*****
Ini adalah hari ke enam tepat setelah Zelin berkata pada adiknya bahwa ia akan membawa
sang ibunda ke sini. Namun, sampai sekarang perkataan itu belum juga terwujudkan."Kak, udahlah, aku udah gak kuat lagi ... mungkin emang gak seharusnya Kakak bantuin aku," ujar Alin lemah.
Meski keadaan ini sangatlah canggung, Zelin tidak bisa menutup mata, apalagi bersikap angkuh seperti biasanya. Mereka adalah saudara yang setiap detiknya tidak pernah berinteraksi layaknya saudara, tetapi sekarang Zelin harus bersikap baik untuk menebus kesalahannya.
"Nggak, Lin. Ini adalah janjiku, aku akan menepatinya dan hari ini juga akan aku tepati," balas Zelin meyakinkan.
Alin terkekeh ringan, "Aku merasa kamu menjadi orang lain, aku gak keberatan semisal kamu mau pake lo-gue."
Zelin tersenyum saja, dalam hatinya ia terus mengutuk perbuatan-perbuatan kejamnya kepada Alin.
"Maafin gue, Lin," gumam Zelin lirih. Melihat Alin terbaring lemah dengan alat bantu napas yang selalu tertempel dan dengan wajah pucat seperti itu, membuat hatinya seakan tertimpa batu besar.
÷÷÷
"Ma, ayo ikut Zelin, sebentar aja ... sekali aja Mama peduli ke Alin," paksa Zelin berulang-ulang.
"Nggak, Zelin. Biarkan saja anak itu pergi sejauh-jauhnya, udah makin ngelunjak sekarang dia, tidur di mana coba." Laras tidak habis pikir, ia punya banyak kesibukan, tidak ada waktu untuk mengurusi gadis manja itu.
"Ma? Ayolah, Alin terbaring di rumah sakit, dia butuh Mama!" bentak Zelin kelepasan.
"Jangan mengada-ada, Zelin!" sela Laras tidak mau percaya.
Melihat ibunya beranjak dari sofa, Zelin langsung mencegahnya. "Mau kemana, Ma? Butik?" tanya Zelin.
"Iya, mama ada pekerjaan lebih penting ketimbang dengerin ocehan kamu," jawab Laras menekankan kalimatnya.
"Ma, apa Mama tau kalau Alin yang udah bantu butik Mama biar gak bangkrut?" tanya Zelin meninggikan suaranya.
Kaki Laras terhenti, kemudian berbalik menghadap pada Zelin, wanita berusia 40 tahun itu berdiri dengan alis terangkat.
"Sudahlah, Zelin. Dari mana anak itu punya banyak uang? Bantu butik dan sekarang ada di rumah sakit? Apa kamu pikir itu pake uang yang sedikit?" Laras pergi melenggang setelah bertanya demikian.
Sedangkan Zelin menatap nanar kepergian ibunya, entah kenapa hatinya merasakan sakit luar biasa.
"Aku membuat ibu membencimu terlalu banyak, Alin. Maaf."
Siang hari tepat sepulang dari kampus, Zelin kembali mengunjungi ruangan Alin. Mereka kembali mengobrol, hubungan keduanya cukup membaik sekarang.
"Jangan kasihan kepadaku, Kak," seloroh Alin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar Mimpi
LosoweKekurangan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Jam berputar mundur berbalik arah. Semua hal termasuk manusia. Kembali perjalanan mundur menuju awal masa, awal penciptaan. Namun, semua itu tidak berlaku, khususnya untuk hidupku. Akankah te...