*****
Di sebuah desa ada sebuah keluarga yang cukup kekurangan. Di dalam keluarga itu hanya ada ayah, ibu dan seorang anak yang berusia sekitar 14 tahun. Ayahnya berkerja sebagai tukang becak dan ibunya berkerja sebagai buruh cuci.
Sekitar 2 tahun yang lalu, anaknya mengalami kecelakaan yang amat mengenaskan. Tangan kanannya harus diamputasi karena terlindas. Nama anak itu adalah Silvi. Anak yang cantik, lugu dan berkulit sawo matang ini harus mengalami nasib yang buruk di masa SMP-nya ini. Dia selalu diejek teman-temannya dan juga ada yang kasihan padanya. Tetapi dia tidak berputus asa dan terus mengejar cita-citanya.
Jam weker berbunyi menunjukkan pukul 4 pagi. Silvi bangun dari tidurnya dan beranjak mandi. Untuk persiapan sholat dia mengambil air wudhu. Setelah sholat, dia belajar dan membuka catatan pelajaran kemarin. Dia selalu tekun belajar meskipun dia harus menulis dengan tangan kiri jam sudah menunjukkan 6 pagi waktunya Silvi untuk berangkat sekolah.
"Assalamualaikum," ucap Silvi sambil mencium tangan ibunya. Karena ayahnya sudah berangkat kerja sejak jam 5 pagi tadi.
"Waalaikumsalam," jawab ibunya sambil mencium kening anak tunggalnya yang tersayang itu.
Dia berangkat sekolah dengan dua sahabatnya yang bernama Rifa dan Zulkifli. Mereka berjalan sambil berbincang-bincang tentang pelajaran yang tidak mereka sukai. Kebetulan pada hari itu ada pelajaran yang tidak disukai Rifa.
"Hufft ... rasanya aku ingin tidak masuk sekolah hari ini!" keluh Rifa
"Mengapa?" tanya Silvi dengan polosnya.
"Rifa saja. Paling-paling juga karena ada pelajaran metematika," jawab Zulkifli.
"Iya, aku paling tidak suka dengan pelajaran ini!" Rifa kembali mengeluh.
"Rifa, kamu tidak boleh seperti itu. Semakin kamu tidak menyukai pelajaran itu, semakin jelek nilaimu karena kamu tidak mau mempelajarinya. Kamu harus belajar lebih giat untuk mencapai nilai yang bagus. Kalau kamu mendapatkan nilai yang bagus orangtuamu pasti bangga padamu," tutur Silvi menjelaskan.
"Baiklah, Silvi. Aku akan mencobanya!" seru Rifa penuh semangat.
Tak terasa mereka sudah sampai di sekolah. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Tak lama kemudian lonceng tanda masuk berbunyi. Semua siswa masuk ke dalam kelas. Kebetulan sekali waktu itu pelajaran kesukaan Silvi. Bu Neny masuk ke dalam kelas.
"Good morning, Mom!" seru anak-anak saat Bu Neny masuk.
"Good morning," balas Bu Neny.
"Apakah ada tugas hari ini?" tanya Bu Neny.
"Tidak bu!" jawab anak-anak serempak.
Bu Neny menjelaskan dan Silvi mencatat semua yang dijelaskan oleh Bu Neny. Tak lama kemudian Bu Neny mengadakan ulangan. Semua murid merasa tenang, sedangkan Silvi merasa senang.
"Sudah habis waktunya. Ayo kumpulkan!" pinta Bu Neny.
"Sebentar lagi, Bu!" teriak salah satu siswa
"Lima menit lagi, Bu." Siswa lain menimpali.
"Ini, Bu." Silvi maju ke depan mengumpulkan hasil ulangan.
Semua siswa sudah selesai, Bu Neny segera keluar kelas. Silvi tersenyum lega karena dapat mengerjakan ulangan. Tetapi ada yang iri dengannya. Akan tetapi Silvi tidak menghiraukan itu semua dia membalasnya dengan senyuman.
Pada suatu hari ada lomba melukis dalam memperingati hari kemerdekaan. Silvi mengikuti lomba itu dan mewakili sekolah karena gambarannya bagus. Meskipun dia cacat, tapi dia tetap bersemangat.
Semua peserta lomba berkumpul di tempat lomba. Semua berbisik bisik tentang kekurangan Silvi. Tetapi Silvi tidak menggubris semua itu. Silvi tetap memantapkan keinginannya.
Lomba pun dimulai, waktu demi waktu pun berlalu akhirnya lomba pun selesai. Juri mulai menilai semua hasil karya para peserta. Dua jam berlalu juri telah selesai memutuskan hasil yang terbaik. Akhirnya juri mengumumkan hasil keputusan lomba dari juara tiga.
"Inilah saat yang kita tunggu-tunggu! Saya akan mengumumkan hasil karya terbaik yang menjadi pemenang. Pemenang ketiga atau juara ketiga adalah ... Fatanul S. R dari SMP Negeri 1 Kota. Pemenang diharapkan untuk maju ke depan. Juara kedua adalah Rodiyatul Amanda dari SMP Harapan Jaya. Dan inilah juara yang di tunggu-tunggu ...."
Semua peserta merasa cemas begitupun Silvi. Silvi berdoa dengan penuh harap.
"Pemenangnya adalah Silvi Aliva dari SMP Nusa Bangsa."
Semua orang merasa kaget, Silvi maju ke depan dengan penuh syukur. Dia menerima piala dan hadiah itu. Semua orang di sana kagum dengan Silvi.
Keesokan harinya semua anak di sekolah mengucapkan selamat pada Silvi. Sejak saat itu Silvi mulai mempunyai banyak teman dan dia selalu mewakili SMP-nya untuk mengikuti lomba melukis. Tetapi dia tidak pernah sombong.
Jadi, kekurangan bukanlah sebuah penghalang bagi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Janganlah bersedih karena kekurangan kita. Karena terkadang kekurangan itulah yang menjadi kelebihan kita.
*****
Lampung, 16 April 2022
Siska
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar Mimpi
RastgeleKekurangan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Jam berputar mundur berbalik arah. Semua hal termasuk manusia. Kembali perjalanan mundur menuju awal masa, awal penciptaan. Namun, semua itu tidak berlaku, khususnya untuk hidupku. Akankah te...