BAB 9

3.1K 403 106
                                    

Usai mandi, Tia menyisir rambutnya sambil bercermin.
Dia berpikir dan membatin, apa benar Valdi mempunyai rasa lebih kepadanya?
Karena saat mereka saling menatap, sorot mata Valdi sama seperti ketika ia datang pertama kali di perusahaan ini. Tidak ada perubahan.

Tia pernah menjalin hubungan dengan pria, jadi dia tahu, mana yang biasa dan mana yang tidak biasa. Bagi Tia, Valdi terhitung biasa.
Tapi sejak Neny mengejeknya, otak Tia tak lepas dari pria yang bernama Valdi.

"Tempo hari, dia ngomelin aku, kasih panggilan sembarangan, dan sekarang aku jatuh cinta ke dia?" Tia berkata lirih sambil menatap cermin. Dia masih tak yakin.

"Terus cara deketin dia gimana?" Tia kembali berbicara sendiri.

Karena selama ini, si pria lah yang lebih dulu mendekati Tia. Atau berusaha memberi perhatian lebih dulu.

"Masak waktu boncengan, aku langsung peluk dia?
Pasti dikiranya aku kegenitan. Terus dia bilang ke kak Nang.
Nang, adikmu genit.
Wah! Kak Nang pasti ngamuk."

Tia menghela nafas.

"Ok, Tia! Mari kita bergerak!" Kata Tia dan meraih ponselnya.

Tia : Mas uda sampe? Klo uda sampe rumah, kabari ya?

Valdi mendengar pesan masuk, ia membacanya dan tersenyum.

Valdi : Uda sampe. Uda mandi. Uda makan. Kenapa?

Tia : Nggak papa. Worried aja.

Valdi : Worried kenapa?

Tia : Kuatir di marahi ibu. Berangkat pagi, pulangnya molor.

Valdi tersenyum.

Valdi : Kirain worried nya ke aku. Kamu takut kalo aku kenapa-kenapa.

Pesan Valdi membuat Tia terdiam. Sebenarnya memang iya.
Dia memang kuatir dan ingin tahu apakah Valdi sudah tiba.
Tapi Tia tidak mungkin berkata jujur kan?

'Duh! Mesti bales apa ya?'

Beberapa saat, Valdi menunggu balasan dari Tia, tapi tidak ada.

"Uda?! Gini aja?!" Valdi bicara sendiri ketika Tia tak membalas pesannya.

Malam makin larut, Tia belum bisa memejamkan mata.
Dia masih ragu apa yang tumbuh di dalam dirinya.

Valdi memang tidak setampan mantan-mantannya.
Tapi sikap Valdi yang sabar dan dewasa membuat Tia yakin bahwa ia jatuh cinta kepada pria ini.

Esok hari, Tia yang masih mengenakan roll rambut menikmati sarapannya di dalam mobil. Dia sudah ada di parkiran kantor.

Gadis ini sedikit terkejut ketika ada suara ketukan di jendela kacanya. Tapi tak lama ia tersenyum, karena Valdi yang mengetuk.
Tia menunjuk arah samping, seakan menandakan meminta Valdi untuk masuk ke dalam mobilnya.
Tak lama, Valdi membuka pintu mobilnya.

"Kamu suruh aku kesini, terus aku duduk dimana, Tet?" Tanya Valdi saat ia melihat bangku sebelah Tia ada seperangkat alat dandannya

"Iya. Bentar, mas." Kata Tia tertawa lirih dan memasukkan alat make up nya di beauty case.

"Nah! Gini donk!" Ujar Valdi dan duduk di sebelah Tia.

"Mas kok uda datang?" Tanya Tia, hatinya berbunga-bunga. Pria yang memenuhi otaknya duduk di sampingnya.

"Janjian sama Haris mau ke kantor baru, tapi ternyata dia masih nganter pacarnya." Jawab Valdi.

"Mas uda sarapan?"

"Uda. Tadi di rumah. Disini ada cemilan juga, Tet?"

"Bentar." Tia meletakkan kotak makan di dashboard, lalu ia menyelipkan tubuhnya di antara 2 bangku.
Aroma lembut ini menggoda hidung Valdi. Ia menghirup dalam-dalam seolah ingin menghabiskan sendiri.

#9 FOREVER, AND ONE (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang