Ribet

1.2K 314 25
                                    

"Kalian... Bercanda ya?" Erlan dengan wajah shocknya menatap Elang, Fara, dan Jean bergantian. Tapi emang mukanya Jean ini persis sama muka Elang sih.

Fara natap Elang sambil ngode pria itu pake kedipan mata, tapi kayaknya Elang lagi ga peka. "Ga kok, emang Fara itu Mamanya Jean. Iyakan Jean?"

Bocah itu mengangguk dengan wajah polosnya, sementara entah kenapa Erlan merasa tak rela mendengarnya.

"Ra, lo bercanda kan?" Erlan menarik lengan Fara membuat wanita itu terkesiap, sementara Elang dan Jean menatap tak suka.

Elang dengan terang-terangan melepas tangan Fara dari Jean, "Kurang jelas? Butuh bukti apa lagi?" Tanya Elang dengan nada kesalnya.

Fara yang ngerasa situasinya jadi ga enak buru-buru narik Elang dan Jean supaya masuk ke unit miliknya. "Hehe, pamit dulu ya Lan." Fara terkekeh canggung dan buru-buru nutup pintu.

Erlan menatap pintu unit Fara dengan perasaan campur aduk, yang pasti tidak ada rasa bahagia. Tangannya mengepal erat lalu menghela nafas dan masuk ke unitnya.

Setelah tertutup pintu unit, Fara menarik nafas lega. "Ada yang mau gue bicarain sama lo, tapi sebelumnya kita makan dulu." Fara menunjukkan soto ayam dan telur gulung pesanan Jean.

Tapi Elang malah nahan pergelangan tangan Fara membuatnya menatap Elang bingung. "Aku kamu." Pria itu menekankan kata-katanya.

Elang memberi kode melalui mata pada Fara untuk segera menatap Jean yang sedang menatap kedua orang tuanya.

Fara mengerti, oleh karena itu Fara buru-buru senyum dan menggiring Jean mengikutinya ke ruang makan. "Mama bawa makanan pesenan Jean nih."

Jean terlihat bersemangat dan mendahului menuju meja makan. Baru kali ini Jean makan bareng Mama Papanya, biasanya cuma sama Neneknya aja.

Makan malam kali ini dipenuhi obrolan ringan, Fara dan Elang gantian nanya  kehidupan Jean selama tiga tahun belakangan.

Ternyata Bunda Hani yang paling sering ngerawat Jean, soalnya kedua orang tua Elang ada di Jogja sedangkan Jean dan Bunda Hani tinggal di sentul.

Sesekali sih Jean dititipin ke keluarga Elang waktu Fara pulang, soalnya Fara jarang bisa pulang akibat pekerjaannya yang seorang dokter.

"Jean, Nenek galak ga?" Tanya Fara penasaran.

Jean ngegeleng pelan, "Nenek Hani baik, suka ajak Jean jalan-jalan."

Raut wajah Fara berubah sebal, "Pilih kasih! Dulu aja Mama diomelin mulu, emang dasarnya pengen anak cowok sih!" Fara mendesis dengan wajah julid andalannya.

Elang ketawa puas dengernya, "Kelakuan kamu kan udah mirip cowok, pasti dulu kamu bandel deh."

Fara semakin sebal mendengar ejekan dari Elang, "Dih sok tau! Dulu aku pernah menang lomba menyulam! Tapi ternyata ketuker sih nilainya, harusnya aku ranking ke lima." Fara menggigit kerupuk putih dengan rakus.

Elang menaikkan alisnya, "Bagus dong ranking lima, dari berapa orang?"

"Lima orang."

Sekarang yang ketawa bertambah soalnya Jean ikutan ketawa, mana ngakak banget kaya ketawa Elang.

Fara menggelengkan kepalanya, "Jean kok ga ada mirip-miripnya sama aku sih? Aku yang hamil, aku yang ngelahirin masa mukanya jiplakan bapaknya." Gumam Fara pelan.

Elang masih bisa denger soalnya duduknya sebelahan sama Fara. "Itu bukti kalo Jean itu anak aku, lagian senyumnya persis kamu tuh." Elang menunjuk Jean menggunakan dagunya.

Fara mengangguk setuju, "Tapi cuma senyumnya doang, cih besok-besok situ aja yang hamil sama ngelahirin." Sewot Fara.

Elang menyunggingkan senyum jahilnya lalu mendekat ke arah Fara yang lagi minum. "Emangnya udah niat mau punya anak lagi?" Elang naik turunin alisnya dengan wajah nyebelin.

Buru-buru Fara nyemburin air di mulutnya dan pas kena muka Elang, rasain deh siapa suruh deket-deket.

Elang memejamkan matanya dan mengelap wajahnya dengan ekspresi datar, niat jahil malah langsung kena karma.

Sementara Fara udah keburu kabur narik Jean ke ruang tv. Fara nepuk nepuk pipinya, ngerasa aneh gara-gara kok bisa sih kepikiran buat punya anak lagi?

Nerima fakta bahwa dirinya punya anak dan suami modelan Elang aja belum bisa. Duh mulutnya mendadak kurang ajar!

"Kenapa? Malu ya?"

Elang muncul tiba-tiba setelah mencuci mukanya sampai bersih terus duduk disamping Fara yang asik ngelamun dari tadi.

Sementara Jean main dino dinoan yang tadi dibeliin sama Elang waktu pulang dari restoran.

Fara ngalihin mukanya, takut ketauan kalo sekarang pipinya udah memerah menahan malu. "Mana ada! Itu kan cuma seandainya."

Elang ketawa ngeliat reaksi Fara, ngomongnya sambil ngasih punggung jadi keliatan pipinya yang chubby dari samping, kaya Shin-chan.

"Berarti kamu udah ngebayangin kan?" Lanjut Elang, percayalah seru banget ngegodain Fara tuh.

Fara ngebalik dan natap Elang dengan tatapan horor, tangannya dengan sigap ngambil bantal sofa dan memukul Elang dengan membabi buta. Elang jelas aja jerit-jerit sambil ketawa.

"Gausah diperjelas! Seneng kan lo bikin gue malu!" Kalo udah kesel gini Fara gabisa nahan buat ga nyebut lo gue.

Elang lalu bangun, mendorong Fara yang nindih Elang sampai posisinya berbalik, jadi Elang yang nindih Fara. Duh untung aja Jean ga nyadar dan masih asik mainin dino dino kesayangannya.

Jarak muka mereka deket, mungkin cuma sejengkal aja. Fara meneguk ludahnya kasar waktu mata mereka saling bertatapan, ia merasa ada yang ga beres waktu Elang makin ngedeket.

"Ekhmm, ada yang mau aku omongin." Fara buru-buru ngedorong Elang buat ngejauh dan berakhir dua duanya duduk dengan normal.

"Kayaknya kita harus sewa satu apartemen aja, kasian Jean kalau harus milih mau tidur dimana setiap malemnya." Fara natap Jean yang sekarang fokus ke tv.

Elang mengangguk, "Tapi kan kamarnya cuma satu, mau tidur berdua?"

Fara melotot, iya juga ya? Kenapa baru sadar sekarang?

"Mmm... Gimana ya? Kalau pindah ke lantai 14 pasti jauh lebih mahal, disana ada tiga kamar." Fara nyenderin punggungnya di sofa.

Elang jadi ikutan mikir, apa perlu beli rumah aja? Tapi apartemen ini letaknya strategis, deket ke rumah sakit tempat Fara kerja, deket ke restoran milik Elang, dan juga deket ke fasilitas umum lainnya, tinggal jalan sebentar nyampe.

"Sementara waktu tinggal disini aja sambil beresin barang-barang buat dipindah kesini. Kalian tidur dikamar aja." Jawab Elang kemudian.

Sebenarnya Fara setuju sih, tapi kasian Elang kalau setiap hari tidur di sofa, pasti sakit badan dan sempit. Cuma mau gimana lagi? Fara akhirnya mengangguk setuju.

"Soal Jean, kita ganti-gantian aja buat ngurus Jean." Ucap Fara dan langsung disetujui oleh Elang.

Jadi begini ya kehidupan rumah tangga? Berarti Fara ga sebebas dulu dong? Padahal salah satu hobi Fara kan nyari cogan jaksel terus ngestalk bareng Athaya.

"Oh iya Athaya!" Fara jadi keinget waktu Athaya bilang mau nginep di unitnya kalau seandainya dia diusir dari rumahnya.

Elang natap Fara yang keliatan kaget, "Hah? Kenapa si Athaya?"

"Semoga dia ga kesini, ayo bantu do'a. Kemarin dia bilang mau nginep disini kalau diusir sama nyokapnya." Fara narik tangan Elang supaya ikutan doa bareng dia.

Meskipun Elang ga ngerti maksud Fara tapi nurut aja dia.

"Aamiin."

Ting! Tong!

Suara bel unit Fara terdengar, hal itu mengundang kepanikan diwajah Fara, apalagi waktu suara pin apartemennya bunyi tanda ada yang mau masuk.

"Fara! Yuhuu I'm coming!"

Pintu terbuka dan Athaya masuk membawa kopernya ke ruang tamu, tapi hal yang Athaya temukan membuatnya kaget.

"Lah! Anak siapa ini? Mas Elang ngapain disini?!"


















TBC.

Do'ain ide di otak saya semakin lancar, biar ga pake hiatus dan partnya bisa banyak 🤲

Become A Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang