15. Permintaan yang Tak Biasa

3.4K 602 69
                                    

Mendekati Zizi tidaklah mudah. Anak itu sama sekali tidak mau membuka diri pada Ana. Sudah dua minggu berlalu dan Ana belum membuat kemajuan apa pun.

Ana sudah mengamati nilai-nilai pelajaran Zizi, tak ada perubahan yang berarti. Ada sedikit penurunan tetapi tidak signifikan. Ana juga mengamati interaksi Zizi dengan kawan-kawannya, tidak ada yang berubah. Gadis remaja itu tidak menyendiri dan tetap bergaul seperti biasa. Ana bahkan menanyai Reni, teman sebangku Zizi, untuk mencari tahu apa ada perubahan dalam sikap Zizi, dan jawabannya tidak ada. Dan semua itu berarti Zizi tidak mengalami kondisi tertekan secara emosional. Lalu mengapa anak itu membolos?

Informasi dari Andra pun tidak banyak memberi petunjuk. Selama dua minggu ini memang Andra intens berkomunikasi dengannya, baik melalui chat maupun panggilan telepon. Bahkan pria itu pernah menghubunginya melalui video call, yang menurut Ana sebenarnya tidak perlu dilakukan. Andra rutin melaporkan tingkah laku Zizi di rumah. Menurut cerita Andra, Zizi meminta maaf karena sudah membolos, tetapi tetap tidak mau mengatakan alasannya. Zizi hanya berkata bahwa Andra akan tahu pada saatnya nanti. Satu hal yang menggembirakan adalah Andra mulai mengurangi kesibukannya dan banyak menghabiskan waktu dengan Zizi.

Hari ini, Ana meminta bantuan Cindy untuk berpura-pura menggeledah barang bawaan siswa. Tentu saja itu hanya dalih supaya Ana punya alasan untuk memeriksa barang-barang pribadi milik Zizi. Sedikit curang memang, tetapi Ana tidak bisa mengambil risiko tidak mendapatkan petunjuk apa pun yang bisa mengungkap motif di balik aksi membolos Zizi.

Dengan semua siswa berada di luar kelas, Ana dan Cindy mulai memeriksa tas sekolah setiap siswa. Ana langsung menyasar tas Zizi. Tidak ada barang-barang yang tak wajar. Buku pelajaran, buku tulis, kotak bekal, dan buku gambar. Ana sedikit mengerutkan kening. Untuk apa Zizi membawa buku gambar? Tidak ada jadwal pelajaran Kesenian untuk hari ini.

Ana membuka buku gambar Zizi dan terperangah. Buku itu telah terisi penuh dengan sketsa lukisan. Bermacam-macam lukisan dengan konsep yang cukup matang untuk ukuran anak remaja. Mungkinkah alasan Zizi membolos ada hubungannya dengan ini?

***

Zizi berjalan menghampiri Ana dengan senyum terkembang. Hari ini adalah hari terakhir kesepakatan mereka. Zizi sukses tidak pernah membolos selama satu bulan. Artinya, Ana harus menuruti apa pun yang diminta anak itu. Apa pun. "Bu Ana, saya mau nagih janji," katanya.

Ana memusatkan perhatiannya gadis remaja di depannya. "Oke, Ibu siap. Katakan, apa yang kamu minta?"

"Saya minta Ibu membujuk Ayah supaya saya boleh ikut ini," ucap Zizi sambil mengulurkan sebuah leaflet.

Ana menerima leaflet itu dan membacanya. Let's Color Wall of Connection. Festival mural di sekitar daerah Pakualaman, Jalan Sambilegi, dan Jalan Soboman. Jadi, rupanya Zizi memiliki passion di bidang melukis, Ana berpikir seraya mengingat sketsa-sketsa Zizi yang dia temukan dua minggu yang lalu. "Tapi ini bentrok dengan jam sekolah, Zi. Lagipula, rata-rata pesertanya mahasiswa. Apa pihak panitia akan memperbolehkan kamu ikut serta?"

"Saya nggak mau tahu. Pokoknya saya mau ikut festival itu dan harus bisa ikut. Ibu sudah janji. Dan sekarang Ibu harus menepatinya." Zizi berkukuh. Bocah itu bahkan menghentakkan kakinya, merajuk.

Ana tentu tak ingin ingkar janji, tapi permintaan Zizi agak sulit dipenuhi. "Oke, Ibu akan coba bujuk ayahmu. Tapi kalau sekolah nggak mengizinkan, gimana?"

Zizi melipat tangan di depan dada, bibirnya dikerucutkan. "Kalau begitu, minta Ayah untuk membujuk Kepala Sekolah. Ayah, kan, kaya," katanya.

Tipikal anak orang kaya. Merasa semua bisa diselesaikan dengan uang. " Nggak semua bisa diselesaikan dengan uang, Zi. Bu Devi bukan orang yang matre yang dengan mudahnya disuap." Ana mencoba memberi pengertian.

Love Will Find A Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang