Sadar

1.3K 312 49
                                    

Elang memasukkan bunga anyelir berwarna merah muda di vas yang setiap hari rajin Elang ganti. Ia ingat bunga ini bunga kesukaan Fara.

Lalu pria itu duduk menatap ke arah Fara yang masih tidur. Sudah tiga hari sejak kecelakaan itu tapi Fara belum juga siuman.

Sesekali Elang mengelap keringat di dahi Fara, menatap sendu istrinya yang ga mau bangun dan masih betah di dunia mimpinya.

Sesekali Elang bertanya, mimpi apa Fara di sana? Kenapa betah banget dan ga mau sadar? Tapi rasa bersalah selalu nyelimutin Elang.

Apalagi Jean yang setiap sore ngejenguk Mamanya dan selalu nanya kenapa Mamanya ga bangun-bangun.

Ceklek!

Pintu ruang inap terbuka, disana ada Erlan yang baru saja pulang dari pengadilan setelah memberi bukti dan keterangan.

"Gimana Lan? Semua... Aman kan?" Tanya Elang khawatir.

Erlan mengangguk lalu meletakkan tasnya di sofa kecil dan duduk disana, tatapannya tertuju pada Fara yang masih asik di alam bawah sadarnya.

"Pengacara lo bilang bukti itu ngebantu banget, ditambah CCTV jalanan yang ngerekam plat mobil Shinta waktu nabrak Fara. Gue rasa sebentar lagi dia masuk penjara." Tatapan Erlan menerawang ke depan.

Elang mengangguk lalu ikut duduk di sebelah Erlan, "Gue ga tau kalo ga ada lo gimana, sorry gue pernah kasar sama lo." Gumam Elang dengan kepalanya yang menunduk, enggan menatap lawan bicaranya.

Erlan terkekeh pelan sambil nepuk nepuk pundak Elang, "Anggap aja itu tebusan buat rasa bersalah gue. Gue nyesel banget dulu milih bantuin Shinta buat jauhin lo dari Fara, padahal dari ceritanya aja dia udah gila banget."

Mendengar itu Elang menggigit bibirnya kuat, lagi-lagi ngerasa bersalah. Rasanya semua masalah ini terlalu berbelit-belit, dan yang lebih parahnya Fara dan Jean jadi korban disini.

Seandainya ia waktu itu milih Fara.

Seandainya ia waktu itu ga labil.

Seandainya...

"Udah, lo pasti nyesel lagi kan? Percuma kalo lo belum minta maaf dan tunjukin langsung ke Fara." Ucap Erlan menenangkan.

Lagi-lagi tatapan Elang fokus pada Fara yang terbaring lemah dengan perban di kepala, dan gips di tangan serta kakinya.

Sampai jari-jari Fara mulai bergerak dengan pelan. Elang langsung menjerit kaget dan mendekati ranjang, berharap Fara segera membuka matanya.

"Fara?? Sayang kamu denger aku?" Elang memegang lengan Fara penuh harap, begitu juga dengan Erlan yang buru-buru berdiri di samping ranjang.

Mata Fara terbuka perlahan, melirik seisi ruangan. Ekspresi Erlan dan Elang semakin sumringah, buru-buru Elang pencet tombol untuk memanggil Dokter.

"Gue mau panggil Bundanya sama Jean." Ucap Erlan lalu pergi meninggalkan mereka berdua disana.

Hanya tersisa Fara dan Elang, keduanya saling tatap sambil sesekali Elang memanggil nama Fara. Tapi kenapa Fara diem aja?

"Fara? Ada yang sakit? Mau ak—"

"Pergi."

Elang mematung, dari sekian banyak kata kenapa kata 'pergi' yang Fara ucapkan pertama kali?

"Fara kamu—"

"Gue bilang pergi ya pergi!" Sentak Fara membuat Elang menggigit bibir bawahnya.

"Fara!"

Pintu terbuka dengan keras, disana ada Bunda Hani dan Jean yang langsung mendekati Fara. Tatapan Fara berubah melunak begitu ngeliat Jean.

"Anak Mama..." Gumam Fara lalu memeluk Jean dengan sebelah tangannya.

Become A Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang