37. Putus

3.1K 501 11
                                    

Pertemuan dengan Freya berefek buruk pada suasana hati Ana. Perempuan itu menjadi murung dan lebih pendiam daripada biasanya, yang berlangsung sampai malam hari ketika Andra dan Zizi mengajaknya makan malam. Membuatnya tidak bisa berkonsentrasi pada kegiatan mereka maupun hal-hal yang dikatakan ayah dan anak itu. 

"Lho? Ini kan jalan ke arah luar kota, Mas," tanya Ana bingung sewaktu dia menyadari jalanan yang mereka lalui cukup lengang dan mengarah ke daerah pinggir kota. 

"Kamu terlalu banyak melamun jadi nggak nyimak obrolan kita. Iya nggak, Zi?" Andra mengedip pada putrinya melalui kaca tengah.

Zizi terkikik di kursi belakang mobil. "Bu Ana sedih gegara mau LDR-an sama ayah, ya?" terkanya sok tahu. 

"Tadi kan aku sudah bilang kalau kita mau nyoba restoran di daerah Kasihan," terang Andra. "Kata Zizi restoran ini recommended di tripadvisor. Jadi kalau nanti ternyata mengecewakan kita salahkan saja Si Tuan Putri."

Dan restoran itu memang layak mendapatkan rating tinggi. Konsep ruangannya open-air, sehingga pengunjung langsung mendapatkan udara segar tanpa perlu disediakan AC. Makanannya yang mengusung makanan tradisonal khas Jawa, lezat. Pelayanannya pun cepat dan ramah. 

"Zi, kamu tunggu di sini. Ayah mau jalan-jalan sebentar," titah Andra pada putrinya yang sedang asyik berswafoto dan memajangnya di akun Instagram. Sebelumnya gadis remaja itu juga sudah mengunggah foto-foto makanan yang mereka santap malam itu. "Ayo, Na!" ajak Andra. 

Ana menjajari langkah Andra dengan patuh. Lelaki itu membawanya ke sisi restoran yang berbatasan langsung dengan area persawahan. 

"Lihat di sana!" Andra menunjuk ke arah sawah dan Ana memasang senyum saat tahu apa yang ingin diperlihatkan oleh Andra. 

"Kunang-kunang," desah perempuan itu takjub. 

Kumbang-kumbang kecil berpendar cahaya itu beterbangan di bentangan sawah di hadapan Ana. Berkerlap-kerlip kontras dengan latar belakang kegelapan malam. Serupa festival lentera dalam ukuran mini. 

"Bagus, kan?" tanya Andra. "Kita beruntung bisa melihat mereka dalam jumlah banyak seperti ini."

"Ya, kunang-kunang baru terlihat indah kalau jumlahnya banyak," balas Ana sepakat. 

"Apa kamu tahu kalau kunang-kunang jantan melamar betinanya dengan kerlip cahaya mereka?"

Ana menggeleng. Tubuhnya mendadak tegang, mengantisipasi arah obrolan Andra.

"Pejantan menggoda betina dengan kerlip cahaya berpola tertentu, lalu si betina akan membalas dengan kode cahaya yang spesifik pula. Di situlah mereka tahu kalau mereka jodoh."

"Oh ya? Mas tahu dari mana?" tanya Ana gugup. "Ensiklopedia?" Sebagai jawabannya Ana dihadiahi tatapan menyelidik dari Andra yang terasa menakutkan. 

"Kamu pasti tahu, kan, ke mana arah pembicaraan ini?" desak pria itu, dan Ana mengalihkan pandang ke kejauhan untuk menutupi kegugupannya. 

"Aku melamarmu sekali lagi, Ana. Kalau kamu setuju, aku akan langsung menemui ibumu. Kita akan menikah secepatnya dan berbulan madu ke Paris segera setelah kamu lulus S2."

Ana sontak menoleh. Dia salah dengar atau Andra sedang berhalusinasi? Apa Andra pikir dengan mengajaknya melihat Menara Eiffel lantas cinta akan bersemi di hatinya, membuatnya dimabuk asmara dan seketika bisa melaksanakan fungsinya sebagai istri? 

"Apa? Bulan madu? Paris? Aku bahkan belum sembuh, Mas."

"Kita bisa terus mencoba sesi terapi dengan Bu Eriska. Dan setelah kita sah sebagai suami istri kita bisa berlatih saling menyentuh."

Love Will Find A Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang