22. Curiga

3.2K 631 60
                                    

Setelah kematian Rosyad, Ana sudah menetapkan impiannya: menjadi dosen.

Di mata Ana remaja, dosen menduduki puncak tertinggi pada sebuah hierarki intelektualitas. Lihatlah para orang-orang hebat negeri ini. Kebanyakan berangkat dari profesi dosen sebelum mengembangkan sayap ke bidang lain. Mereka pintar, bermanfaat, dan yang paling penting, terhormat.

Ana sudah menetapkan target. Tahun depan dia harus sudah memulai studi magisternya. Karena itulah, Ana sudah mulai mengumpulkan informasi tentang program magister yang linear dengan jurusan S1-nya, mulai dari biaya per semester, status akreditasi, serta profil tenaga pengajarnya. Dan pilihan Ana jatuh pada PPs Unnes Semarang.

Kemarin Ana mendapat informasi dari Pak Yanto tentang terobosan baru dari Rafka. Yayasan menawarkan beasiswa bagi guru yang ingin melanjutkan studi ke jenjang S2, tentunya dengan berbagai syarat dan ketentuan berlaku. Dan salah satunya adalah mengikat guru yang bersangkutan dalam kontrak kerja selama empat tahun, dihitung mulai dari tahun lulus program magister.

Ana tentu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Bukan beasiswa yang dia incar, melainkan izin untuk melanjutkan studi. Jika tahun depan dia sudah mulai menempuh studi S2, maka sebelum usianya mencapai angka tiga puluh Ana sudah bisa resign dari sekolah dan mendaftar menjadi dosen. Menjadi guru memang hanya batu loncatan baginya. Dengan semua pertimbangan itulah, Ana menemui Kepala Sekolah siang ini. Namun, sayangnya, respon Bu Devi sedikit mengecewakan.

"Tidak bisa, Bu Ana. Saya mungkin bisa mempertimbangkan jika pilihan Ibu adalah UNY atau UGM. Tapi ini Unnes. Di Semarang," tolak sang kepala sekolah.

"Bu, saya hanya membutuhkan izin belajarnya saja. Saya tidak menuntut beasiswa yayasan," sergah Ana, tak ingin menyerah.

Bu Devi membetulkan letak kacamatanya. "Justru itu masalahnya, Bu. Yayasan mengizinkan kita melanjutkan S2, tetapi pihak yayasan yang akan menentukan universitas tempat kita kuliah. Bu Ana meminta sesuatu yang berada di luar penawaran yayasan," paparnya sambil memandang Ana lekat.

"Bu, tolonglah. Kalau saya menunggu beasiswa dari yayasan, pasti masih lama. Yayasan memberikannya berdasarkan urutan senioritas," ucap Ana lagi. Ana bisa melihat lawan bicaranya mengembuskan napas berat.

"Saya benar-benar tidak bisa memberi rekomendasi, Bu. Kalau Bu Ana mau, silakan langsung menghadap Pak Rafka saja. Toh akhirnya beliau juga yang memutuskan," pungkas Bu Devi seraya menyodorkan kartu nama Rafka.

Ana terdiam. Jika mengingat pertemuan terakhirnya dengan Rafka, dia selalu merasa resah, meski sudah dua bulan berlalu. Dengan berat hati Ana menghubungi nomor ponsel Rafka yang tertera di kartu nama.

***

Up Society Cafe. Tempat ini terlintas begitu saja di benak Rafka ketika Ana menelepon tadi. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu alasannya memilih tempat ini sebagai tempat pertemuan dengan perempuan itu. Apa mungkin karena dulu mereka pernah datang ke sini sebagai sepasang kekasih, dan kini terbit sedikit keinginan di hatinya untuk bernostalgia dengan momen itu? Rafka sungguh tidak tahu jawabannya. Yang jelas, dia sekarang tengah menunggu kedatangan Ana dengan hati berdebar.

Suara denting lonceng menandakan pintu kafe dibuka. Kepala Rafka otomatis terdongak dan matanya menangkap sosok Ana memasuki kafe ... disusul oleh Andra. Rafka  mendengkus sebal dan sedikit mencebikkan bibir ketika melihat Andra merangkul pundak Ana. Pemandangan yang merusak mata.

"Hai, Ka. Apa kabar?" sapa Andra hangat. Pria itu lalu menarikkan kursi untuk Ana, menunggu Ana duduk sebelum akhirnya duduk di sebelah perempuan yang kini berstatus pacarnya itu.

"Baik, Mas," jawab Rafka. "Habis jemput Bu Ana?"

Andra nyengir lebar saat menjawab. "Kebetulan hari ini bisa jemput. Sewaktu Ana bilang mau ketemu kamu ... ya udah, aku antar aja sekalian." Andra lalu mengkode agar pelayan datang ke meja mereka. "Jadi ketua yayasan jangan galak-galak, Ka. Masa pacarku sampai takut mau ketemu kamu," selorohnya. 

Love Will Find A Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang