APA?

DAPET FEEL NYA ENGGAK?

PENDAPAT KALIAN TENTANG CERITA INI!

APA YANG KALIAN SUKA DARI NERO?

JAM BERAPA KALIAN BACA PART INI?

IDOLA KALIAN SIAPA?

NEXT?

JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT YA!

JANGAN LUPA SHARE JUGA KE TEMEN-TEMEN KALIAN! TERIMA KASIH✨

JANGAN LUPA FOLLOW:

IG: @Lanwulan.24
      @Wattpadlann
TIKTOK: @It'slan24
Wattpad: @WulanSari972

BYE!

NEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang