Haus Akan Keadilan

4 2 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Sudah cukup kamu menjual kesucian saya kepada orang lain!" sentak seorang wanita cantik yang memakai pakaian serba pendek dan memperlihatkan auratnya.

"Berani kamu berbicara seperti itu kepada saya?!" Pria di hadapannya ikut membentak. "Lagi pula, dengan cara seperti ini, kamu bisa mendapat uang, kan?" lanjutnya.

"Buat apa saya mempunyai banyak uang jika kesucian saya hilang dirampas oleh manusia menjijikkan seperti kamu dan teman-teman kamu?!" Derai air mata mulai mengalir membasahi pipi.

"KURANG AJAR!"

Plak!

Satu tamparan berhasil membuat sang empu menolehkan wajahnya ke samping. Rasa panas mulai menjalar di pipi kanannya. Hanya satu cara untuk menyelamatkan dirinya: melawan.

"Ingat, sampai kapan pun, kamu tidak akan pernah lepas dari genggaman saya. PAHAM?" ucapnya penuh penekanan. Pria itu pergi meninggalkannya seorang diri.

Kania Putri Rahayu, wanita kelahiran 2004 yang masih menginjak bangku sekolah SMA. Dia hidup bersama pamannya yang merupakan lelaki hidung belang. Kedua orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan. Kini, Kania harus merelakan kesuciannya demi mendapatkan uang.

Di malam yang begitu sunyi, Kania berjalan sambil menangis. Meratapi nasibnya yang sudah tidak suci lagi. Sudah banyak lelaki yang menyentuh dirinya, bahkan sudah melakukan hal yang tidak senonoh padanya.

"Kamu kenapa menangis?" tanya seorang gadis yang melewati Kania.

"Aku tidak apa-apa," sahutnya pelan.

"Mau aku antar pulang?" Gadis itu langsung turun dari motornya dan mengajak Kania ikut bersamanya.

"Tidak perlu, lagi pula aku tidak memiliki rumah." Mendengar ucapan Kania, gadis itu langsung menatapnya dengan penuh empati.

"Kalau begitu, kamu ikut aku saja, kamu tinggal bareng aku, ya." Gadis itu tersenyum sembari mengajak Kania untuk naik ke atas motor.

Selama perjalanan, mereka saling berkenalan. Gadis itu bernama Tania, umurnya satu tahun di bawah Kania. Tania mengajak Kania ke sebuah kos-kosan tempat di mana Tania tinggal.

"Ayo masuk, maaf ya tempatnya sempit. Aku ngekos sendirian di sini. Sekarang ada Kak Kania jadi gak kesepian lagi deh," ucapnya masih dengan senyum lebar di bibirnya.

Beberapa saat setelah Kania beristirahat, Tania menanyakan mengenai dirinya yang menemui Kania sedang menangis di pinggir jalan.

"Kalau boleh tau, Kakak tadi kenapa nangis?" tanya Tania to the point. Kania hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

Menyadari akan perubahan raut wajah Kania, Tania langsung meminta maaf telah lancang menanyakan hal itu. "Eh maaf kalau aku lancang. Kalau Kakak gak mau cerita gapapa, kok," ucapnya.

Sangkar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang