*****
Selama ini, Luna ragu dengan impiannya sendiri. Pergi ke Korea dan bertemu idol tercintanya. Terdengar aneh, tetapi itu nyata.
Luna pencinta oppa-oppa Korea, ia juga selalu berangan-berangan menjadi pasangan idol. Kesukaanya itu membuat Luna tidak sadar, bahwa semua itu tidak akan pernah terwujud.
"Widih, banyak banget foto idol lo," ucap Risma, tidak berkedip sama sekali melihat banyaknya foto idol yang terpajang di kamar Luna.
"Gak semua gue pasangin, masih banyak di sana." Luna menunjuk laci meja belajarnya.
Melihat foto idol yang digantung di dinding menjadi kebahagian tersendiri bagi Luna. Bukan hanya satu, tetapi beribu-ribu poster Luna pajang sebagai bentuk cinta pada idolnya.
Risma tidak hentinya terkagum, saat Luna menunjukkan sebuah lampu berwarna dan beberapa album koleksinya. Risma akui memang idol Korea, memiliki wajah tampan.
Jadi, tidak heran kaum wanita begitu tergila-gila.
"Kok, lo bisa suka sama hal gini, sih?" tanya Risma yang tidak tahu apa pun tentang oppa-oppa Korea.
"Ya, bikin hati gue seneng," jawab Luna singkat.
"Itu aja?"
Luna mengangguk, entahlah hanya melihatnya saja Luna merasakan kebahagiaan dihatinya. Bahkan Luna menyadari, perasaanya melebihi fans dan idol pada umumnya.
"Ada niatan buat ke Korea?" tanya Risma penasaran.
"Impian gue itu." Luna tertawa pelan, Risma salah besar menanyakan pertanyaan itu padanya. Jelas-jelas itu adalah impian Luna selama ini.
"Mau kerja?"
"Ketemu idol gue," jawab Luna membuat Risma geleng-geleng kepala. Tujuan utama Luna pergi ke Korea, hanya untuk menemui idolnya. Risma takut jika nantinya Luna merasa kecewa.
"Serasa diinterogasi, nanya-nanya mulu lo."
Risma menyengir. "Mau tahu aja."
∆∆∆
Melihat foto idolnya yang sedang berkencan tersebar luas, Luna merasakan sakit di hatinya.
Ada rasa tidak terima jika idolnya berkencan dengan wanita lain, hatinya hancur bagai ditumbuk didalam cobek. Sangat hancur.
"Bebep gue!" tangis Luna tidak mengeluarkan air mata, lebih tepatnya berpura-pura, tetapi rasa sakit dihatinya nyata.
Risma cengo dengan apa yang dilihatnya saat ini, sampai begitunya Luna menyukai _oppa-oppa_ Korea.
"Wajar aja kali, Lun. Mereka kan manusia juga berhak kencan sama siapa aja," ucap Risma menenangkan Luna, seraya mengusap halus punggung Luna.
"Gue kan di sini berharap kencan sama dia," balas Luna kecut, menepis tangan Risma agar menjauh darinya.
Risma melebarkan matanya terkejut, mengapa ia yang terkena imbasnya? Padahal niatnya hanya bermain ke rumah Luna.
"Belom ada klarifikasinya, Luna. Lo ngapa, sih, cengeng banget. Lagian nyatanya gak bisa sama lo. Inget, ya, saingan lo beribu-ribu sedangkan idol lo cuma satu!" kata Risma berhasil menambah luka dihati Luna.
Tangisannya menjadi. "Ah, lo, mah. Malah bikin gue tambah sakit hati."
"Salah lo sendiri, suka itu sewajarnya."
"Idol lo keciduk kencan, nangis juga lo."
Risma tertawa, untuk apa menangisi _oppa-oppa_ Korea, yang sama sekali tidak ia kenal.
"Bodoamat gue, mah, orang gatau."
∆∆∆
Setelah adanya klarifikasi kebenaran tentang hubungan keduanya, Luna benar-benar sedih.
Idolnya itu meninggalkan pesan pada seluruh fans untuk selalu mendukungnya dan memberikan doa terbaik. Begitu juga Risma memberi nasihat pada Luna.
"Kata gue, sih, lo suka sewajarnya aja kayak fans sama idol lainnya. Lo suka dia, tapi belum tentu idol lo. Tahu hidup aja enggak, tahu lo ada di dunia ini juga enggak. Jadi, jangan berlebihan, Lun."
"Ngomongnya difilter dikit, kek!" ketus Luna.
"Dengerin dulu kalo gue ngomong, gue sayang sama lo, Lun. Gue gak mau lo sakit hati karena itu oppa-oppa. Coba lo pikir banyak cowok yang suka sama lo, tapi lo malah suka cowok yang jelas-jelas berbeda dari sudut apa pun."
Luna melewati batas sebagai fans. Harusnya bisa mengukur rasa suka itu, kesalahan terbesar Luna adalah mencintai idolnya melebihi seorang idol.
"Gue yakin keinginan lo ke Korea, bukan kemauan sendiri. Melainkan rasa suka lo sama idol yang membawa lo ke situ," pungkas Risma.
"Mungkin."
Matanya beralih memandangi foto idol tercintanya itu, Luna merasa jika impiannya terlalu tinggi, mustahil untuk diraih. Pergi ke negara Korea, tidak seindah yang dipikirkan.
"Gue tolak cowok demi lo, Bep, tapi lo pergi kencan," ucap Luna tersadar akan perkataan Risma.
Luna tidak menduga rasa sakit hatinya ini berasal dari idol tercintanya. Idol yang selama ini ia kagumi membuat luka dihatinya, tetapi semua ini salahnya sendiri. Mencintai idol secara berlebihan.
Satu per satu Luna mencopot poster idolnya dari dinding, lebih baik mengambil keputusan dari sekarang daripada ia semakin tergila-gila pada oppa-oppa Korea.
"Kok dicopot, Lun?" tanya Risma menghampiri Luna.
"Impian gue rasanya mustahil gue capai, Ris. Kata-kata lo bener banget, gue bodoh mencintai idol gue lebih dari seorang idol. Selama ini gue cuma sia-siain waktu gue buat _oppa-oppa_ Korea," jelas Luna membuat Risma terdiam, kata-katanya berhasil menyihir pemikiran Luna.
"Tapi, impian lo ke Korea, gimana?
"Mustahil kesampaian, anggap aja impian gue kemarin adalah mimpi."
Impian yang begitu indah sehingga Luna tersadar dari mimpinya. Luna sadar sepenuhnya, ia hidup di dunia nyata bukan di bawah imajinasi dan halusinasinya.
*****
Cianjur, 23 April 2022
Ai Sintawati
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar Mimpi
AcakKekurangan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Jam berputar mundur berbalik arah. Semua hal termasuk manusia. Kembali perjalanan mundur menuju awal masa, awal penciptaan. Namun, semua itu tidak berlaku, khususnya untuk hidupku. Akankah te...