Berbeda Jalan

8 2 0
                                        

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Sejuknya angin membuat Laura merasa tenang dan bahagia. Sembari tertawa mendengar celotehan temannya yang bernama Havina.

"Lo dari tadi ketawa terus, gue itu kena musibah malah senang, teman gila lo!" hardik Havina kesal melihat tanggapan Laura sedari tadi.

"HAHAHAHA ... iya sorry soalnya musibah lo itu bukan musibah melainkan kelalaian lo sendiri," ucap Laura.

"Oh jadi menurut lo gue yang salah?" tanya Havina pada Laura.

"Gue, Vin, yang salah, GUE!" balas Laura dengan keras menyebut dirinya.

"Stres lo, Ra," sahut Havina.

Laura menggelengkan kepalanya tidak percaya, ternyata Havina tetap tidak mengerti apa yang dia katakan.

"Bacot nih orang, dia yang salah juga jadi gue yang dibilang stres!" batin Laura. Laura memilih diam daripada membahas hal yang _un_ faedah seperti itu.

Dari kejauhan datanglah Alvian dengan membawa sebuah kotak di tangannya.

Havina yang melihatnya langsung bertanya. "Wihh! Lo bawa apa, Al?"

"Bukan buat lo," jawab Alvian.

"Ini, Ra, dari orang yang sampai sekarang masih belum bisa move on dari lo," ujar Alvian memberikan kotak tersebut pada Laura.

Kotak itu adalah titipan dari teman sekelas Alvian yaitu Reihan. Jadi Reihan dan Laura sempat menjalin hubungan selama dua tahun dan harus terpaksa kandas lima bulan yang lalu.

"Ekhem ... ada yang dikasih kado terindah dari orang yang pernah singgah nih," kata Havina pada Laura yang telah mengambil kotak tersebut.

"Ra, ada pesan juga dari Rei yang udah disimpan dalam kotak itu. Simpan baik-baik kotaknya," ucap Alvian dan diangguki oleh Laura.

"Makasih, Al, bilang makasih juga sama, Rei."

"Bilang langsung ke orangnya dong, bestie," tutur Havina disetujui pula oleh Alvian.

"Hmm, iya-iya."

_____

Setelah sampai di rumah, Laura langsung berlari ke kamarnya sebelum ketahuan oleh orang rumah karena dirinya membawa sesuatu yang akan menjadi pusat pertanyaan.

"Syukurlah aman," gumam Laura setelah menutup pintu kamar.

Dengan cepat ia menyimpan kotak itu di bawah tempat tidurnya agar tidak diketahui oleh siapapun apalagi orangtuanya.

Laura membuka salah satu laci nakas, mengeluarkan satu album foto yang masih terlihat indah dan menyenangkan bersama Reihan.

"Gue enggak mungkin melepas ini semua kalau enggak ada penghalang, Rei. Gue sendiri kecewa waktu itu harus mengeluarkan kata-kata yang sulit untuk kita terima kenyataannya, tapi gue akhiri itu semua juga demi kenyamanan kita," ucap Laura sembari mengusap kristal bening yang turun membasahi pipinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sangkar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang