6

2.5K 317 44
                                    

"Kemarin privat pulang jam berapa?"
"Gw capek banget nunggunya, lo ngga keluar keluar"

Keduanya saat ini berada di toserba yang tak jauh dari rumah Chenle. Toserba ini terletak di ujung gang menuju rumah Chenle.

Seperti biasa, Jisung selalu mengikuti Chenle untuk kelas privatnya, walau Chenle akan selalu mengusirnya dan memintanya untuk pulang, tapi mana mau Jisung meninggalkan Chenle sendirian di kelas privat pianonya. Tapi kemarin malam Chenle melakukan privat lebih lama dari biasanya sehingga Jisung memutuskan untuk pulang duluan. Walau ia sebenarnya takut jika sang master melakukan hal gila lagi pada si manis.

"Setengah sebelas kayanya" jawab Chenle dengan santainya sembari mengaduk mie instan yang akhir akhir ini menjadi kesukaanya.

"HA? NGAPAIN?" Tentu saja Jisung terkejut, pasalnya pria manis itu biasanya akan mengakhiri jam privatnya tepat pukul delapan dan paling lambat jam setengah sembilan.
"Master berulah lagi?"
"Coba liat tangannya" pinta Jisung yang mulai khawatir.

"Apaan sih"
"Ngga diapa-apain sama master"
"Udah biasa kalau mau ada pertunjukan gini emang suka diperpanjang jam latihannya" jelas Chenle

"Lo mau ada pertunjukan?"
"Kapan? Di mana?" Tanya Jisung yang terlihat antusias.

"Sabtu malam, di gereja kota"
"Mau bikin acara amal sih" Jelas Chenle

"Oh gitu"
"Jadi lo ubah warna rambut buat acara itu?"

"Iya"
"Jaemin yang nyaranin"
"Gimana menurut lo? Cocok ngga di gw?"
"Gw agak ngga PD sama warna yabg terang kaya gini" Tanya Chenle ragu, pasalnya ia sedikit tak yakin dengan warna rambutnya saat ini. Ash blonde? Bukankah itu sangat terang?

"Lo yakin nanya ke gw?"
"Ya kalo menurut gw lo tetep cantik, semua tuh cocok sama lo"
"Dan gw tentunya makin suka"
"Dah tau gw bulol gini, malah ditanyain tentang penampilan baru lo, ya gw jawab bagus lah"

"Jangan kaya gitu lah Ji, takut banget kalo gw ternyata ngga bisa bales" ujar Chenle yang merasa tak enak dengan perasaan Jisung yang berlebihan menurutnya.

"Maksud lo?" Tanya Jisung yang tak paham dengan maksud dari peekataan Chenle.

"Gw cuma takut"
"Gw udah terlalu lama ngga rasain hal kaya gini, gw udah terlalu acuh sama perasaan gw"
"Dan takut ngga bisa bales"

"Lo beneran sengga ada rasa itu sama gw? Lo bilang gw udah maju selangkah" nada bicara Jisung sedikit meninggi kali ini.

"Lo baru selangkah Ji, masih banyak langkah yang harus lo lewati" ujar Chenle yang langsung membuat Jisung terdiam.
"Ji?" Panggil Chenle karena melihat Jisung yang langsung terdiam dan terlihat lesu. Ia tau kalimatnya tadi bisa saja menyakiti Jisung, tapi ia hanya takut jika ia tak bisa membalas perasaan Jisung dan membuatnya kecewa, tapi ia juga tak bisa membuat Jisung berhenti.

Jisung adalah orang pertama yang terlihat memperjuangkannya dengan sungguh sungguh. Jisung benar, hatinya sudah sangat beku dan perlu untuk dicairkan.

Dan ia benar benar berharap Jisung bisa mencairkannya, tapi untuk saat ini ia tak bisa memungkiri jika perasaannya belum bisa tumbuh secepat itu. Anggap saja dirinya orang egois, tapi ia benar benar memerlukan bantuan Jisung untuk membuatnya merasakan perasaan kasmaran, menyayangi, disayangi, rasa ingin memiliki. Ia butuh Jisung untuk mengembalikan rasanya.

"Gw minta maaf kalau kalimat gw nyakitin lo"
"Gw cuma ngga mau lo kecewa nantinya, dan berakhir jauhin gw"
"Lo tau kan temen gw cuma Jaemin, cuma Jaemin yang ngenalin gw sama dunia luar"
"Tapi gw suka dengan hadirnya lo"
"Lo bisa ngenalin gw sama dunia luar yang Jaemin ngga bisa kenalin ke gw"
"Anggep aja itu alasan dibalik langkah pertama lo" jelas Chenle pada Jisung.

Y.O.U ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang